Tinjau Perumda Tirtayasa, Pemkot Sinkronkan Optimalisasi Pemenuhan Distribusi Air

Kota Pekalongan - Kebutuhan masyarakat akan air sangat terasa dimana-mana, baik untuk keperluan pertanian, industri, rumah tangga dan kesehatan. Kelangkaan air bagi suatu kawasan dampaknya sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik aspek sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Komponen utama dari sistem distribusi air bersih khususnya sebagai air minum suatu perkotaan adalah sistem jaringan pipa. Adapun kemungkinan terjadinya permasalahan-permasalahan pada jaringan pipa seperti kebocoran,sering terjadinya kerusakan pipa atau komponen lainnya,besarnya tinggi energi yang hilang serta, penurunan tingkat layanan penyediaan air bersih untuk konsumen. Permasalahan lain yang muncul berupa meningkatnya sambungan-sambungan baru untuk daerah-daerah pemukiman tanpa memperhatikan kemampuan sistem jaringan tersebut.
Perkembangan suatu daerah menyebabkan kebutuhan air bersih
masyarakat semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan air
bersih tersebut harus diimbangi dengan optimalisasi produksi air
bersih. Salah satu caranya yaitu meminimalisasikan terjadinya
kehilangan air baik fisik maupun non fisik. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pekalongan terus menyinkronkan perkembangan pembangunan infrastruktur di Kota Pekalongan dengan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Tirtayasa Kota Pekalongan agar pembangunan daerah yang selama ini sudah berjalan tidak menghambat pemenuhan kebutuhan air bersih kepada masyarakat.
Wakil Walikota Pekalongan, H Salahudin, STP mengungkapkan bahwa kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur di Kota Pekalongan baik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat harus selalu dikomunikasikan dengan Perumda Tirtayasa. Pasalnya, menurutnya, jika tidak sinkron, jaringan-jaringan pipa yang sudah ada bisa saja terkena imbasnya.
“Kebutuhan-kebutuhan anggaran untuk pemindahan pipa harus dikoordinasikan dengan Pemkot, mungkin dalam bentuk penyertaan modal kaitannya efek dari pengecoran jalan atau pembuatan saluran air. Terkait dengan laporan selama ini, Perumda Tirtayasa sudah melakukan perbaikan dari masalah kinerja karyawan, digitalisasi jaringan infrastruktur Perumda Tirtayasa sehingga ke depan kita tidak kehilangan roadmap jaringan seperti apa, dan sebagainya,” tegas Wawalkot Salahudin, usai memberikan pengarahan saat monitoring di Kantor Perumda Tirtayasa Kota Pekalongan, Kamis(19/8/2021).
Salahudin menjelaskan, yang menjadi perhatian pemerintah ke depan tentu saja dalam hal pencarian sumber-sumber air baku yang baru untuk pemenuhan air bersih di Kota Pekalongan. Selain itu,pihaknya juga menekankan,perlunya edukasi mengenai pola penggunaan air dari masyarakat supaya pemanfaatan air dari Perumda Tirtayasa ini hanya untuk kebuthan makan dan minum, sedangkan untuk kebutuhan MCK bisa dipenuhi dari sumur dangkal yang selama ini telah ada. Salahudin mengapresiasi sudah adanya zona pemetaan wilayah jaringan pipa Perumda Tirtayasa agar ketika terjadi kebocoran di wilayah tertentu bisa cepat diketahui, termasuk kelebihan dan kelemahan kebutuhan masing-masing zona wilayah tersebut.
“Terkait pemetaan zona wilayah itu bagus sekali, supaya jika ada kebocoran, bisa lebih cepat diketahui, kebutuhan masing-masing zona plus minusnya bisa diketahui,mana yang masih bisa dikembangkan dana wilayah mana yang perlu ditambah sumur baru,dan sebagainya. Jadi sudah ada stop kran di masing-masing titik, jika ada perbaikan di suatu titik, maka tidak akan menggangu pelayanan yang ada di zona lain,” tutur Salahudin.
