Tekan Kasus Fatherless, Kota Pekalongan Gencarkan Gerakan Ayah Teladan Indonesia

Kota Pekalongan – Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan melalui Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P2KB) terus menggencarkan pelaksanaan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), sebagai upaya nyata mendukung program nasional yang diluncurkan oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN.
GATI bertujuan untuk mendorong keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan anak guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak secara emosional, sosial, dan intelektual, serta menekan dampak fenomena fatherless atau hilangnya peran ayah dalam kehidupan anak.
Gerakan ini mulai digaungkan dalam kegiatan advokasi GATI yang dikemas dalam Pertemuan Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR), bertempat di Ruang Buketan Setda Kota Pekalongan, Selasa (10/06/2025). Acara ini dibuka langsung oleh Wali Kota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid.
Dalam sambutannya, Wali Kota Aaf, sapaan akrabnya menegaskan pentingnya kesadaran kolektif untuk menguatkan peran ayah dalam pengasuhan. Ia menyebutkan, Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga dunia dalam kasus fatherless.
"Ini sangat memprihatinkan karena berdampak langsung pada kondisi psikologis dan sosial anak. Banyak anak yang tumbuh dengan gangguan emosi, kesulitan membangun hubungan sosial, hingga berisiko mengalami masalah kesehatan mental dan seksual,” tegasnya.
Wali Kota Aaf menjelaskan bahwa, saat ini peran gender dalam keluarga telah bergeser. Dimana, zaman dahulu, ayah hampir 99 persen bertugas mencari nafkah. Tapi sekarang, dengan era emansipasi, perempuan pun sudah banyak yang berperan sebagai tulang punggung keluarga. Di semua sektor, mulai dari politik hingga pemerintahan, perempuan sudah aktif terlibat.
"Maka sudah saatnya ayah juga berperan lebih aktif dalam pengasuhan, tidak hanya menjadi simbol kehadiran di rumah,"katanya.
Melalui GATI, lanjutnya, Pemkot Pekalongan berkomitmen untuk memberikan edukasi dan layanan pendampingan kepada para ayah, baik pra-nikah, saat menikah, maupun saat telah memiliki anak. Tujuannya, agar para ayah mampu memahami pentingnya pengasuhan yang setara dan kolaboratif dengan ibu.
“Ini bukan soal membagi tugas, tetapi soal membentuk keluarga yang adil, seimbang, dan penuh cinta,” ungkapnya.
Kepala Dinsos-P2KB Kota Pekalongan, Yos Rosyidi, menjelaskan bahwa, kegiatan advokasi GATI ini merupakan bentuk sosialisasi awal untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya peran ayah.
“GATI mendorong keterlibatan ayah tidak hanya dalam aspek finansial, tetapi juga pendidikan, perawatan, hingga dukungan emosional anak. Hari ini, kita menghadirkan 50 peserta dari berbagai unsur, seperti OPD, kepala sekolah, komite sekolah, dan paguyuban orang tua dari SMP/MTs dan SMA/MA se-Kota Pekalongan,” terangnya.
Menurut Yos, output dari kegiatan ini adalah terbentuknya kesadaran kolektif dan terbentuknya GATI (Gerakan Ayah Teladan) di masing-masing satuan pendidikan.
“Kami ingin gerakan ini tidak berhenti sebagai seremonial, tapi berlanjut secara konkret di lingkungan sekolah dan keluarga,” tambahnya.
Ia menyoroti masih kuatnya persepsi masyarakat bahwa peran ayah sebatas pencari nafkah.
“Pengasuhan emosional, intelektual, bahkan pendampingan anak menjelang dan saat remaja masih didominasi ibu. Akibatnya, banyak anak yang merasa kurang mendapat figur ayah dalam fase penting pertumbuhan mereka. Ini yang ingin kita ubah melalui GATI,"bebernya.
Yos menambahkan bahwa melalui pendekatan keluarga yang partisipatif, para ayah dan calon ayah didorong untuk lebih terlibat dalam pengasuhan anak.
"Keterlibatan ayah yang aktif bisa meningkatkan rasa percaya diri anak, memperkuat nilai etika, dan membentuk relasi emosional yang sehat. Ini pondasi penting untuk mencetak generasi unggul yang mandiri, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan zaman,"paparnya.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, diharapkan GATI dapat menjadi gerakan berkelanjutan yang mengubah paradigma pengasuhan di Kota Pekalongan dan menekan angka fatherless secara signifikan.
