Tahun 2019, Kunjungan Museum Batik Alami Peningkatan Cukup Signifikan

Hingga penghujung tahun 2019, jumlah kunjungan ke Museum Batik Kota Pekalongan yang berlokasi di Jalan Jetayu No 1, Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Sehingga, hal ini juga sangat berpengaruh pada meningkatnya pendapatan yang diperoleh pihak museum. Pada tahun 2019, tercatat sebanyak 28.930 orang pengunjung baik lokal maupun mancanegara berkunjung ke museum yang menjadi kebanggaan Warga Kota Pekalongan. Dari total kunjungan tersebut menyumbang pendapatan senilai Rp101 juta. Hal ini disampaikan oleh Kepala UPTD Museum Batik Pekalongan, Bambang Saptono saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (30/12/2019).
 
Bambang menyebutkan dari total kunjungan pada tahun ini terjadi peningkatan baik pendapatan dan jumlah pengunjung.
 
“Alhamdulillah pada tahun ini tingkat pendapatan dan jumlah kunjungan naik dari tahun sebelumnya dimana jumlah pengunjung tahun 2018 hanya mencapai 25.520 orang sedangkan tahun 2019 mencapai 28.930 orang pengunjung. Sementara itu, terkait perolehan pendapatan dari Museum Batik mengalami kenaikan Rp5 juta dari Rp96 juta (tahun 2018) menjadi Rp101 juta.  Kami memang selalu berupaya untuk meningkatkan pendapatan setiap tahunnya, dari catatan kami selama lima tahun terakhir ini, pada tahun 2019 inilah yang cukup signifikan kenaikannya,” tutur Bambang.
 
Bambang menjelaskan untuk menarik antusiasme kunjungan ke museum Batik, pihaknya berusaha untuk menggagas beberapa program kerja yang menggandeng sejumlah sekolah, komunitas penggerak wisata, dan biro perjalanan wisata baik yang ada di Kota Pekalongan maupun di luar Kota Pekalongan. Selain itu, terus melakukan promosi baik melalui media sosial maupun mengikuti beberapa pameran.
 
“Kunjungan paling banyak biasanya pada saat moment liburan anak sekolah, libur lebaran, dan libur akhir tahun seperti sekarang ini. Mereka hanya ditarik biaya HTM sebesar Rp2 ribu untuk anak sekolah, Rp5 ribu untuk orang dewasa, dan Rp10 ribu untuk turis mancanegara. Adapun jam operasional museum dari pukul 08.00-15.00 WIB. Mereka disini bisa melihat aneka koleksi kain batik nusantara, belajar membatik, hingga pengelolaan IPAL batik yang baik dan benar seperti apa,” terang Bambang.
 
Ditambahkan Tourguide Museum Batik, Pasattimur Fajar Dewa mengungkapkan telah ada 1.261 koleksi kain batik yang dipamerkan dalam tiga ruang pamer. Dewa menegaskan bahwa Museum Batik ingin senantiasa berinovasi untuk melakukan penyegaran baik tema maupun ruang pamer serta koleksi-koleksinya.
 
“Kami juga menjalin kerjasama dengan ITB untuk menerapkan teknologi QR code untuk mempermudah pendataan batik, sehingga pengunjung bisa dengan memudah mendapatkan informasi mengenai koleksi batik di museum. Pengunjung cukup melakukan scan menggunakan smartphone untuk mendapatkan informasi. Selain itu, kami juga mendapatkan bantuan studio fotografi, alat memotret kain yang dioperasionalkan melalui computer,” imbuh Dewa.
 
Salah satu pengunjung asal Jakarta, Syamsul Hilal mengaku senang dapat membawa serta keluarganya untuk belajar membatik ke Museum Batik Pekalongan. Dikatakan Syamsul, koleksi batik di Museum Batik Pekalongan sudah cukup bagus, namun pihaknya menginginkan adanya penyegaran dan senantiasa diperbaharui.
 
“Kami baru pertama kali datang kesini dalam rangka libur Natal dan Tahun Baru, apalagi anak Saya juga kebetulan libur sekolah sehingga kami menyempatkan berkunjung kesini. Keberadaan Museum Batik ini, menurut kami sangat membantu kami mengenal tradisi membatik, memberikan edukasi generasi muda khususnya anak saya untuk belajar proses pembuatan batik, aneka kain batik nusantara, perkembangan batik dari tahun ke tahun sehingga kami jadi mengetahui juga perbedaan kain batik dari berbagai daerah seperti apa, ternyata sangat beragam dan memiliki ciri khas masing-masing,” pungkas Syamsul.