Turut Andil, GOW Ubah Krisis Sampah jadi Kebiasaan Baru Kelola Sampah

Kota Pekalongan – Sebagai upaya menghadapi situasi darurat sampah, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Pekalongan mengambil langkah strategis dengan menggelar pelatihan pengelolaan sampah bagi organisasi-organisasi perempuan di kota tersebut, berlangsung di ruang Jlamprang, Kantor Sekretariat Daerah setempat, Rabu (30/4/2024).

Ketua GOW Kota Pekalongan, Hj Balgis Diab mengungkapkan bahwa kegiatan ini menjadi wujud nyata kontribusi kaum perempuan dalam menyukseskan program pengelolaan sampah dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Ia menegaskan pentingnya peran perempuan sebagai motor penggerak perubahan perilaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. “Kami ingin perempuan tidak hanya jadi pelaku di dapur, tetapi juga menjadi pionir dalam pengelolaan sampah. Kami ingin mengedukasi dan menggerakkan organisasi wanita agar terlibat aktif dalam mengurangi, memilah, dan mengolah sampah, mulai dari rumah masing-masing,” tandasnya.

Dalam pelatihan ini, peserta dibekali dengan empat materi utama diantaranya edukasi pengurangan sampah plastik dengan membatasi penggunaan plastik di segala aktivitas, baik di rumah maupun dalam kegiatan organisasi, sosialisasi pemilahan sampah berdasarkan jenisnya untuk mempermudah proses daur ulang dan pengelolaan lanjutan, pengolahan sampah organik dengan membuat kompos dari limbah dapur sebagai alternatif pengolahan yang ramah lingkungan juga mengimbau kepada seluruh anggota GOW agar menanamkan kebiasaan memilah dan membuang sampah dengan benar kepada anak-anak.

Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan. Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala DLH Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso menjelaskan bahwa sistem pengelolaan sampah terdiri dari tiga tempat yakni di hulu, yaitu di lokasi sumber sampah seperti rumah tangga, sekolah, industri, dan perkantoran, yang kedua yaitu di tengah, pengolahan melalui fasilitas seperti TPS3R, TPST, dan bank sampah dan yang ketiga di hilir yakni Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). “Setiap hari, Kota Pekalongan menghasilkan sekitar 138 ton sampah. Saat ini TPA Degayu sudah tidak dapat menampung, kita tidak punya pilihan selain mengelola sampah di hulu dan tengah. Di sinilah pentingnya edukasi masyarakat,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa perubahan paling besar justru bisa dimulai dari lingkungan terkecil, yakni rumah tangga. Oleh karena itu, keterlibatan organisasi perempuan dianggap sangat strategis dalam mendorong perubahan pola pikir dan kebiasaan masyarakat terhadap sampah.

(Dinkominfo Kota Pekalongan)