PDPI Jateng Ajak Stop Stigma Negatif dan Diskriminasi Terhadap Pasien TB

Kota Pekalongan - Stigma dan diskriminasi pada pasien Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu tantangan berat dalam pencapaian target Eliminasi TB Tahun 2030. Sebagian besar pasien TB masih mendapat stigma negatif dan perlakuan tidak adil di lingkungan sosial bahkan di tempat kerja. Seringkali mereka mendapat reputasi buruk (stigma) dari masyarakat seperti memiliki penyakit serius, penyakit genetik yang tidak dapat disembuhkan, dan lain-lain. Bahkan ada yang ditolak atau dikucilkan. Stigma akan berdampak pada  proses pengobatan pasien TB.

Oleh sebab itu, maka stop memberikan stigma negatif maupun diskriminasi terhadap pasien TB. Hal tersebut ditegaskan oleh Sie Humas dan Pengabdian Masyarakat Pengurus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jawa Tengah, dr Mulyadi Subarjo,Sp.P usai kegiatan simposium dan Muscab di Hotel Howard Johnson, Kota Pekalongan, Sabtu, (11/1/2025).

Menurutnya, upaya untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap penderita tuberkulosis akan membantu mereka mendapatkan pengobatan dan mendorong mereka untuk mencari perawatan serta menjalani kehidupan yang sehat dan produktif. Upaya tersebut harus dilakukan dengan bekerja sama atau berkoordinasi dengan banyak aktor dan lintas sektor, termasuk individu, masyarakat, dan pemerintah, karena tanpa kerja sama yang baik tidak akan tercapai hasil yang optimal

"Stigma diawali memang karena kurang pemahaman masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini, yang paling penting adalah penerapan pencegahan infekti. Seperti diketahui, TB ini penularannya melalui droplet yang terinfeksi di udara. Begitu tetesan ini memasuki udara, siapa pun di dekatnya dapat menghirupnya. Jadi, kita ngobrol dalam kurun waktu yang cukup lama akan berpotensi terjadi penularan antara si A ke si B. Untuk itu, harus mengetahui cara penularan penyakit TB ini,"ujarnya.

Menurutnya, hal inilah yang akan menjadi kunci supaya ketika si A menderita TB dan tidak memberikan penularan kepada si B atau pihak lain, maka si A harus melakukan pencegahan infeksi yang benar, salah satunya dengan penggunaan masker. Berkaca pada peristiwa pandemi Covid-19 dan pada saat itu masyarakat pun disadarkan pentingnya pencegahan infeksi melalui penggunaan masker. Penggunaan masker ini bisa membantu pencegahan kasus penularan TB. 

"Jangan pernah takut, yang terpenting adalah segera temukan kasusnya, segera obati, dan mengetahui langkah-langkah pencegahan penularan penyakit tersebut. Jika semua ini bisa dipahami masyarakat, maka Saya yakin stigma ini akan berangsur hilang. TB ini merupakan penyakit yang bisa diobati dan sembuh. Untuk itu, kita harus memberikan optimisme kepada masyarakat bahwa penyakit ini jika ditangani dengan baik, maka pasien tersebut akan sembuh,"pungkasnya. (Dian).