Sementara itu, Direktur Perumda Tirtayasa, Muhammad Iqbal, menyampaikan apresiasi atas kunjungan dan pengarahan yang diberikan Wawalkot Salahudin kepada jajaran Perumda Tirtayasa dalam peningkatan kinerja dan pelayanan kebutuhan air masyarakat Kota Pekalongan.
Lebih lanjut, Iqbal menyebutkan,di Kota Pekalongan sendiri saat ini 80 persen sumber air baku mengandalkan dari air sumur dan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) yang merupakan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah sebagai solusi short term (jangka pendek) dalam mendukung pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
“Kami harus memitigasi permasalahan yang ada lebih detail lagi sehingga menemukan problem solving ke depanlebih terukur. Seperti diketahui, 80 persen sumber air baku di Kota Pekalongan mengandalkan dari air sumur, sedangkan selama ini air sumur itu terkendala revitalisasi dan kondisi konstruksinya yang mengharuskan petugas kami menterjemahkan di lapangan apakah harus direvitalisasi atau memang harus menyari sumber baru lagi yang memunginkan,” paparnya.
Dengan adanya pemetaan zona wilayah tersebut,lanjut Iqbal, diharapkan, nantinya bisa lebih memetakan seberapa besar kebutuhan air di wilayah tersebut. Iqbal menyebutkan, untuk ideal target cakupan kebutuhan air di zona wilayah adalah sebesar 80 persen,namun di Kota Pekalongan saat ini rata-rata kisarannya baru 60 persen.
“Karena disini sebelumnya kelemahannya terlalu diinterkoneksi, sehingga sumur dari titik A terkadang menyuplai titik B yang jaraknya cukup jauh sekali,sehingga tidak maksimal. Oleh karena itu, ke depannya di zona itu dengan jumlah penduduk sekian, targetnya berapa persen yang harus diampu,dan berapa kebutuhan sumur yang menjadi pedoman kami di lapangan. Tetapi, kami optimis, mengapa di Kota Pekalongan tidak ada gejolak atau permasalahan cukup serius, karena hampir 22 persen diampu oleh PAMSIMAS, namun PAMSIMAS tersebut adalah solusi short term dari pemerintah karena kedalaman konstruksi dan jaringannya tidak memungkinkan bertahan lama, jadi kemungkinan hitungan 5-10 tahun akan ada problem-problem, terutama di masa operasional beberapa titik PAMSIMAS yang bermasalah,”pungkasnya.
(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)
Perkembangan suatu daerah menyebabkan kebutuhan air bersih
masyarakat semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan air
bersih tersebut harus diimbangi dengan optimalisasi produksi air
bersih. Salah satu caranya yaitu meminimalisasikan terjadinya
kehilangan air baik fisik maupun non fisik. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pekalongan terus menyinkronkan perkembangan pembangunan infrastruktur di Kota Pekalongan dengan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Tirtayasa Kota Pekalongan agar pembangunan daerah yang selama ini sudah berjalan tidak menghambat pemenuhan kebutuhan air bersih kepada masyarakat.
Wakil Walikota Pekalongan, H Salahudin, STP mengungkapkan bahwa kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur di Kota Pekalongan baik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat harus selalu dikomunikasikan dengan Perumda Tirtayasa. Pasalnya, menurutnya, jika tidak sinkron, jaringan-jaringan pipa yang sudah ada bisa saja terkena imbasnya.
“Kebutuhan-kebutuhan anggaran untuk pemindahan pipa harus dikoordinasikan dengan Pemkot, mungkin dalam bentuk penyertaan modal kaitannya efek dari pengecoran jalan atau pembuatan saluran air. Terkait dengan laporan selama ini, Perumda Tirtayasa sudah melakukan perbaikan dari masalah kinerja karyawan, digitalisasi jaringan infrastruktur Perumda Tirtayasa sehingga ke depan kita tidak kehilangan roadmap jaringan seperti apa, dan sebagainya,” tegas Wawalkot Salahudin, usai memberikan pengarahan saat monitoring di Kantor Perumda Tirtayasa Kota Pekalongan, Kamis(19/8/2021).
