Percepat Penurunan Stunting, BKKBN Orientasi Toma Toga Toda

BKKBN Provinsi Jawa Tengah terus mendorong penurunan stunting di tiap daerah salah satunya di Kota Pekalongan yakni melalui kegiatan Orientasi Percepatan Penurunan Stunting Bagi Tokoh Masyarakat (Toma), Tokoh Agama (Toga), Tokoh Adat (Toda), dan Mitra Kerja se-Jawa Tengah, di Hotel Howard Johnson (Hojo) Kota Pekalongan selama 2 hari, Rabu-Kamis (12-13/7/2023).
Widyaiswara Ahli Utama BKKBN Jawa Tengah, Mintono mengungkapkan tujuannya yakni meningkatkan sikap keterampilan peserta tentang Program Bangga Kencana kaitannya dengan program percepatan penurunan stunting. BKKBN ditunjuk sebagai koordinator untuk percepatan penurunan stunting di angka 14% pada tahun 2024. "Sekarang di Jawa Tengah tahun 2023 ini rata-rata sekitar 20%. Masih banyak hal yang harus dikerjakan untuk menurunkan 6% itu," jelas Mintono.
BKKBN Jawa Tengah menggandeng Badan Perancana Desa (BPD) agar anggaran stunting itu bisa dimasukkan di dalam alokasi dana desa. Sehingga tak hanya mengandalkan dana APBD dan APBN. Dari alokasi dana desa bisa diprogramkan untuk penurunan stunting. "Stunting menjadi permasalahan di desa-desa meskipun di kota juga ada, tak hanya menggandeng BPD tapi dari kelurahan juga kami dorong melakukan hal serupa," tutur Mintono.
Lanjut Mintono, Program Bangga Kencana di dalamnya berbagai unsur program digiatkan seperti Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKB-EMAS), Dapus Sehat Atasi Stunting, dan sebagainya. "Kita tangani dari hulu sampai hilir, mulai dari menekankan calon pengantin untuk memeriksakan kesehatan, menggiatkan ibu hamil periksa ke puskesmas, dan lainnya," kata Mintono.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Pekalongan, M Azmi Basyir hadir menjadi narasumber. Menurutnya permasalahan stunting bukan sekadar diurus saat ada seremonial, stunting menjadi satu masalah yang menyebabkan masalah di masa depan. "Angkanya keluar gizi buruk yang dihitung dari indikator pengukuran di posyandu, pernikahan muda, dan indikator lainnya. Angkanya keluar sekarang tapi masalah tidak akan diliat sekarang tapi bagaimana ke depan apakah menjadi masalah untuk negara ataupun jadi solusi menjadi generasi yang produktif atau generasi emas 2045," papar Azmi.
Faktor yang dilihat salah satunya stunting. Disampaikan Azmi kalau dari kecil anak sudah tidak diurusi oleh orang tua karena ada masalah kesejahteraan, kemudian tidak ada pemahaman pentingnya makan telur, tidak ada pemahaman bahwa anak harus lebih sejahtera dari orang tuanya maka stunting akan terus menjadi permasalahan. "Di daerah yang tingkat kemiskinan tinggi mungkin orang tua tidak sampai memikirkan pentingnya anak untuk sekolah. Meskipun sekolah tak menjamin kesuksesan seseorang tapi dengan bersekolah maka probabilitas orang tersebut lebih baik," tukas Azmi
Widyaiswara Ahli Utama BKKBN Jawa Tengah, Mintono mengungkapkan tujuannya yakni meningkatkan sikap keterampilan peserta tentang Program Bangga Kencana kaitannya dengan program percepatan penurunan stunting. BKKBN ditunjuk sebagai koordinator untuk percepatan penurunan stunting di angka 14% pada tahun 2024. "Sekarang di Jawa Tengah tahun 2023 ini rata-rata sekitar 20%. Masih banyak hal yang harus dikerjakan untuk menurunkan 6% itu," jelas Mintono.
BKKBN Jawa Tengah menggandeng Badan Perancana Desa (BPD) agar anggaran stunting itu bisa dimasukkan di dalam alokasi dana desa. Sehingga tak hanya mengandalkan dana APBD dan APBN. Dari alokasi dana desa bisa diprogramkan untuk penurunan stunting. "Stunting menjadi permasalahan di desa-desa meskipun di kota juga ada, tak hanya menggandeng BPD tapi dari kelurahan juga kami dorong melakukan hal serupa," tutur Mintono.
Lanjut Mintono, Program Bangga Kencana di dalamnya berbagai unsur program digiatkan seperti Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKB-EMAS), Dapus Sehat Atasi Stunting, dan sebagainya. "Kita tangani dari hulu sampai hilir, mulai dari menekankan calon pengantin untuk memeriksakan kesehatan, menggiatkan ibu hamil periksa ke puskesmas, dan lainnya," kata Mintono.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Pekalongan, M Azmi Basyir hadir menjadi narasumber. Menurutnya permasalahan stunting bukan sekadar diurus saat ada seremonial, stunting menjadi satu masalah yang menyebabkan masalah di masa depan. "Angkanya keluar gizi buruk yang dihitung dari indikator pengukuran di posyandu, pernikahan muda, dan indikator lainnya. Angkanya keluar sekarang tapi masalah tidak akan diliat sekarang tapi bagaimana ke depan apakah menjadi masalah untuk negara ataupun jadi solusi menjadi generasi yang produktif atau generasi emas 2045," papar Azmi.
Faktor yang dilihat salah satunya stunting. Disampaikan Azmi kalau dari kecil anak sudah tidak diurusi oleh orang tua karena ada masalah kesejahteraan, kemudian tidak ada pemahaman pentingnya makan telur, tidak ada pemahaman bahwa anak harus lebih sejahtera dari orang tuanya maka stunting akan terus menjadi permasalahan. "Di daerah yang tingkat kemiskinan tinggi mungkin orang tua tidak sampai memikirkan pentingnya anak untuk sekolah. Meskipun sekolah tak menjamin kesuksesan seseorang tapi dengan bersekolah maka probabilitas orang tersebut lebih baik," tukas Azmi