Momen Bersejarah 3 Oktober, Puluhan Pelajar Napak Tilas di monumen Tugu Perjuangan

Peristiwa 3 Oktober menjadi momen bersejarah yang tak terlupakan dan senantiasa diperingati oleh Pemerintah Kota Pekalongan bersama seluruh masyarakat setempat setiap tahunnya, dimana masyarakat kota Pekalongan berjuang dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan Jepang. Perjuangan ini harus dipahami oleh generasi muda khususnya pelajar untuk memberikan motivasi agar mereka bisa lebih gigih memperjuangkan masa depan dan menghargai sejarah daerahnya.
Hal ini disampaikan oleh pemerhati sejarah kota Pekalongan, Dirhamsyah saat mendampingi 40 siswa SMPN 8 Kota Pekalongan dalam kegiatan napak tilas sejarah pertempuran 3 Oktober 1945 bersama dengan Badan Kesbangpol setempat di monumen Tugu Perjuangan di komplek Stadion Hoegeng, Selasa (3/10/2023), “Kita ingin mengenalkan kepada generasi muda, generasi Z supaya generasi yang selalu pegang gadget ini bisa melek dengan apa kejadian yang ada di kotanya sebab investasi besar yang harus dilakukan oleh suatu bangsa mengenali dirinya sendiri. Hari ini mencoba mengenalkan kepada pelajar untuk bisa melek dengan perjuangan sejarah karena penting momentum 3 oktober ini merebut kemerdekaan bukan meminta kemerdekaan,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan rangkaian peristiwa yang terjadi di bulan Agustus sampai dengan tanggal 7 Oktober tepat dimana Jepang meninggalkan kota Pekalongan, peristiwa heroik pasca terjadinya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Menurutnya, perjuangan ini menjadi satu sejarah besar karena di dalamnya terdapat sejumlah tokoh besar seperti Jaksa Agung Suprapto uang ternyata pernah berjuang di kota Pekalongan dan Menteri Agama KH Muhammad Ilyas yang juga berasal dari kota Pekalongan, “Pekalongan bagian dari konsensus sejarah nasional Indonesia, harapannya generasi melek sejarah, hari ini kita disini di Monumen Tugu Perjuangan yang melalui relief disini menceritakan peristiwa itu, namun kita sampaikan bahwa tempat yang sebenarnya di masjid Syuhada, banyaknya pengaruh melalui gadget sangat ironis bila kita tidak mengenalkan sejarah ke generasi muda,” sambungnya.
Sementara itu, Khairul Faris kelas VIII SMPN 8 Kota Pekalongan merasa senang mendapat kesempatan mengikuti kegiatan napak tilas sejarah pertempuran 3 Oktober 1945, ia mengaku jadi lebih paham bahwa di kota Pekalongan pernah ada sejarah penting perjuangan masyarakat merebut kemerdekaan dari penjajah Jepang, “Sebelumnya belum tahu dan sekarang jadi tahu, tadi belajar sejarah Pekalongan dari tanggal 3-7 Oktober. Masyarakat kota Pekalongan melakukan perundingan agar jepang tidak menjajah kota Pekalongan lagi hingga akhirnya jepang meninggalkan Pekalongan dan menyerahkan senjata ke TKR atau tentara keamanan rakyat,” pungkasnya.
Hal ini disampaikan oleh pemerhati sejarah kota Pekalongan, Dirhamsyah saat mendampingi 40 siswa SMPN 8 Kota Pekalongan dalam kegiatan napak tilas sejarah pertempuran 3 Oktober 1945 bersama dengan Badan Kesbangpol setempat di monumen Tugu Perjuangan di komplek Stadion Hoegeng, Selasa (3/10/2023), “Kita ingin mengenalkan kepada generasi muda, generasi Z supaya generasi yang selalu pegang gadget ini bisa melek dengan apa kejadian yang ada di kotanya sebab investasi besar yang harus dilakukan oleh suatu bangsa mengenali dirinya sendiri. Hari ini mencoba mengenalkan kepada pelajar untuk bisa melek dengan perjuangan sejarah karena penting momentum 3 oktober ini merebut kemerdekaan bukan meminta kemerdekaan,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan rangkaian peristiwa yang terjadi di bulan Agustus sampai dengan tanggal 7 Oktober tepat dimana Jepang meninggalkan kota Pekalongan, peristiwa heroik pasca terjadinya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Menurutnya, perjuangan ini menjadi satu sejarah besar karena di dalamnya terdapat sejumlah tokoh besar seperti Jaksa Agung Suprapto uang ternyata pernah berjuang di kota Pekalongan dan Menteri Agama KH Muhammad Ilyas yang juga berasal dari kota Pekalongan, “Pekalongan bagian dari konsensus sejarah nasional Indonesia, harapannya generasi melek sejarah, hari ini kita disini di Monumen Tugu Perjuangan yang melalui relief disini menceritakan peristiwa itu, namun kita sampaikan bahwa tempat yang sebenarnya di masjid Syuhada, banyaknya pengaruh melalui gadget sangat ironis bila kita tidak mengenalkan sejarah ke generasi muda,” sambungnya.
Sementara itu, Khairul Faris kelas VIII SMPN 8 Kota Pekalongan merasa senang mendapat kesempatan mengikuti kegiatan napak tilas sejarah pertempuran 3 Oktober 1945, ia mengaku jadi lebih paham bahwa di kota Pekalongan pernah ada sejarah penting perjuangan masyarakat merebut kemerdekaan dari penjajah Jepang, “Sebelumnya belum tahu dan sekarang jadi tahu, tadi belajar sejarah Pekalongan dari tanggal 3-7 Oktober. Masyarakat kota Pekalongan melakukan perundingan agar jepang tidak menjajah kota Pekalongan lagi hingga akhirnya jepang meninggalkan Pekalongan dan menyerahkan senjata ke TKR atau tentara keamanan rakyat,” pungkasnya.