Pemkot Dampingi Ulama Turki Letakkan Batu Pertama Pembangunan Ponpes Al-Maliki

Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz SE dan Wakil Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid SE berkesempatan mendampingi Prof Assyekh Assayyid Muhammad Fadhil bin Faiq Al-Jailany dari Turki cucu Syekh Abdul Qodir Al Jailany ke-25 pada kegiatan peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Al-Maliki dan jembatan menuju ponpes di Jalan Buaran 2 Pelita IV RT 01 RW 10, Kelurahan Kuripan Kertoharjo, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Rabu (18/9/2019).

 

Prof Assyekh Assayyid Muhammad Fadhil mendoakan Kota Pekalongan, agar menjadi kota yang diridhoi Allah SWT, masyarakatnya bisa hidup sejahtera lahir dan batin. “Kota Pekalongan seperti rumah, saya sangat senang berkunjung di Kota Pekalongan karena keramahan masyarakatnya,” tutur Prof Assyekh yang diterjemahkan melalui juru bicaranya.

 

Prof Assyekh Assyayid Muhammad Fadhil mengaku sudah berkunjung di 400 kota, baik di Eropa, Amerika, dan Asia. Namun yang membekas di hatinya saat berkunjung di Indonesia, di dalamnya Pekalongan. “Bagi saya, Kota Pekalongan adalah kota kedua, setelah Turki. Saya sangat senang karena karena keramahtamahan masyarakat Pekalongan,” ujar Prof Assyekh.

 

Saat memberikan tausiyah Prof Assyekh menceritakan keutamaan orang yang berilmu. Sahabat Rasululloh yang juga menantu, Sayidina Ali bin Abi Tholib berkata, barangsiapa yang mengajariku huruf saja, maka aku siap menjadi budak orang tersebut. “Dari ungkapan itu, memposisikan ilmu sangat mulia. Karena ketika menjadi budak maka tanpa ikatan waktu. Itu menunjukkan keluhuran ilmu. Karena orang yang berilmu adalah pewaris Nabi,” ungkap Prof Assyekh.

 

Sementara itu, Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz SE mengaku senang dengan hadirnya Profesor Assyekh di Kota Pekalongan serta mengucapkan selamat dan sukses atas peletakan batu pertama dari Pondok Al-Maliki. “Mudah-mudahan ini menjadikan satu kebanggaan untuk syiar Islam di Kota Pekalongan. Tentu saja kita menyadari betul bahwa visi misi Pemerintah Kota Pekalongan adalah yaitu menjadikan warganya untuk lebih sejahtera, mandiri, dan berbudaya berlandaskan nilai-nilai religiusitas," tandas Saelany.

 

Menurut Saelany pembangunan ponpes ini mengisi khazanah pendidikan di Kota Pekalongan yang diharapkan dapat membangun generasi yang qurani, membangun generasi yang berakhlakul karimah yang tak hanya pintar tetapi juga benar. Semuanya ini adalah diperlukan ke depan dalam rangka membangun Kota Pekalongan dan Indonesia. “Berbicara tentang pesantren dalam sistem pendidikan nasional, pesantren menempati posisi yang tidak kalah penting dibanding dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Oleh karena itu, pondok pesantren harus memainkan perannya secara maksimal untuk menciptakan orang-orang yang memiliki potensi besar dalam bidang pendidikan keagamaan dan sosial. Para santri ke depannya menjadi agen perubahan," terang Saelany.

 

Pengasuh Ponpes Al-Maliki, KH Mohammad Saifudin Amirin dalam sambutannya menyampaikan, pihaknya mengalami kesulitan dalam membeli tanah untuk pendirian Ponpes Almaliki. Sebab Yayasan Al Maliki memiliki karakter yang tertutup. Maksudny tertutup, tidak mencari donatur atau mengajukan proposal kesana kemari dalam menggalang dana. “Namun Yayasan Al-Maliki itu terbuka siapapun. Kami mempersilahkan para dermawan untuk menyumbang. Kami hanya bermodalkan yakin dan doa. Setiap ada ulama datang ke Yayasan Al-maliki, kami hadirkan di lokasi pondok. Kami mintakan doa. Alhamdulillah, rencana kami mendirikan lembaga Ponpes Al-maliki bisa terwujud,” pungkas KH Mohammad Saifudin.