Wawalkot Pekalongan Ajak ASN Jadi Bapak/Ibu Asuh Anak Berisiko Stunting Lewat Program Genting

Kota Pekalongan – Upaya Pemerintah Kota Pekalongan untuk menurunkan angka stunting terus digencarkan melalui berbagai inovasi dan kolaborasi lintas sektor. Salah satu langkah strategis yang kini tengah diperkuat yakni pelaksanaan Program Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting), sebuah gerakan berbasis partisipasi yang melibatkan ASN, CSR, dan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) sebagai motor utama pemberian makanan tambahan untuk anak-anak berisiko stunting.

Wakil Wali Kota Pekalongan Hj. Balgis Diab, yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Pekalongan, secara resmi membuka Rapat Koordinasi Implementasi Program Genting yang digelar di Ruang Jawa Hokokai, Setda Kota Pekalongan, Selasa siang (3/6/2025). Rakor ini melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) dan instansi vertikal terkait dalam upaya pencegahan, percepatan, dan penurunan kasus stunting di Kota Batik.

Wawalkot Balgis mengungkapkan keprihatinannya atas masih tingginya jumlah anak berisiko stunting di Kota Pekalongan yang mencapai 1.284 anak. Oleh karena itu, ia mendorong seluruh ASN untuk ikut ambil bagian dalam program ini, tak hanya melalui kerja teknis kelembagaan, tapi juga secara pribadi menjadi Bapak/Ibu Asuh Anak Stunting dengan menyisihkan sebagian gaji mereka guna mendukung pengadaan makanan tambahan bergizi.

“Kita semua punya tanggung jawab moral untuk menyelamatkan generasi masa depan dari ancaman stunting. Saya mengajak seluruh ASN di lingkungan Pemkot Pekalongan agar turut serta menjadi orang tua asuh anak-anak yang berisiko stunting. Dengan gotong royong dan kepedulian, kita bisa menekan angka stunting secara nyata,” tegas Wawalkot.

Wawalkot Balgis optimistis bahwa dengan kebersamaan seluruh elemen, angka stunting yang kini masih mengkhawatirkan di Kota Pekalongan bisa ditekan secara signifikan.

“Kita punya kekuatan sosial luar biasa. Tinggal bagaimana kita arahkan bersama. Saya yakin Program Genting bisa menjadi solusi konkrit dalam menyelamatkan 1.284 anak kita dari stunting,” pungkasnya.

Menurutnya, rapat koordinasi ini menjadi langkah awal yang kuat menuju penurunan prevalensi stunting di Kota Pekalongan, dengan mengedepankan semangat kebersamaan, kepedulian, dan tanggung jawab kolektif. 

"Kami berharap semua pihak dapat menjalankan peran masing-masing secara optimal agar target Kota Pekalongan bebas stunting bisa segera terwujud,"harapnya.

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinsos-P2KB, Nur Agustina, menjelaskan bahwa, Program Genting sendiri merupakan inisiasi dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) Republik Indonesia dan kini mulai diimplementasikan di Kota Pekalongan dengan skema gotong royong. Dalam rakor ini disepakati setiap OPD akan bertanggung jawab terhadap minimal dua sasaran anak berisiko stunting di wilayah binaannya. Selain itu, CSR dari BNI juga memberikan dukungan kepada Pemkot untuk 100 sasaran anak yang tersebar di seluruh kelurahan.

“Setiap kelurahan telah ditunjuk OPD koordinatornya. CSR dari BNI menyediakan bahan mentah, sementara ASN diminta menyumbang Rp2.500 per hari per sasaran sebagai uang belanja bahan tambahan untuk pengolahan di Dapur Dashat,” terang Agustin, sapaan akrabnya.

Adapun perhitungan bantuan yang disepakati yakni sebesar Rp15.000 per sasaran per hari. Dana tersebut digunakan sebanyak 80 persen untuk bahan baku dan 20 persen untuk operasional pengantaran. Pengelola Dapur Dashat yang telah terlatih akan memasak dan mendistribusikan makanan tinggi protein dan serat untuk tiga sasaran utama: baduta (bawah dua tahun), ibu hamil, dan ibu menyusui dalam periode minimal enam bulan.

"Program Genting ini sepenuhnya bersumber dari partisipasi masyarakat, ASN, dan CSR, tanpa menggunakan dana APBN maupun APBD. Setiap sasaran akan menerima bantuan senilai Rp330.000 selama 6 bulan,"tuturnya.

Lanjut Agustin menambahkan, pengelolaan bantuan langsung disalurkan ke Dapur Dashat masing-masing kelurahan untuk dimasak menjadi kudapan bergizi yang kemudian diantar langsung ke sejumlah sasaran.

“Jadi dari satu dapur, selain memasak untuk PMT lokal, juga memasak untuk Program Genting. Sinergi ini sangat efektif dan efisien,”tukasnya. (Dian)