Pendidikan Karakter Benteng Hadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Menyongsong revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi harus diikuti dengan penguatan pendidikan karakter. Pendidikan karakter pada generasi muda berperan penting untuk menjadi benteng diri atas gempuran IPTEK yang semakin maju. Oleh karena itu, seorang pendidik menjadi kunci untuk mempersiapkan peserta didik untuk melakukan penguatan pendidikan karakter anak agar tanggap terhadap segala tantangan. Hal ini disampaikan Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz SE saat membuka kegiatan Seminar Nasional Pendidikan “Pendidikan Karakter dan Tantangan Era Revolusi Industri 4.0 dalam rangka Memperingati Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-74 PGRI Kota Pekalongan Tahun 2019” yang diadakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, bertempat di Hotel Pesonna setempat, Kamis (21/11/2019).
Seminar yang diikuti oleh guru dan tenaga kependidikan serta stakeholder pendidikan ini sangat diapresiasi oleh Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz, SE. Saelany menyampaikan pendidikan sebagai salah satu tentang pondasi untuk membangun peradaban bangsa yang tentu saja mendapatkan tempat yang penting dan sangat strategis dalam proses pembangunan negara. Selain itu, pendidikan juga menjadi prioritas utama dalam visi misi Pemerintah Kota Pekalongan.
“Pesatnya perkembangan IPTEK mendorong revolusi industri 4.0, berbagai langkah dihadirkan Pemkot Pekalongan guna menghadapi era tersebut salah satunya dengan memperkuat lini pendidikan melalui program pendidikan karakter. Pasalnya, pendidikan karakter itu tidak hanya mendidik anak menjadi pintar saja tetapi juga harus benar (baik),” kata Saelany.
Disampaikan Saelany, oleh karena itu melalui pendidik perlu mengajak peserta didik sebagai generasi muda bangsa untuk selalu berpikir positif, menjaring informasi yang baik dan membentuk pola pikir anak yang baik.
“Sehingga dengan era yang semakin berkembang pesat ini, perlu diantisipasi bersama, selain guru dan pihak sekolah, keluarga dan lingkungan juga memiliki peranan yang penting. Mereka tidak hanya mengajarkan namun juga perlu pemahaman mengenai cara pandang perubahan akan adanya era revolusi tersebut,” tegas Saelany.
Ditambahkan Kepala Dindik Kota Pekalongan, Drs Soeroso MPd menjelaskan dalam menyambut HGN dan HUT ke-74 KORPRI diselenggarakan berbagai kegiatan baik yang bersifat olahraga, akademis, dan kegiatan menarik lainnya. Adapun puncak peringatan tersebut, lanjut Soeroso, Pemkot Pekalongan didampingi Direktur Keaksaraan dan Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud akan melaksanakan Upacara sekaligus mendeklarasikan Kota Pekalongan Bebas Buta Aksara serta Launching Sikap Akan Pengentasan Anak-Anak Putus Sekolah pada Senin mendatang, 25 November 2019 di Lapangan Mataram.
“Pada hari tersebut, dilaksanakan seminar bekerjasama dengan Kemendikbud untuk menambah intelektual dan kemampuan para insan pendidikan di Kota Pekalongan. Pemkot terus fokus menekankan pendidikan karakter dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Sebab, pendidikan karakter ini tidak bisa diajarkan tetapi harus dicontohkan dan diteladankan ke peserta didik,” papar Soeroso.
Dalam seminar tersebut, dihadirkan tiga narasumber yaitu Anggota DPRD Milenial Kota Pekalongan, M Azmi Basyir ST Msc, yang menyampaikan mengenai Membangun Generasi Emas 2045 dengan Bekal Pendidikan Karakter, Prof Moh Najib Azca, Kaprodi Magister Sosiologi UGM mengenai Pendidikan Karakter di Eropa dan Australia, serta Prof DR Suminto A Sayuti, seorang Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNY Yogyakarta.
Seminar yang diikuti oleh guru dan tenaga kependidikan serta stakeholder pendidikan ini sangat diapresiasi oleh Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz, SE. Saelany menyampaikan pendidikan sebagai salah satu tentang pondasi untuk membangun peradaban bangsa yang tentu saja mendapatkan tempat yang penting dan sangat strategis dalam proses pembangunan negara. Selain itu, pendidikan juga menjadi prioritas utama dalam visi misi Pemerintah Kota Pekalongan.
“Pesatnya perkembangan IPTEK mendorong revolusi industri 4.0, berbagai langkah dihadirkan Pemkot Pekalongan guna menghadapi era tersebut salah satunya dengan memperkuat lini pendidikan melalui program pendidikan karakter. Pasalnya, pendidikan karakter itu tidak hanya mendidik anak menjadi pintar saja tetapi juga harus benar (baik),” kata Saelany.
Disampaikan Saelany, oleh karena itu melalui pendidik perlu mengajak peserta didik sebagai generasi muda bangsa untuk selalu berpikir positif, menjaring informasi yang baik dan membentuk pola pikir anak yang baik.
“Sehingga dengan era yang semakin berkembang pesat ini, perlu diantisipasi bersama, selain guru dan pihak sekolah, keluarga dan lingkungan juga memiliki peranan yang penting. Mereka tidak hanya mengajarkan namun juga perlu pemahaman mengenai cara pandang perubahan akan adanya era revolusi tersebut,” tegas Saelany.
Ditambahkan Kepala Dindik Kota Pekalongan, Drs Soeroso MPd menjelaskan dalam menyambut HGN dan HUT ke-74 KORPRI diselenggarakan berbagai kegiatan baik yang bersifat olahraga, akademis, dan kegiatan menarik lainnya. Adapun puncak peringatan tersebut, lanjut Soeroso, Pemkot Pekalongan didampingi Direktur Keaksaraan dan Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud akan melaksanakan Upacara sekaligus mendeklarasikan Kota Pekalongan Bebas Buta Aksara serta Launching Sikap Akan Pengentasan Anak-Anak Putus Sekolah pada Senin mendatang, 25 November 2019 di Lapangan Mataram.
“Pada hari tersebut, dilaksanakan seminar bekerjasama dengan Kemendikbud untuk menambah intelektual dan kemampuan para insan pendidikan di Kota Pekalongan. Pemkot terus fokus menekankan pendidikan karakter dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Sebab, pendidikan karakter ini tidak bisa diajarkan tetapi harus dicontohkan dan diteladankan ke peserta didik,” papar Soeroso.
Dalam seminar tersebut, dihadirkan tiga narasumber yaitu Anggota DPRD Milenial Kota Pekalongan, M Azmi Basyir ST Msc, yang menyampaikan mengenai Membangun Generasi Emas 2045 dengan Bekal Pendidikan Karakter, Prof Moh Najib Azca, Kaprodi Magister Sosiologi UGM mengenai Pendidikan Karakter di Eropa dan Australia, serta Prof DR Suminto A Sayuti, seorang Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNY Yogyakarta.