Salahudin menjelaskan, yang menjadi perhatian pemerintah ke depan tentu saja dalam hal pencarian sumber-sumber air baku yang baru untuk pemenuhan air bersih di Kota Pekalongan. Selain itu,pihaknya juga menekankan,perlunya edukasi mengenai pola penggunaan air dari masyarakat supaya pemanfaatan air dari Perumda Tirtayasa ini hanya untuk kebuthan makan dan minum, sedangkan untuk kebutuhan MCK bisa dipenuhi dari sumur dangkal yang selama ini telah ada. Salahudin mengapresiasi sudah adanya zona pemetaan wilayah jaringan pipa Perumda Tirtayasa agar ketika terjadi kebocoran di wilayah tertentu bisa cepat diketahui, termasuk kelebihan dan kelemahan kebutuhan masing-masing zona wilayah tersebut.
“Terkait pemetaan zona wilayah itu bagus sekali, supaya jika ada kebocoran, bisa lebih cepat diketahui, kebutuhan masing-masing zona plus minusnya bisa diketahui,mana yang masih bisa dikembangkan dana wilayah mana yang perlu ditambah sumur baru,dan sebagainya. Jadi sudah ada stop kran di masing-masing titik, jika ada perbaikan di suatu titik, maka tidak akan menggangu pelayanan yang ada di zona lain,” tutur Salahudin.
Sementara itu, Direktur Perumda Tirtayasa, Muhammad Iqbal, menyampaikan apresiasi atas kunjungan dan pengarahan yang diberikan Wawalkot Salahudin kepada jajaran Perumda Tirtayasa dalam peningkatan kinerja dan pelayanan kebutuhan air masyarakat Kota Pekalongan.
Lebih lanjut, Iqbal menyebutkan,di Kota Pekalongan sendiri saat ini 80 persen sumber air baku mengandalkan dari air sumur dan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) yang merupakan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah sebagai solusi short term (jangka pendek) dalam mendukung pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
“Kami harus memitigasi permasalahan yang ada lebih detail lagi sehingga menemukan problem solving ke depanlebih terukur. Seperti diketahui, 80 persen sumber air baku di Kota Pekalongan mengandalkan dari air sumur, sedangkan selama ini air sumur itu terkendala revitalisasi dan kondisi konstruksinya yang mengharuskan petugas kami menterjemahkan di lapangan apakah harus direvitalisasi atau memang harus menyari sumber baru lagi yang memunginkan,” paparnya.
Dengan adanya pemetaan zona wilayah tersebut,lanjut Iqbal, diharapkan, nantinya bisa lebih memetakan seberapa besar kebutuhan air di wilayah tersebut. Iqbal menyebutkan, untuk ideal target cakupan kebutuhan air di zona wilayah adalah sebesar 80 persen,namun di Kota Pekalongan saat ini rata-rata kisarannya baru 60 persen.
“Karena disini sebelumnya kelemahannya terlalu diinterkoneksi, sehingga sumur dari titik A terkadang menyuplai titik B yang jaraknya cukup jauh sekali,sehingga tidak maksimal. Oleh karena itu, ke depannya di zona itu dengan jumlah penduduk sekian, targetnya berapa persen yang harus diampu,dan berapa kebutuhan sumur yang menjadi pedoman kami di lapangan. Tetapi, kami optimis, mengapa di Kota Pekalongan tidak ada gejolak atau permasalahan cukup serius, karena hampir 22 persen diampu oleh PAMSIMAS, namun PAMSIMAS tersebut adalah solusi short term dari pemerintah karena kedalaman konstruksi dan jaringannya tidak memungkinkan bertahan lama, jadi kemungkinan hitungan 5-10 tahun akan ada problem-problem, terutama di masa operasional beberapa titik PAMSIMAS yang bermasalah,”pungkasnya.
(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)