Pemkot Bersama DPRD Tampung Aspirasi Para Pedagang Pasar Tradisional Adanya Kenaikan Retribusi

Jajaran eksekutif Pemerintah Kota Pekalongan bersama legislatif DPRD setempat beraudiensi dengan sejumlah paguyuban pedagang pasar tradisional di Kota Pekalongan, bertempat di Ruang Sidang Paripurna DPRD Kota Pekalongan, Rabu (17/1/2024). Audiensi digelar terkait adanya keluhan para pedagang terhadap kenaikan tarif retribusi pasar yang ditarik dalam penerapan kebijakan di Tahun 2024 sebesar 70-100 persen dibandingkan Tahun 2023 lalu. Para pedagang mengeluhkan dan merasa keberatan atas kenaikan tarif tersebut, mengingat kondisi pasar tradisional di awal Tahun 2024 ini masih sepi, tingkat daya beli masyarakat masih rendah dan banyak menjamurnya waralaba dan toko retail modern, sehingga membuat pemasukan mereka sedikit lesu.
Seperti diketahui, pada tahun 2024 ini, target retribusi pasar kembali dinaikkan menjadi Rp 4 Miliar, dari target 2023 lalu sebesar Rp3,5 Miliar akibat dari diberlakukannya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2023 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana kenaikannya secara rata-rata sampai 70 persen. Perda ini hasil dari kajian DPRD dan Pemkot Pekalongan.
Menindaklanjuti sejumlah keluhan dan masukan pedagang tersebut, Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid menegaskan, Pemerintah Kota Pekalongan bersama jajaran DPRD akan menampung semua masukan dan mengkaji hal tersebut untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Dimana, untuk mengubah Perda tersebut tidak memungkinkan. Oleh karena itu, salah satu solusi yang tengah dikaji bersama adalah adanya pemberian keringanan bagi para pedagang.
"Sehingga, masih ada celah untuk para pedagang dari masing-masing paguyuban pasar tradisional ini agar bisa segera bersurat kepada kami melalui Dindagkop-UKM, karena kami ada Perwal tentang keringanan tarif. Kami upayakan ada keringanan semaksimal mungkin. Sebab, jika harus mengubah Perda dari awal membutuhkan waktu yang cukup lama,"ucap Mas Aaf, sapaan akrabnya.
Pihaknya mengapresiasi atas sinergi para paguyuban pasar tradisional di Kota Pekalongan yang kompak mau meluangkan waktu beraudiensi bersama jajaran Pemkot dan DPRD Kota Pekalongan secara kondusif.
"Keringanan tarif retribusinya berapa, jumlahnya berapa nanti kami kaji sesuai dengan pengajuan surat dan kebutuhan dasar dari masing-masing paguyuban pasar. Mengingat, permasalahan di lapangan antara satu pasar dengan pasar lain berbeda,"terangnya.
Hal serupa diungkapkan Ketua DPRD Kota Pekalongan, M Azmi Basyir yang mengapresiasi para paguyuban pedagang pasar tradisional di Kota Pekalongan yang telah menyampaikan permasalahan dan keluhan mereka melalui diskusi bersama jajaran legislatif dan eksekutif secara santun, tertib, dan kondusif.
"Memang ada amanat Undang-Undang yang harus dijalankan. Dari Dindagkop-UKM juga sudah memberikan penjelasan perbandingan bahwa memang di pasar pasar tradisional di Kabupaten Pekalongan kenaikan retribusinya tidak setinggi di wilayah Kota Pekalongan. Kami memahami keluhan para pedagang tersebut karena kondisi ekonomi dan pasar yang masih sepi, sehingga mereka keberatan,"papar Azmi.
Dari hasil audiensi bersama ini, lanjut Azmi membeberkan, Perwal retribusi pasar yang sudah ditetapkan per Januari 2024 aturannya tetap berjalan, tetapi pedagang akan diberikan keringanan dengan mengajukan permohonan surat kepada Pemkot Pekalongan untuk selanjutnya bisa diterbitkan Perwal.
