Minimalkan Risiko Bencana, Bangun Budaya Masyarakat Sadar Bencana

Kota Pekalongan - Risiko dari bencana  harus diminimalkan. Masyarakat pun harus tanggap dengan potensi bencana  yang ada di sekitarnya,baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia sendiri dari mulai bencana banjir,rob,tanah longsor,kebakaran,dan sebagainya. Bencana bisa saja terjadi kapan saja dan dimana saja,bahkan tak jarang hingga menelan korban jiwa, materi,hingga merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Semua kerugian ini sebenarnya bisa diperkecil jika saja masyarakat memiliki budaya sadar bencana sejak dini.

Kalakhar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan melalui Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Dimas Arga Yudha,SSos menegaskan bahwa pentingnya gerakan  membangun budaya kesadaran masyarakat terutama yang tinggal di daerah wilayah rawan bencana sebagai upaya meminimalisir risiko maupun dampak yang disebabkan dari peristiwa bencana tersebut. Mengingat,Kota Pekalongan sebagai salah satu wilayah yang rawan bencana di Jawa Tengah khususnya bencana banjir dan rob, dan tren kejadian bencana yang terjadi dari tahun ke tahun semakin meningkat.

“Sehingga perlu kewaspadaan dini dan membentuk perilaku masyarakat yang mencerminkan budaya sadar meminimalisir risiko bencana dan mendorong mereka siap menghadapi peristiwa bencana. Upaya ini yang terus kami sosialisasikan guna mewujudkan Kota Pekalongan yang tangguh,tanggap dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi,”jelas Dimas.

Menurut Dimas, berdasarkan penelitian dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang pada akhir tahun 2019 silam, disebutkan bahwa pola perilaku masyarakat akan budaya sadar bencana di Kota Pekalongan tergolong masih rendah, hanya ada beberapa wilayah saja yang cukup baik indikator pemahaman masyarakatnya akan kebencanaan khususnya masyarakat di wilayah-wilayah yang dilanda banjir sejak lama seperti di wilayah Pabean,namun ada wilayah masih tergolong rendah seperti masyarakat yang tinggal wilayah Pasirkratonkramat dan tergolong sedang seperti mereka yang tinggal di wilayah Krapyak. 

Oleh karena itu, lanjut Dimas, budaya sadar bencana di tengah masyarakat ini yang terus didorong oleh BPBD melalui koordinasi yang solid bersama instansi terkait diantaranya pihak kelurahan,kelompok masyarakat,media,organisasi masyarakat (ormas) untuk terus bersama-sama mengkampanyekan budaya sadar bencana tersebut sebagai upaya edukasi dan literasi kebencanaan terhadap masyarakat,sehingga saat terjadi bencana,masyarakat sudah siap bagaimana harus bertindak dan menghadapi peristiwa bencana tersebut seperti bagaimana cara mendapatkan bantuan atau melakukan pertolongan yang harus betul-betul dipahami oleh mereka. Diterangkan Dimas, tanggal 26 April dicanangkan oleh Pemerintah sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana, artinya bahwa persoalan peristiwa kebencanaan yang terjadi di sebuah wilayah daerah dapat diminimalisir maupun dikurangi dampaknya maupun korban jiwa dengan kesiapsiagaan atau budaya sadar bencana.

“Artinya,masyarakat memiliki kewaspadaan terhadap lingkungannya dari ancaman dan segala resiko bahaya ataupun bencana. Tema yang diangkat Hari Kesiapsiagaan tahun 2021 ini adalah 'Siap Untuk Selamat'. Salah satu potensi bencana yang terjadi di Kota Pekalongan yaitu bencana banjir, masyarakat didorong paham bagaimana meminimalisir dampak korban jiwa,selain upaya bersifat infrstruktur juga upaya mendorong perilaku masyarakat untuk melakukan mitigasi bencana diantaranya menjaga kelestarian lingkungan,tidak membuang sampah sembarangan ,memastikan saluran-saluran air yang ada di rumah berjalan dengan lancar,memastikan infrastruktur bangunan yang ramah dan tangguh terhadap bencana seperti pemasangan saklar listrik lebih tinggi, memiliki tempat aman dan lebih tinggi untuk menyelamatkan barang-barang berharga,atau membuat bangunan secara konstruksi yang lebih tinggi dari sebelumnya,”pungkasnya.



(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)