Pedagang Lopis Khas Pekalongan Raup Rejeki Jelang Syawalan

Kota Pekalongan – Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan tidak hanya menjadi momen kebersamaan dan silaturahmi, tetapi juga berkah tersendiri bagi para pedagang lopis, jajanan khas yang identik dengan perayaan Lebaran Syawal. Sejak H+1 Idul Fitri 1446 Hijriyah/2025 Masehi para pedagang lopis mulai menjajakan dagangannya di berbagai sudut kota, seperti di Kawasan Jetayu, Jalan Agus Salim, dan Jalan Seruni. Mereka bersiap menyambut lonjakan pembeli yang biasanya memuncak saat puncak perayaan Syawalan atau di hari ketujuh setelah Idul Fitri.

Lopis, yang terbuat dari ketan putih dan dibalut parutan kelapa serta siraman gula aren cair, menjadi salah satu kuliner tradisional yang paling diburu masyarakat lokal maupun pemudik. Rasanya yang legit dan teksturnya yang kenyal membuat makanan ini tak pernah absen dari tradisi Syawalan masyarakat Pekalongan.

Salah satu pedagang lopis, Tegar, warga Kelurahan Poncol, Pekalongan Timur, saat ditemui di lapaknya di depan Rutan Kelas IIA Pekalongan, Kawasan Budaya Jetayu Kota Pekalongan, pada Sabtu (05/04/2025), mengaku mulai berjualan sejak H+1 Lebaran. Ia menawarkan dua jenis paket lopis, yaitu lopis original seharga Rp10.000 dan lopis lengkap dengan gula aren serta kelapa parut seharga Rp12.000.

“Biasanya mulai ramai sejak H+1. Puncaknya nanti pas Syawalan, banyak dari luar kota juga datang beli lopis,” ujar Tegar.

 Ia mengatakan, setiap tahun bisa menjual ratusan lopis dalam sepekan menjelang Syawalan.

Meski penjualan meningkat, Tegar mengeluhkan naiknya harga bahan baku lopis. Beras ketan yang menjadi bahan utama lopis, sebelumnya hanya Rp17.000 per kilogram kini naik menjadi Rp20.000. Begitu pula harga kelapa yang melonjak dari Rp6.000 menjadi Rp10.000 per butir.

“Naiknya bahan pokok jelas terasa, tapi tetap kita upayakan agar harga jual tetap terjangkau, supaya pelanggan tetap bisa menikmati lopis tanpa beban,” ungkapnya.

Senada dengan Tegar, Miskiyati, pedagang lopis lainnya yang akrab disapa Bu Mis, juga merasakan berkah Syawalan. Warga Kelurahan Klego, Pekalongan Timur ini rutin berjualan lopis setiap tahun. Lapaknya yang berada di depan Kantor Dinas Perhubungan, Jalan Seruni, sudah dikenal banyak pelanggan tetap.

“Alhamdulillah sejak 1 Syawal sudah ramai. Sampai H+4 ini, saya sudah menjual ratusan potong lopis. Banyak pelanggan saya yang sudah pesan dari sebelum Lebaran,” ujarnya dengan semangat.

Ia mengaku tetap semangat meski harus menghadapi persaingan ketat dengan pedagang lainnya. Baginya, Syawalan adalah momen penting untuk melestarikan kuliner tradisional sekaligus menambah penghasilan keluarga.

Memasuki H-2 menjelang Syawalan, geliat pedagang lopis kian terasa. Sepanjang Jalan Krapyak, Jalan Patiunus, Jalan Sultan Agung, serta sejumlah titik strategis lain seperti Jalan Semarang, Jalan Agus Salim, dan Jalan Bandung dipadati lapak-lapak penjual lopis.

 Suasana khas Lebaran dengan aroma legit lopis dan hiruk pikuk pembeli menciptakan nuansa khas yang hanya bisa ditemui di Pekalongan setiap Syawalan tiba.

"Tradisi ini tidak hanya menjadi ladang rezeki bagi pedagang kecil, tetapi juga bagian penting dari identitas budaya Kota Pekalongan yang terus terjaga. Melalui kehadiran kuliner tradisional seperti lopis, warga Kota Pekalongan secara tidak langsung terus merawat nilai-nilai lokal yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakatnya,"bebernya.

Menurutnya, Syawalan bukan sekadar perayaan pasca-Ramadhan, tetapi momentum kebangkitan ekonomi kerakyatan yang lahir dari semangat menjaga warisan budaya. (Dian)