Sektor Batik Didorong Bertransformasi ke Ekosistem Digital dan Menyesuaikan Permintaan Pasar

Kota Pekalongan - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop-UKM) Republik Indonesia turut mendorong agar pelaku UMKM terutama sektor batik bisa tergabung dalam ekosistem digital. Dimana, tercatat saat ini sudah ada 19,5 juta pelaku UMKM atau 34 persen dari total UMKM yang ada masuk e-commerce. Hal ini disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan UKM RI, Rully Nuryanto, saat menghadiri Pekan Batik Nusantara (PBN) Tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan dan dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, berlangsung di Kawasan GOR Jetayu Kota Pekalongan, Rabu (5/10/2022).

Rully menjelaskan bahwa, industri batik ini menjadi bagian industri tekstil dan pakaian jadi yang terus didorong untuk dapat bertransformasi baik dari sisi produksi, maupun pemasaran. Sebab, batik sudah menjadi salah satu identitas budaya bangsa Indonesia dan mendapat pengakuan dari  The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya tak benda  milik dunia pada bidang Intangible Cultural Heritage Pihaknya juga mengapresiasi bahwa, pelaksanaan HBN Tahun 2022 di Kota Pekalongan yang bisa kembali digelar ini menjadi upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pada upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia sekaligus meningkatkan kecintaan produk dalam negeri.

“Selamat atas penyelenggaraan acara PBN Tahun 2022 ini setelah dua tahun tidak bisa diselenggarakan, hal ini menunjukan perekonomian Indonesia sudah berangsur membaik, seiring keberhasilan pengendalian Covid 19, data BPS pada tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan kedua sebesar 5,44 persen year on year. Angka tersebut lebih tinggi daripada  pertumbuhan ekonomi kuartal 1 tahun 2022 sebesar 5,01 persen, sementara untuk nilai ekspor per Juli 2022 sebesar Rp25,57 Milliar USD atau naik 32 persen dibanding Juli 2021 lalu,” ucapnya.

Menurutnya, adanya pandemi Covid-19 juga membuka peluang untuk terus tumbuh di Indonesia. Dimana, pada tahun 2025 mendatang, transaksi ekonomi digital bisa mencapai Rp1700 Triliun, tentu hal ini menjadi potensi besar dan menjadi peluang untuk industri pengrajin dan pedagang batik  untuk lebih meningkatkan produksi dan omset penjualannya. Lanjutnya, pelaku industri batik juga harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan perkembangan IT saat ini. Melalui PBN ini, semakin memperkuat engagement antara pelaku industri batik, produsen, dan para konsumennya. Disamping itu, dukungan Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemerintah Kota Pekalongan dalam melakukan pembinaan dan kurasi terhadap UMKM unggulan daerah, seperti di Kota Pekalongan adalah sektor batik. 

“Selain itu, pelaku industri batik dalam hal memproduksi karya batiknya juga harus menyesuaikan permintaan pasar yang saat ini didominasi oleh konsumen anak-anak muda, sehingga juga harus mengikuti trend fashion anak muda tanpa meninggalkan nilai-nilai kepakeman dari seni batik itu sendiri. Terlebih, anak-anak muda juga diharapkan tidak hanya senang memakai baju batik, tetapi juga mencintai seni membatiknya, sehingga ada regenerasi dan menambah pelaku pengrajin batik yang saat ini ada sekitar 47 ribu pembatik di 101 sentra batik dengan menyerap tenaga kerja 200 ribu orang di Indonesia,” pungkasnya.