Membangun Integrasi IPTEK dan Agama Untuk Keberlanjutan Hidup Manusia

Kota Pekalongan - Berbicara mengenai integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan agama berarti berupaya untuk memadukan antara IPTEK dan agama, tak harus berarti menyatukan atau bahkan mencampuradukan, karena identitas atau watak dari masing-masing kedua entitas itu tak mesti hilang dan harus tetap dipertahankan. Dalam paradigma Islam, integrasi antara agama dan IPTEK adalah sesuatu yang mungkin adanya, karena didasarkan pada gagasan ke-Esa-an (tauhid). Sudah saatnya, IPTEK dan agama harus menghadirkan kesadaran muncul lewat pandangan-pandangan yang lebih harmonis, holistik, dan komprehensif. Hal ini ditegaskan oleh Rektor UIN  K.H. Abdurrahman Wahid (UIN Gusdur) Pekalongan, Prof Dr Zaenal Mustakim MAg, dalam Konferensi Internasional Studi Islam (ICIS) ke-7 Tahun 2024 (The 7th Internasional Conference on Islamic Studies 2024) dengan mengusung tema “Integrating Technology, Science, and Religion for Humanity, Peace, and Sustainable Living”, yang diselenggarakan oleh Pasca Sarjana UIN Gusdur Pekalongan, berlangsung di Hotel Santika Pekalongan, Sabtu-Minggu (18-19/5/2024).

Dalam konferensi ini menghadirkan peneliti sekaligus akademisi dari berbagai negara, baik secara luring maupun daring. Adapun narasumber dalam acara tersebut yakni Dr Rizuwan bin Abu Karim (UiTM Cawangan Melaka), Prof Dr Harapandi Dahri (Kolej Universiti Perguruan Ugama (Seri Begawan Brunei Darussalam), Prof Dr Yayan Sopyan SH MAg (UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta) dan Prof Dr Yayan Nur Bayan MPd (UPI Bandung).

"Sebetulnya kan Ilmu dan agama tidak terpisah, banyak sekali dalam ajaran agama khususnya agama Islam yang ada di Al-Qur'an maupun Hadist, meminta manusia untuk berpikir, melihat pergantian malam dan siang, bagaimana matahari dan bulan tidak saling bertabrakan. Itu semua adalah tanda-tanda Allah untuk manusia harus memiliki ilmu. Sebab, alam itu sebenarnya sains (ilmu), sementara adanya ayat-ayat Al-Qur'an itu masuk religion (agama). Jadi, keduanya bisa saling terintegrasi,"ujarnya, Sabtu (18/5/2024).

Menurutnya, adanya konferensi ini, pihaknya menginginkan agar tidak ada lagi yang mendikotomi antara  sains dan religion. Sebagaimana implementasi di dunia pendidikan khususnya di kampus, Prof Zaenal menegaskan, pendidikan merupakan salah satu medium terbaik untuk tujuan tersebut. Dengan integrasi sains dan teknologi berimplikasi pada pendidikan Islam antara lain: pertama, berimplikasi dalam hal kurikulum, mengantarkan peserta didik agar memiliki hasrat dan kemampuan untuk melakukan penelitian (riset) pada bidang-bidang sains untuk kemudian menemukan "titik sambungnya" dengan realitas objektif yang terjadi pada wilayah keagamaan. Kedua, implikasi dalam proses belajar mengajar, guru mengembangkan imajinasi kreatif. Dan ketiga implikasi dalam aspek pendidikan sosial keagamaan. Dengan paradigma integratif, menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan sebuah keyakinan dalam beragama.

"Sehingga, hal ini harus terus digelorakan supaya masyarakat memahami, bahwa, ilmu itu qauliyah dan kauniyah. Qauliyah yaitu ayat-ayat yang dapat dipelajari dalam Al-Qur'an, sedangkan kauniyah adalah fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita misalnya peristiwa alam, sosial, dan sebagainya yang diselidiki lewat experience sehingga muncul ilmu kealaman seperti matematika, sosiologi, dan lain-lain. Keduanya diintegrasikan untuk kemanusiaan, kedamaian, dan keberlanjutan hidup supaya tidak terpisah-pisah,"tegasnya.

Sementara itu, Prof Dr Ade Dedi Rohaya MAg selama Direktur Pascasarjana UIN Gusdur Pekalongan menambahkan, konferensi ini menjadi konferensi Internasional ke-7 yang diselenggarakan Pasca Sarjana UIN Gusdur dengan mengambil tema tentang mengintegrasikan teknologi, sains, dan agama. Prof Ade menilai, tema ini sangat penting dan sesuai dengan era sekarang ini. Dimana, hal ini dilakukan agar tiga pilar tersebut bisa menyatu dan memberikan sisi-sisi yang lebih humanis untuk kemanusiaan, kedamaian dan keberlanjutan hidup umat manusia.  Dalam penyelenggaraan konferensi ini, UIN Gusdur Pekalongan bekerjasama dengan dua Universitas di luar negeri yakni Universitas Teknologi Mara Malaysia dan Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan Brunei Darussalam.

"Pendekatan untuk menyatukan IPTEK dan agama ini dengan mencari sisi-sisi positif dari tiga pilar kehidupan ini. Dimana, sains dan teknologi dimanfaatkan untuk perdamaian dan kemanusiaan, serta keberlanjutan umat manusia yang tidak terlepas dari sisi-sisi keagamaan. Ketika mengembangkan ilmu dan teknologi, jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai agama. Dengan adanya konferensi ini, semua masyarakat paham betul bahwa kemajuan IPTEK tidak boleh terlepas dari nilai-nilai agama,"pungkasnya. (Dian)