"Kami juga sudah menjelaskan kepada mereka, bahwa kenaikan retribusi pasar ini juga berkaitan dengan program-program peningkatan kualitas infrastruktur sarana dan prasarana di pasar ke depan akan kami perhatikan," ungkapnya.
Sebab, menurutnya, dari anggaran pendapatan daerah yang diterima dari kenaikan retribusi pasar akan dialokasikan untuk belanja infrastruktur di pasar.
"Perda sudah diterbitkan dari November 2023, dimana Perda itu merupakan turunan dari Undang Undang Hubungan Kekayaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Harapan kami, dengan adanya komunikasi dan diskusi bersama ini, para pedagang bisa lebih menaati kewajiban yang harus dibayarkan, karena saat ini masih dibawah 30 persen yang membayar retribusi sehingga kami juga akan melaksanakan kewajiban kami bersama Pemkot untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada mereka. Uang yang diterima dari penarikan retribusi ini juga untuk kepentingan masyarakat Kota Pekalongan," bebernya.
Salah satu pedagang pasar tradisional sekaligus Ketua Paguyuban Pasar Podosugih Kota Pekalongan, M. Hadiwanto mengakui terkait adanya kenaikan retribusi pasar ini, sebelumnya belum disosialisasikan kepada pedagang.
"Saya terus terang kaget ketika awal Januari 2024 ini tiba-tiba naik tarifnya begitu besar. Sebagai contoh, kami yang memiliki toko di Pasar Podosugih, sebelumnya di Tahun 2023 dikenai retribusi Rp3.600,00 per hari, sekarang dengan adanya aturan baru di Tahun 2024 ini menjadi Rp7.200,00. Artinya, naiknya terlalu signifikan,"tutur pria yang akrab disapa Wawan tersebut.
Oleh karena itu, pihaknya bersama para pedagang pasar tradisional lain ingin bertemu dan menggelar audiensi dengan jajaran eksekutif dan legislatif Kota Pekalongan.
"Kami tidak menolak dinaikan tarifnya jika kondisi riil di pasarnya ramai. Tapi, kondisi di lapangan pukul 10.00 WIB itu sudah sepi. Kami berharap, pemerintah bisa mengkaji ulang kebijakan kenaikan retribusi pasar tersebut. Usulan kami kalau seandainya dinaikan sekiranya tidak lebih dari 15 persen. Apalagi, di Kota Pekalongan ini terus berkembang pesat retail modern yang lokasinya kebanyakan berdekatan dengan pasar tradisional yang tentu mempengaruhi pendapatan kami,"pungkasnya.
Seperti diketahui, pada tahun 2024 ini, target retribusi pasar kembali dinaikkan menjadi Rp 4 Miliar, dari target 2023 lalu sebesar Rp3,5 Miliar akibat dari diberlakukannya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2023 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana kenaikannya secara rata-rata sampai 70 persen. Perda ini hasil dari kajian DPRD dan Pemkot Pekalongan.
Menindaklanjuti sejumlah keluhan dan masukan pedagang tersebut, Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid menegaskan, Pemerintah Kota Pekalongan bersama jajaran DPRD akan menampung semua masukan dan mengkaji hal tersebut untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Dimana, untuk mengubah Perda tersebut tidak memungkinkan. Oleh karena itu, salah satu solusi yang tengah dikaji bersama adalah adanya pemberian keringanan bagi para pedagang.
"Sehingga, masih ada celah untuk para pedagang dari masing-masing paguyuban pasar tradisional ini agar bisa segera bersurat kepada kami melalui Dindagkop-UKM, karena kami ada Perwal tentang keringanan tarif. Kami upayakan ada keringanan semaksimal mungkin. Sebab, jika harus mengubah Perda dari awal membutuhkan waktu yang cukup lama,"ucap Mas Aaf, sapaan akrabnya.
Pihaknya mengapresiasi atas sinergi para paguyuban pasar tradisional di Kota Pekalongan yang kompak mau meluangkan waktu beraudiensi bersama jajaran Pemkot dan DPRD Kota Pekalongan secara kondusif.
