Museum Batik Pekalongan Gelar Lomba Nglowongi, Pembuka Rangkaian Hari Jadi ke-19

Kota Pekalongan – Dalam rangka memperingati Hari Jadi Museum Batik Pekalongan ke-19, digelar lomba nglowongi kategori umum sebagai kegiatan pembuka dari rangkaian acara peringatan tersebut. Lomba yang diikuti sebanyak 50 peserta, menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap budaya batik.
Kepala Museum Batik, Nurhayati Sinaga saat ditemui dalam lomba tersebut, Sabtu (12/7/2025) menyampaikan bahwa lomba ini merupakan bagian dari komitmen museum dalam menjaga kelestarian batik sebagai warisan budaya, sekaligus mendukung kesejahteraan para pelaku industri batik.
“Kegiatan ini menjadi pembuka rangkaian Hari Jadi Museum Batik ke-19, yang puncaknya akan digelar pada tanggal 24 hingga 26 Juli 2025. Selain lomba nglowongi, kami juga akan menyelenggarakan lomba membatik untuk anak-anak TK dan SD, serta lomba mural,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini diharapkan mampu memberi ruang apresiasi bagi para pekerja batik agar terus mempertahankan profesi mereka.
“Harapan kami, para pekerja batik bisa mendapatkan upah yang layak. Jika kesejahteraan mereka terjamin, maka mereka tidak akan beralih profesi dan akan terus melestarikan budaya batik,” imbuhnya.
Dijelaskan Nurhayati, lomba ini dinilai oleh tiga juri yang merupakan praktisi dan akademisi berpengalaman di bidang batik, antara lain Sapuan dari Batik Sapuan, Muh. Zaenuddin, dosen Prodi Teknologi Batik Universitas Pekalongan (UNIKAL) dan Sutoyo dari Gandapuro Studio.
Sementara itu, Sapuan memberikan apresiasi terhadap inisiatif Museum Batik yang terus menggelar kegiatan pelestarian budaya.
“Apa yang diupayakan oleh Museum Batik merupakan langkah yang sangat baik. Saya berharap kegiatan seperti ini bisa terus dilanjutkan karena dapat menginspirasi dan merangsang para pembatik untuk terus menjaga dan memperkenalkan batik sebagai warisan budaya dunia,” katanya.
Lebih lanjut, Zaenuddin menjelaskan bahwa dari sisi pendidikan, lomba ini dapat menjadi sarana pembelajaran yang efektif bagi masyarakat umum maupun pelaku batik.
“Aspek penilaian dalam lomba nglowongi mencakup kualitas klowongan, yaitu seberapa tembus hasil goresan malam pada kain, apakah setelah diwarna akan muncul bercak atau tidak, kerapihan teknik, dan juga kreativitas peserta. Ini bisa menjadi proses belajar yang sangat penting, khususnya untuk generasi muda,” tukasnya.
(Tim Liputan Dinkominfo/dea)