Wujud Pemberdayaan Masyarakat, Pembentukan Kampung Rajut Terus Diupayakan

Saat ini di Kota Pekalongan semakin banyak masyarakat yang merajut, hal ini disampaikan salah satu pengrajin rajut setempat, Owner Kavera Crochet, Vera Savira. Tumbuhnya rajutan ini karena didukung oleh instansi setempat seperti Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dinperinaker), Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM (Dindagkop-UKM), Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan Anak (DPMPPA) dan lainnya, melalui banyaknya pelatihan yang digelar, maka masyarakat yang merajut semakin banyak.

Di tahun yang lalu, Vera  berencana membentuk kampung rajut dan saat ini progressnya cukup baik. Untuk mewujudkan ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama, sebab rajut merupakan kerajinan handmade tentunya membutuhkan banyak sumber daya manusia yang mahir di bidang ini. “Setelah pelatihan di tahun lalu, saya terus memantau lewat grup whatsapp, Alhamdulillah mereka masih aktif menekuni. Mudah-mudahan jika di sini punya kampung rajut, InsyaAllah rajutannya akan banyak banget, karena bukan cuman kampung sini namun beberapa kelurahan juga sudah digalakkan merajut,” terangnya.

Meskipun kebanyakan masyarakat yang mengikuti pelatihan merajut dari Pemerintah Kota Pekalongan adalah pemula, dijelaskan Vera merajut bukan hal yang sulit, yang dibutuhkan hanya ketelatenan. “Alhamdulillah kalau di kampung ini beberapa warga udah jago merajut, tetapi mereka belum produksi secara massal karena belum ada tempat  penjualan. Tetapi kalau disini sudah jadi kampung rajut, mereka akan siap produksi banyak dan bisa display di store saya yang beralamat di Keputran 1 No.12, Kec. Pekalongan Timur, dan masyarakat Kota Pekalongan juga bisa ikut bergabung disini,” ujarnya.

Vera mengaku, zaman dahulu rajut hanya sebatas untuk membuat taplak, tetapi saat ini rajut kian booming bisa dikreasikan menjadi sepatu, tas dan jaket. “Untuk segi harga itu rajutan harus dijual mahal karena handmade, kalau produk mesin tambah banyak pesan tambah, beda dengan rajut mau berapapun harga akan tetap sama karena tenaga yang mengerjakan manusia sama. Mesin sekali produksi bisa saja menghasilkan puluhan pcs, kalau rajut harus dibikin satu per satu,” sambungnya.

Ia menjelaskan bahwa rajutan punya pasar tersendiri, oleh sebab itu Vera mengajak masyarakat untuk khawatir untuk menggeluti dunia rajut ini. “Sekarang itu ada masyarakat yang lebih suka branded karena lebih kekinian padahal handmade itu unik karena 1 model hanya diproduksi 1 pcs, tapi ternyata saat ini banyak juga masyarakat masyarakat yang lebih memilih tas handmade ketimbang barang branded. Untuk range harga rajutan saya mulai dari 100-1 jutaan ada lebih juga, pemasaran lewat online dan store, beberapa hotel di Kota Pekalongan  juga ikut mendisplay hasil rajutan kami,” jelasnya.

Lebih lanjut, Vera mengaku akan terus membulatkan niat dan berjalan untuk mewujudkan kampung rajut di Kota Pekalongan ini. “Saya niat dan jalan, apakah akan terwujud atau tidak Allah yang menentukan, sambil jalan menuju biar warga terimbas baik, biar maju bareng. Rajutan ini tidak bisa pribadi harus tim biar cepat,” tukasnya.

(DINKOMINFO KOTA PEKALONGAN)