"Keringanan tarif retribusinya berapa, jumlahnya berapa nanti kami kaji sesuai dengan pengajuan surat dan kebutuhan dasar dari masing-masing paguyuban pasar. Mengingat, permasalahan di lapangan antara satu pasar dengan pasar lain berbeda,"terangnya.
Hal serupa diungkapkan Ketua DPRD Kota Pekalongan, M Azmi Basyir yang mengapresiasi para paguyuban pedagang pasar tradisional di Kota Pekalongan yang telah menyampaikan permasalahan dan keluhan mereka melalui diskusi bersama jajaran legislatif dan eksekutif secara santun, tertib, dan kondusif.
"Memang ada amanat Undang-Undang yang harus dijalankan. Dari Dindagkop-UKM juga sudah memberikan penjelasan perbandingan bahwa memang di pasar pasar tradisional di Kabupaten Pekalongan kenaikan retribusinya tidak setinggi di wilayah Kota Pekalongan. Kami memahami keluhan para pedagang tersebut karena kondisi ekonomi dan pasar yang masih sepi, sehingga mereka keberatan,"papar Azmi.
Dari hasil audiensi bersama ini, lanjut Azmi membeberkan, Perwal retribusi pasar yang sudah ditetapkan per Januari 2024 aturannya tetap berjalan, tetapi pedagang akan diberikan keringanan dengan mengajukan permohonan surat kepada Pemkot Pekalongan untuk selanjutnya bisa diterbitkan Perwal.
"Kami juga sudah menjelaskan kepada mereka, bahwa kenaikan retribusi pasar ini juga berkaitan dengan program-program peningkatan kualitas infrastruktur sarana dan prasarana di pasar ke depan akan kami perhatikan," ungkapnya.
Sebab, menurutnya, dari anggaran pendapatan daerah yang diterima dari kenaikan retribusi pasar akan dialokasikan untuk belanja infrastruktur di pasar.
"Perda sudah diterbitkan dari November 2023, dimana Perda itu merupakan turunan dari Undang Undang Hubungan Kekayaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Harapan kami, dengan adanya komunikasi dan diskusi bersama ini, para pedagang bisa lebih menaati kewajiban yang harus dibayarkan, karena saat ini masih dibawah 30 persen yang membayar retribusi sehingga kami juga akan melaksanakan kewajiban kami bersama Pemkot untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada mereka. Uang yang diterima dari penarikan retribusi ini juga untuk kepentingan masyarakat Kota Pekalongan," bebernya.
Salah satu pedagang pasar tradisional sekaligus Ketua Paguyuban Pasar Podosugih Kota Pekalongan, M. Hadiwanto mengakui terkait adanya kenaikan retribusi pasar ini, sebelumnya belum disosialisasikan kepada pedagang.
"Saya terus terang kaget ketika awal Januari 2024 ini tiba-tiba naik tarifnya begitu besar. Sebagai contoh, kami yang memiliki toko di Pasar Podosugih, sebelumnya di Tahun 2023 dikenai retribusi Rp3.600,00 per hari, sekarang dengan adanya aturan baru di Tahun 2024 ini menjadi Rp7.200,00. Artinya, naiknya terlalu signifikan,"tutur pria yang akrab disapa Wawan tersebut.
Oleh karena itu, pihaknya bersama para pedagang pasar tradisional lain ingin bertemu dan menggelar audiensi dengan jajaran eksekutif dan legislatif Kota Pekalongan.
"Kami tidak menolak dinaikan tarifnya jika kondisi riil di pasarnya ramai. Tapi, kondisi di lapangan pukul 10.00 WIB itu sudah sepi. Kami berharap, pemerintah bisa mengkaji ulang kebijakan kenaikan retribusi pasar tersebut. Usulan kami kalau seandainya dinaikan sekiranya tidak lebih dari 15 persen. Apalagi, di Kota Pekalongan ini terus berkembang pesat retail modern yang lokasinya kebanyakan berdekatan dengan pasar tradisional yang tentu mempengaruhi pendapatan kami,"pungkasnya.