"Sehingga, anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan keluarga yang lebih harmonis, penuh kasih sayang, dan stabil secara emosional,"tukasnya. (Dian)
GATI bertujuan untuk mendorong keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan anak guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak secara emosional, sosial, dan intelektual, serta menekan dampak fenomena fatherless atau hilangnya peran ayah dalam kehidupan anak.
Gerakan ini mulai digaungkan dalam kegiatan advokasi GATI yang dikemas dalam Pertemuan Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR), bertempat di Ruang Buketan Setda Kota Pekalongan, Selasa (10/06/2025). Acara ini dibuka langsung oleh Wali Kota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid.
Dalam sambutannya, Wali Kota Aaf, sapaan akrabnya menegaskan pentingnya kesadaran kolektif untuk menguatkan peran ayah dalam pengasuhan. Ia menyebutkan, Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga dunia dalam kasus fatherless.
"Ini sangat memprihatinkan karena berdampak langsung pada kondisi psikologis dan sosial anak. Banyak anak yang tumbuh dengan gangguan emosi, kesulitan membangun hubungan sosial, hingga berisiko mengalami masalah kesehatan mental dan seksual,” tegasnya.
Wali Kota Aaf menjelaskan bahwa, saat ini peran gender dalam keluarga telah bergeser. Dimana, zaman dahulu, ayah hampir 99 persen bertugas mencari nafkah. Tapi sekarang, dengan era emansipasi, perempuan pun sudah banyak yang berperan sebagai tulang punggung keluarga. Di semua sektor, mulai dari politik hingga pemerintahan, perempuan sudah aktif terlibat.
"Maka sudah saatnya ayah juga berperan lebih aktif dalam pengasuhan, tidak hanya menjadi simbol kehadiran di rumah,"katanya.
Melalui GATI, lanjutnya, Pemkot Pekalongan berkomitmen untuk memberikan edukasi dan layanan pendampingan kepada para ayah, baik pra-nikah, saat menikah, maupun saat telah memiliki anak. Tujuannya, agar para ayah mampu memahami pentingnya pengasuhan yang setara dan kolaboratif dengan ibu.
“Ini bukan soal membagi tugas, tetapi soal membentuk keluarga yang adil, seimbang, dan penuh cinta,” ungkapnya.
Kepala Dinsos-P2KB Kota Pekalongan, Yos Rosyidi, menjelaskan bahwa, kegiatan advokasi GATI ini merupakan bentuk sosialisasi awal untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya peran ayah.
“GATI mendorong keterlibatan ayah tidak hanya dalam aspek finansial, tetapi juga pendidikan, perawatan, hingga dukungan emosional anak. Hari ini, kita menghadirkan 50 peserta dari berbagai unsur, seperti OPD, kepala sekolah, komite sekolah, dan paguyuban orang tua dari SMP/MTs dan SMA/MA se-Kota Pekalongan,” terangnya.
Menurut Yos, output dari kegiatan ini adalah terbentuknya kesadaran kolektif dan terbentuknya GATI (Gerakan Ayah Teladan) di masing-masing satuan pendidikan.
“Kami ingin gerakan ini tidak berhenti sebagai seremonial, tapi berlanjut secara konkret di lingkungan sekolah dan keluarga,” tambahnya.
Ia menyoroti masih kuatnya persepsi masyarakat bahwa peran ayah sebatas pencari nafkah.
“Pengasuhan emosional, intelektual, bahkan pendampingan anak menjelang dan saat remaja masih didominasi ibu. Akibatnya, banyak anak yang merasa kurang mendapat figur ayah dalam fase penting pertumbuhan mereka. Ini yang ingin kita ubah melalui GATI,"bebernya.
Yos menambahkan bahwa melalui pendekatan keluarga yang partisipatif, para ayah dan calon ayah didorong untuk lebih terlibat dalam pengasuhan anak.
"Keterlibatan ayah yang aktif bisa meningkatkan rasa percaya diri anak, memperkuat nilai etika, dan membentuk relasi emosional yang sehat. Ini pondasi penting untuk mencetak generasi unggul yang mandiri, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan zaman,"paparnya.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, diharapkan GATI dapat menjadi gerakan berkelanjutan yang mengubah paradigma pengasuhan di Kota Pekalongan dan menekan angka fatherless secara signifikan.
"Sehingga, anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan keluarga yang lebih harmonis, penuh kasih sayang, dan stabil secara emosional,"tukasnya. (Dian)