Kirab Cap Go Meh Wujud Akulturasi Keberagaman Kota Pekalongan

Merayakan Peringatan Cap Gomeh ( Hari ke-15 dan Hari Terakhir dari Masa Perayaan Tahun Baru Imlek), Klenteng Po An Thian di Jalan Belimbing kembali menggelar kirab akbar “Gi Ang” atau yang biasa dikenal dengan kirab dewa-dewi yang berpusat di TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma) Klenteng Po An Thian, Jumat siang (7/2/2020).

Kirab ritual dan budaya Imlek Kota Pekalongan Tahun 2020 diawali dengan serangkaian ritual dan atraksi barongsai serta marching band, diikuti arak-arakan dewa-dewi kepercayaan Tionghoa yang ditempatkan dalam rumah yang disebut Topekong kemudian diarak mengelilingi Kota Pekalongan. Kemeriahan kirab tersebut langsung menyita ribuan masyarakat Kota Pekalongan dan sekitarnya yang hendak menyaksikannya.

Ketua pelaksana, Andi Waluyo, mengungkapkan bahwa Kirab Gi Ang yang rutin digelar setiap tahun ini menjadi penanda akulturasi budaya masyarakat Kota Pekalongan yang majemuk. Sebuah ruang ekspresi seni budaya dan ritual keagamaan yang diikuti semua lapisan masyarakat dari berbagai agama, golongan, etnis dan sebagainya.

"Rangkaian kirab ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya, namun di tahun ini digelar lebih meriah yang diikuti oleh semua lapisan agama, etnis, budaya, tidak hanya dari warga Tionghoa yang berpartisipasi, namun juga adanya peran serta warga non-Tionghoa lainnya," ucap Andi.

Menurut Andi,kirab ini mengandung harapan agar Kota Pekalongan tetap aman, damai, dan sejahtera. Disamping itu, kegiatan tersebut sebagai ajang budaya yang dapat meningkatkan pariwisata di Kota Pekalongan.

"Kirab ritual dan budaya ini, kami ingin memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Kota Pekalongan pada khususnya dan Indonesia pada umumnya dapat selalu mendapatkan perlindungan dan kesejahteraan, serta menetralkan hal-hal negatif yang ada di Kota Pekalongan," tutur Andi.

Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz,SE yang turut menyaksikan kirab tersebut menyampaikan kegiatan ini telah menunjukkan kehidupan keberagamaan di Kota Pekalongan berlangsung baik selama ini. 

"Di Pekalongan sendiri kita tahu masyarakatnya yang kondusif walaupun berbagai macam kekayaan termasuk beda warna, beda agama dan beda aspirasi tetapi tetap masih mampu menjalin civitas yg baik antara kerukunan agama antar kerukunan umat sehingga tercipta Pekalongan yang kondusif, aman, tenang, bisa hidup berdampingan, dan tumbuh dengan subur," terang Saelany.

Event itu sendiri dipandangnya sebagai ruang berekspresi masyarakat dari berbagai suku dan agama yang ada di Kota Pekalongan. Di sisi lain, kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun itu merupakan bentuk pelestarian budaya.

"Jika dikelola dengan baik acara ini tentu bisa menjadi destinasi wisata tahunan Kota Pekalongan yang menarik. Pasalnya, kegiatan ini event ini menunjukkan akulturasi budaya dari berbagai suku, bangsa, dan ras yang bisa bertahan bahkan berkembang dengan baik sampai saat ini," jelas Saelany.

Selain dihadiri Walikota Pekalongan, event tahunan ini turut disaksikan oleh anggota Dewan Pertimbangan Presiden ( Wantimpres), Habib Lutfi bin Ali bin Yahya, Ketua DPRD Kota Pekalongan, Hj Balgies Diab, SAg,MM, dan para jajaran Forkopimda Kota Pekalongan 

(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)