Terima Hasil Penelitian, Pemkot Libatkan OPD Optimalkan Keberadaan Kampung Tempe

Usai melakukan Forum Grup Discussion (FGD) di bulan Oktober lalu, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) menindaklanjuti dengan menyampaikan dan penyerahan hasil penelitian penerapan teknologi pertanian pada produk tempe kepada Pemerintah Kota Pekalongan untuk menguatkan branding potensi lokal di Kota Pekalongan yakni Kampung Tempe Kuripan Kertoharjo.

Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIP) UGM, Didik Purwadi, mengatakan bahwa sebagai akademisi pihaknya mencoba membantu bagaimana pengembangan kampung tempe dengan melakukan studi lapangan untuk  mengetahui kebutuhan apa saja yang perlu disiapkan dengan mendatangi ke beberapa dinas terkait dan pengrajin, "Dari sana akhirnya kami menemukan 2 hal yaitu karakteristik dari para pengrajin dan proses pengolahan tempe yang baik. Terkait karakteristik pengrajin ternyata kita temukan satu usia rata-rata diatas 40 tahun, dari sisi tempat produksi tidak luas dan terpencar, masih sangat tradisional, tidak ada pencatatan, tidak memiliki label. Jika hal ini diangkat oleh pemerintah sebagai tujuan wisata yang kita khawatirkan mereka belum siap menghadapi tantangan kedepan, sebagai perusahaan harus jelas kriterianya," tandasnya usai penyerahan hasil penelitian di aula Dindagkop-UKM, Senin (13/11/2023).

Didik menyampaikan sejumlah rekomendasi yang disampaikan diantaranya dari sisi bangunan diperbaiki, mesin, menjalankan SOP dengan baik dan penyajian peta di kampung tempe tersebut, "Dinas-dinas yang ditunjuk mau meneruskan atau tidak, sebab kami perguruan tinggi tidak bisa menjadi eksekutor kami sebagai fasilitator pengembangan, disini punya potensi batik, wisatawan yang mencari batik pasti tidak akan terlepas dari kuliner, nah potensi tempe ini mudah-mudahan bisa dibawa dan dijalankan dengan sistematis," sambungnya.

Ia menambahkan,  produk olahan yang harus diperhatikan oleh pengrajin tempe yaitu produk yang tidak melepas taste daripada bahan utamanya tersebut, "Yang masih menjadi kendala para pengrajin ini pemasaran aneka olahan tempe, karena tastenya tempe hampir hilang. Jadi kami simpulkan industri tempe harus tetap menampakkan tempe dan kelebihannya dengan sentuhan lain," tandasnya.

Sementara itu, Wakil Walikota, Salahudin menjelaskan dari penelitian  yang dilakukan berhasil terpotret kebutuhan yang harus disiapkan, rekomendasi, dan setelah disepakati semua ia berharap kebutuhan anggaran bisa terfasilitasi dan terealisasi di perubahan 2024, sehingga tujuan utamanya yaitu mensejahterakan masyarakat dan membantu meningkatkan penghasilan keluarga bisa tercapai. 

Ia melanjutkan, hasil penelitian juga dilanjutkan dengan kesepakatan tindak  OPD seperti halnya Dindagkop-UKM memfasilitasi pembentukan koperasi pengrajin tempe dan labelisasi, DPMPTSP membantu hal-hal lain terkait perizinan usaha, Bappeda akan koordinasikan kaitan dengan branding kampung tempe, termasuk showroom etalase produksi, "Dan OPD lain sepakat untuk mempertegas kampung tematik di Pekalongan selatan agar menjadi daya angkat perekonomian Kelurahan Kuripan Kertoharjo, Kecamatan Pekalongan Selatan," ujarnya.

Lebih lanjut, kepala Bappeda Kota Pekalongan, Cayekti Widigdo ia ingin agar riset yang sudah dilakukan oleh UGM dan pemerintah kota Pekalongan tidak hanya selesai di riset saja tetapi dapat distribusikan menjadi bagian dari tugas fungsinya  masing-masing instansi terkait, "Tidak hanya perangkat daerah di kota Pekalongan tetapi juga perguruan tinggi disini ikut mengawal ini, tadi sudah kita sampaikan kita bagi tugas masing-masing opd, Dinperinaker melakukan apa, DPMPTSP melakukan apa, dan lainnya yang intinya adalah bahwa kampung tempe yang sudah dirintis salah satu produk unggulan bisa kita dorong semakin maju kedepan bisa menjadi salah satu produk unggulan," tukasnya.

(DINKOMINFO KOTA PEKALONGAN)