Ratusan Siswa PAUD Kota Pekalongan, Ikuti Lomba Nyolet

Kota Pekalongan - Ratusan pelajar pendidikan anak usia dini (PAUD) se-kota Pekalongan mengikuti lomba nyolet yang digelar pemerintah kota Pekalongan melalui Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Dinparbudpora), berlangsung di halaman museum batik setempat selama 2 hari, 12-13 September 2022. Lomba nyolet menjadi bagian dari rangkaian untuk memeriahkan peringatan hari batik nasional tahun 2022.
Kepala Dinparbudpora, Sutarno menjelaskan nyolet adalah salah satu langkah dalam pembuatan batik, dengan menyasar anak PAUD, budaya batik dapat dikenal oleh anak usia dini, sehingga generasi pembatik di kota Pekalongan akan terus ada, “Kota Pekalongan ditetapkan Unesco sebagai Kota Batik, oleh karena itu jangan sampai generasi pembatik terputus," tuturnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Museum Batik, Ahmad Asror mengatakan lomba tingkat nyolet tingkat TK/RA rutin digelar sejak tahun 2015 hingga sekarang dan antusias masyarakat kota Pekalongan pada tiap tahunnya selalu meningkat.
Ia menyebutkan, 139 peserta lomba berasal dari 69 lembaga pendidikan anak usia dini di kota Pekalongan. Lebih lanjut, ia mengungkapkan 2 indikator penilaian nyolet yaitu kreativitas dan kerapihan. Peserta dipersilahkan mengkolaborasikan 4 warna telah disediakan panitia untuk ditorehkan di atas kain. Karena resiko melebarnya warna lebih besar saat menyolet, sehingga kerapihan hasil peserta dijadikan penilaian. Mengingat jumlah peserta cukup banyak, nantinya akan ditentukan 6 pemenang, juara I, II, III, harapan I, II dan III.
“Lomba TK/RA kita selenggarakan tidak untuk seluruh proses batik hanya sebatas pewarnaan yang dikenal dengan istilah nyolet, jadi menggunakan kuas bambu langsung ke kain batik, cuman kain sudah dibatik, kita pakai dengan plangkan, bingkainya untuk memudahkan proses pewarnaan,” tandasnya.
Hadir membuka acara dan memantau jalannya lomba, Ketua TP PKK sekaligus Bunda PAUD Kota Pekalongan, Inggit Soraya, berharap bibit pengrajin batik bisa ditumbuhkan melalui kegiatan ini, terutama pengrajin pembatik tulis di kota Pekalongan sudah banyak lanjut usia. Jika generasi muda tidak dikenalkan budaya leluhur, dikhawatirkan akan hilang begitu saja.
"Lomba ini mengenalkan batik kepada generasi muda, selain itu juga melestarikan batik yang mana sebagai warisan budaya, cara melestarikan tidak hanya memakai batik saja tetapi tahu prosesnya sehingga muncul regenerasi pembatik," harapnya.
(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)
Kepala Dinparbudpora, Sutarno menjelaskan nyolet adalah salah satu langkah dalam pembuatan batik, dengan menyasar anak PAUD, budaya batik dapat dikenal oleh anak usia dini, sehingga generasi pembatik di kota Pekalongan akan terus ada, “Kota Pekalongan ditetapkan Unesco sebagai Kota Batik, oleh karena itu jangan sampai generasi pembatik terputus," tuturnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Museum Batik, Ahmad Asror mengatakan lomba tingkat nyolet tingkat TK/RA rutin digelar sejak tahun 2015 hingga sekarang dan antusias masyarakat kota Pekalongan pada tiap tahunnya selalu meningkat.
Ia menyebutkan, 139 peserta lomba berasal dari 69 lembaga pendidikan anak usia dini di kota Pekalongan. Lebih lanjut, ia mengungkapkan 2 indikator penilaian nyolet yaitu kreativitas dan kerapihan. Peserta dipersilahkan mengkolaborasikan 4 warna telah disediakan panitia untuk ditorehkan di atas kain. Karena resiko melebarnya warna lebih besar saat menyolet, sehingga kerapihan hasil peserta dijadikan penilaian. Mengingat jumlah peserta cukup banyak, nantinya akan ditentukan 6 pemenang, juara I, II, III, harapan I, II dan III.
“Lomba TK/RA kita selenggarakan tidak untuk seluruh proses batik hanya sebatas pewarnaan yang dikenal dengan istilah nyolet, jadi menggunakan kuas bambu langsung ke kain batik, cuman kain sudah dibatik, kita pakai dengan plangkan, bingkainya untuk memudahkan proses pewarnaan,” tandasnya.
Hadir membuka acara dan memantau jalannya lomba, Ketua TP PKK sekaligus Bunda PAUD Kota Pekalongan, Inggit Soraya, berharap bibit pengrajin batik bisa ditumbuhkan melalui kegiatan ini, terutama pengrajin pembatik tulis di kota Pekalongan sudah banyak lanjut usia. Jika generasi muda tidak dikenalkan budaya leluhur, dikhawatirkan akan hilang begitu saja.
"Lomba ini mengenalkan batik kepada generasi muda, selain itu juga melestarikan batik yang mana sebagai warisan budaya, cara melestarikan tidak hanya memakai batik saja tetapi tahu prosesnya sehingga muncul regenerasi pembatik," harapnya.
(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)