Tekan Penyakit Berbasis Lingkungan, Warga Diajak Tegakkan 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan kesehatan lingkungannya, lingkungan yang sehat dapat mendukung kesehatan masyarakatnya, begitupun sebaliknya, ketika masyarakat sudah peduli akan kesehatannya maka mereka juga peduli dengan lingkungannya. Jika lingkungannya kurang baik, maka dapat dipastikan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah dan ini akan mengancam kesehatan masyarakat seperti penyebaran penyakit saluran pencernaan, keracunan makanan dal lain-lain. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kesehatan mendorong rumah tangga untuk menegakkan 5 pilar  Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan, Slamet Budiyanto melalui Sanitarian Muda setempat, Maysaroh dalam kegiatan verifikasi lapangan STBM di Kelurahan Bandengan, kemarin.

Maysaroh mengatakan bahwa sanitasi yang aman adalah sanitasi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, sehingga tidak menimbulkan penyakit berbasis lingkungan seperti diare, demam berdarah  dan lainnya. 

Dijelaskan Maysaroh 5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tersebut antara lain stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dimana untuk Kota Pekalongan pada tahun 2023 sudah melaksanakan deklarasi Open Defecation Free atau ODF dan sudah diverifikasi oleh Provinsi Jawa Tengah dan dinyatakan lolos, sehingga masyarakat Kota Pekalongan sudah tidak ada lagi yang BABS secara terbuka di jamban apung (helikopter). Dikatakan Maysaroh, namun saat ini pihaknya masih mendorong supaya masyarakat juga tidak lagi BABS secara tertutup, maksudnya mereka sudah punya jamban akan tetapi belum mempunyai septic tank.

“Sanitasi aman artinya masyarakat yang sudah punya jamban, masih kita lihat apakah sudah punya septic tank atau belum, lalu ketika sudah punya septic tank, kita lihat juga sudah pernah disedot apa belum, kalau belum artinya ini masih memungkinkan cemaran di sekitar,” katanya.

Pilar kedua, yaitu bagaimana perilaku masyarakat dalam hal cuci tangan, karena selama ini, Maysaroh mengatakan bahwa kasus diare di Kota Pekalongan masih cukup tinggi, banyak faktor yang berkontribusi untuk terjadinya penyakit ini, salah satunya perilaku cuci tangan. Mungkin masyarakat sudah cuci tangan, namun yang dilihat apakah cuci tangannya ini sudah baik dan sesuai aturan atau belum dan apakah menggunakan sabun atau tidak.

“Pilar ketiga adalah bagaimana pengelolaan makanan dan minuman di rumah tangga, ini sangat berpengaruh besar. Makanan sudah disiapkan memenuhi gizi seimbang tapi karena pengelolaan dan penyimpanan tidak baik maka makanan tersebut tidak terserap dengan baik, bahkan justru menyebabkan penyakit salah satunya diare, jika yang terjangkit anak-anak maka resiko yang ditimbulkan lebih tinggi seperti stunting, dan lainnya,” tandasnya.

Selanjutnya, pilar keempat yakni bagaimana pengelolaan sampah, sampah harus dikelola dengan cara yang aman, tidak dibuang sembarangan atau dibakar, yang diharapkan masyarakat sudah ada di tingkat pemilihan sampah dari rumah.
 
“Pilar terakhir yaitu limbah cair non kakus seperti limbah cuci piring, cuci baju, harus dikelola dengan baik agar tidak ada limbah cair yang tergenang di sekitar rumah,” sambungnya.

Maysaroh berharap 5 pilar bisa diterapkan oleh masyarakat pada masing-masing rumah tangganya, sehingga terwujud lingkungan yang sehat.

(Dinkominfo Kota Pekalongan)