Tunjang Pertumbuhan Ekonomi Pasca Pandemi Melalui Trendsetter Fashion Batik Milenial

Untuk menarik kepedulian generasi muda terhadap batik Pekalongan serta membangkitkan ekonomi melalui bidang fashion, Pemerintah kota Pekalongan melalui Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Dinparbudpora) mengadakan pelatihan ekraf trendsetter fashion batik milenial, berlangsung di aula museum batik setempat, Rabu (26/10/2022).
Kepala bidang pariwisata Dinparbudpora setempat, Retno Purnomo mengungkapkan bahwa selama 2 tahun pandemi sektor ekonomi yang bersumber dari pariwisata maupun kebudayaan sangat terpuruk. Di pertengahan tahun saat kasus covid-19 melandai, pihaknya memfokuskan kegiatan untuk mendongkrak perekonomian masyarakat, “Karena kita merupakan pusat batiknya, kita angkat batiknya tetapi juga kita libatkan hingga fashionnya karena itu tidak bisa terpisahkan,” tandasnya.
Usung tema trendsetter dan dengan berkolaborasi dengan desainer, pembatik dan pelajar SMK, Purnomo berharap akan lahir ide kreatif dari generasi muda agar batik Pekalongan mampu mengibarkan kiprahnya di dunia.
Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Pekalongan, Inggit Soraya yang turut hadir dalam kegiatan tersebut memberikan tanggapan baik atas terselenggaranya pelatihan ekraf bagi pelaku fashion kota Pekalongan. Ia berharap pelatihan ini dapat menjadi motivasi para desainer, pembatik maupun pelajar untuk mengangkat batik Pekalongan menjadi trendsetter dan mampu memperluas pangsa pasar baik di tingkat nasional maupun internasional.
Lebih lanjut, hadir sebagai narasumber, praktisi fashion designer, Lenny Agustin menjelaskan bahwa setelah ditelusuri masih ditemukan GAP atau celah di generasi muda dimana mereka masih enggan atau tidak percaya diri menggunakan batik sebagai pakaian sehari-hari, padahal menurutnya batik Pekalongan sudah sangat mendunia, "Jika lokalnya saja tindak bangga itu PR banget dan harus diselesaikan, kta harus pecahkan masalahnya agar generasi baru, generasi milenial, generasi Z menganggap bahwa batik bagian dari mereka," terangnya.
Dikemukakan Lenny, Pekalongan punya peluang besar untuk menjadi trendsetter batik dunia namun perlu adanya kerja keras yang dilakukan baik oleh pemkot maupun penggiat fashion batik dengan mengadakan sejumlah pelatihan pengembangan desain,motif dan teknik membatik, "Jadi hasil dari riset tersebut akan ditampilkan dari desainernya pasti akan booming banget semua orang menunggu dan itu yang menjadi daya tarik," pungkasnya.
(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)
Kepala bidang pariwisata Dinparbudpora setempat, Retno Purnomo mengungkapkan bahwa selama 2 tahun pandemi sektor ekonomi yang bersumber dari pariwisata maupun kebudayaan sangat terpuruk. Di pertengahan tahun saat kasus covid-19 melandai, pihaknya memfokuskan kegiatan untuk mendongkrak perekonomian masyarakat, “Karena kita merupakan pusat batiknya, kita angkat batiknya tetapi juga kita libatkan hingga fashionnya karena itu tidak bisa terpisahkan,” tandasnya.
Usung tema trendsetter dan dengan berkolaborasi dengan desainer, pembatik dan pelajar SMK, Purnomo berharap akan lahir ide kreatif dari generasi muda agar batik Pekalongan mampu mengibarkan kiprahnya di dunia.
Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Pekalongan, Inggit Soraya yang turut hadir dalam kegiatan tersebut memberikan tanggapan baik atas terselenggaranya pelatihan ekraf bagi pelaku fashion kota Pekalongan. Ia berharap pelatihan ini dapat menjadi motivasi para desainer, pembatik maupun pelajar untuk mengangkat batik Pekalongan menjadi trendsetter dan mampu memperluas pangsa pasar baik di tingkat nasional maupun internasional.
Lebih lanjut, hadir sebagai narasumber, praktisi fashion designer, Lenny Agustin menjelaskan bahwa setelah ditelusuri masih ditemukan GAP atau celah di generasi muda dimana mereka masih enggan atau tidak percaya diri menggunakan batik sebagai pakaian sehari-hari, padahal menurutnya batik Pekalongan sudah sangat mendunia, "Jika lokalnya saja tindak bangga itu PR banget dan harus diselesaikan, kta harus pecahkan masalahnya agar generasi baru, generasi milenial, generasi Z menganggap bahwa batik bagian dari mereka," terangnya.
Dikemukakan Lenny, Pekalongan punya peluang besar untuk menjadi trendsetter batik dunia namun perlu adanya kerja keras yang dilakukan baik oleh pemkot maupun penggiat fashion batik dengan mengadakan sejumlah pelatihan pengembangan desain,motif dan teknik membatik, "Jadi hasil dari riset tersebut akan ditampilkan dari desainernya pasti akan booming banget semua orang menunggu dan itu yang menjadi daya tarik," pungkasnya.
(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)