Pemkot Imbau Masyarakat Patuh Minum Obat Filariasis Tiga Regimen (IDA Treatment)

Sebagai upaya peningkatan cakupan minum obat penyakit kaki gajah ( Filariasis), Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat untuk patuh minum obat filariasis dengan menggunakan tiga regimen yakni Ivermectin, DEC-Albendazole (IDA) treatment. Hal ini disampaikan Asisten Pembangunan Setda Kota Pekalongan, Erli Nufiati SE saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Program Filariasis dalam rangka Advokasi dan Sosialisasi Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM) Filariasis Intervensi Khusus dengan 3 Regimen, bertempat di Ruang Aula BKD Kota Pekalongan, Selasa (22/10/2019).
Erly menyampaikan bahwa filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui nyamuk. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit tropis yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat Kota Pekalongan yang harus segera ditangani bersama. Filariasis menyerang pada sistem limfatik sehingga menyebabkan organ tubuh penderitanya mengalami pembengkakan yang pada umumnya dijumpai pada bagian kaki.
“Pada tahun 2019, berdasarkan survey pretas yang dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, Kota Pekalongan belum berhasil menurunkan angka filaria dibawah 1 persen sehingga Kota Pekalongan harus menambahkan pemberian obat massal filariasis selama dua tahun, maka sesuai WHO pelaksanaan POPM Filariasis tahun 2020-2021 akan menggunakan regimen obat yaitu Ivermectin, DEC dan Albendazole,” ungkap Erli.
Disampaikan Erli, berdasarkan data survey tanggal 29 April-4 Mei 2019 dari BBTKLPP Yogyakarta, kelurahan di Kota Pekalongan yang menjadi endemis filaria diantaranya Kelurahan Jenggot dengan 315 sampel, hasil pemeriksaan didapatkan 5 sample positif (59%), Sapuro Kebulen 332 sampel didapatkan 1 sample positif (0,3%). Dari ehasil evaluasi prevensi filariasis tersebut menunjukkan mikrofilaria masih berada lebih dari 1%. Sehingga, pada tahun 2020-2021 Kota Pekalongan harus menambahkan obat POPM selama 2 tahun.
“Kegiatan ini membutuhkan dukungan lintas sektor, program dan seluruh masyarakat. Harapan kami melalui kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan Dinas Kesehatan pada hari ini tentang pemberian obat filariasis secara massal dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam meminum obat filariasis, karena berdasarkan survey yang ada, tingkat kepatuhan minum obat kaki gajah masih rendah sehingga perlu ditingkatkan lagi. Semakin besar proporsi masyarakat minum obat, semakin besar peluang untuk memutuskan rantai penularannya juga sehingga penyakit tersebut bisa dicegah dan tingkat kesehatan masyarakat Kota Pekalongan akan semakin baik,” jelas Erli.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto, SKM, MKes menuturkan kegiatan rakor juga sebagai evaluasi dari penyelenggaraan POPM selama tahun 2017-2018. Pihaknya mengajak seluruh masyarakat khususnya para lurah sebagai garda terdepan dari Pemkot untuk turut serta mensinergikan semua pihak di wilayahnya agar patuh minum obat filariasis.
“Apakah nanti teknis pelaksanaan pemberian POPM filariasis ini di seluruh kelurahan di Kota Pekalongan atau beberapa kelurahan yang endemis saja nanti tergantung pertimbangan dari pakar dan masukan dari peserta rakor. Namun, kami senantiasa mengajak seluruh masyarakat untuk mensukseskan gerakan Filariasis agar Kota Pekalongan tercinta ini terbebas dari Filariasis,” kata Budi.
Budi menyebutkan, terdapat total 178 kasus filariasis klinis dan 37 diantaranya sudah kronis atau telah terjadi limfedema atau penumpukan cairan yang menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan.
“Dari hasil survey darah jari, angka mikrofilaria di Kota Pekalongan lebih dari 1 persen sehingga penyakit filariasis ini perlu ditangani bersama. Pada hari ini kami hadirkan pakar filaria, Prof. Taniawati Supali untuk memberikan masukan mengenai penanganan kasus filariasis di Kota Pekalongan. Saat ini, terdapat obat baru yakni Ivermectin, yang sebelumnya hanya dua obat yang diberikan untuk pencegahan filariasis, yakni DEC-Abendazole. Ketiga obat ini diharapkan akan lebih efektif dalam memaksimalkan pengobatan filariasis yang lebih efektif lagi,” terang Budi.