Peralihan Musim, Penyebaran DBD dan Chikungunya Harus Diwaspadai

Kota Pekalongan - Lingkungan yang kurang bersih dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Selain itu, kotornya suatu lingkungan dapat menimbulkan hewan-hewan yang tidak diharapkan, seperti nyamuk. Banyak jenis nyamuk yang dapat menimbulkan seseorang terserang penyakit yang terbilang berbahaya, contohnya demam chikungunya dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini memang kerap terjadi di daerah tropis, seperti halnya di Kota Pekalongan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan melalui Epidemolog Dinkes setempat,Opick Taufik mengungkapkan bahwa menghadapi masa peralihan seperti sekarang ini,dari musim penghujan ke musim kemarau, masyarakat diminta mewaspadai merebaknya penyakit DBD dan chikungunya. Pasalnya,masa peralihan ini sangat rawan terjadinya adanya peningkatan populasi nyamuk karena tempat perkembangbiakan dan pertumbuhan larva nyamuk yaitu genangan air lebih banyak tersedia.

 Dijelaskan Opick, DBD dan  chikungunya adalah dua penyakit yang dapat disebabkan oleh gigitan dari nyamuk Aedes Aegypti. Walau begitu, banyak orang yang lebih familiar dengan DBD, sehingga dengan cepat mengatakan apabila gangguan yang menyerang adalah DBD. Memang, lingkungan yang kotor membuat nyamuk lebih mudah berkembang biak.

“Penyakit Chikungunya penyebabnya sama dengan DBD yakni karena gigitan Nyamuk Aedes Aegypti yang berkembangbiak pada genangan air jernih seperti air sisa hujan,hanya saja virus yang dibawa berbeda, ”terangnya.

Dalam mencegah penyebaran Chikunguya dan DBD, lanjut Opick,Dinas Kesehatan Kota Pekalongan telah melakukan fogging massal mulai tanggal 25 Maret-11 April 2021. Pelaksanaan fogging massal tersebut digelar di 10 kelurahan endemis diantaranya Kelurahan Banyurip,Buaran Kradenan,Podosugih,Klego,Noyontaansari,Kuripan Yosorejo,dan sebagainya. Opick menyebutkan,adapun gejala yang timbul saat seseorang terindikasi DBD dan Chikungunya yakni sakit kepala,demam,nyeri otot,sendi membengkak,dan ruam.

“Di tahun ini,kasus yang baru masuk ke kami ada di Kelurahan Sokoduwet,kalau yang tahun lalu kasus Chikungunya paling banyak terjadi di Kelurahan Banyurip dan Kradenan. Untuk DBD masih rendah,tahun 2020 lalu ada 85 orang,namun 5 diantaranya meninggal dunia,dan 80 orang sembuh.Di tahun 2021 ini baru ada 6 orang Alhamdulillah belum ada yang meninggal. Petugas jumantik kami rutin memeriksa secara berkala dan melakukan pelacakan tersangka yang terjangkit. Kami berharap,masyarakat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dengan rajin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M Plus,” paparnya. 

Opick menambahkan, 3M yakni menguras/membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, dan penampung air lemari es; menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum dan kendi; memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Plus-nya yaitu kegiatan pencegahan DBD lainnya, seperti menaburkan bubuk larvasida (lebih dikenal dengan bubuk abate) pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan; menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; menggunakan kelambu saat tidur; memelihara ikan pemakan jentik nyamuk; menanam tanaman pengusir nyamuk; mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah; dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain- lain.

“Pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat adalah menjaga kebersihan diri dan lingkunganya dengan PSN untuk mencegah jentik nyamuk berkembang menjadi nyamuk dengan memutus rantai,”tandasnya


(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)