Keranjang Takakura, Solusi Kelola Sampah Organik Jadi Kompos

Kota Pekalongan -  Warga Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara,Kota Pekalongan belajar membuat kompos dengan metode Takakura. Metode Takakura ini metode pengolahan sampah yang mengandalkan fermentasi untuk mengurai sampah, sehingga sampahnya tidak berbau. 

Lurah Bandengan,Mohamad Abidin,Amd menjelaskan bahwa seperti namanya, metode keranjang takakura ini menggunakan keranjang sebagai wadah utama pembuatan komposnya. Beberapa bahan lainnya yang diperlukan adalah kardus bekas, dua kantong gabah, kompos, biang kompos EM4, dan tentunya seperangkat keranjang takakura. Awalnya, pengenalan keranjang takakura ini di Kelurahan Bandengan dikenalkan oleh Yayasan Yayasan Bina Karta Lestari (Bintari) yang telah menjalin mitra dengan Kelurahan Bandengan selama 2 tahun ini dalam beberapa kegiatan masyarakat berkelanjutan baik di bidang pengelolaan lingkungan maupun ketahanan pangan.

“Kami bermitra dengan Yayasan Bintari selama 2 tahun ini melalui beberapa kegiatan yakni pembangunan MCK Adaptif sebagai pilot project sanitasi wilayah terdampak rob, pelatihan budidaya tanaman hidroponik sebagai bentuk dukungan menjaga ketahanan pangan selama pandemi Covid-19, dan pelatihan pengelolaan sampah organik rumah tangga menggunakan keranjang takakura ini yang sudah berjalan selama 3 minggu ini kepada warga Bandengan,” terangnya saat ditemui di kantornya,Jumat(29/1/2021).

Menurut Abidin,metode penggunaan keranjang takakura ini tidak memerlukan lahan yang luas dan kapasitasnya cocok dengan volume sampah domestik yang dibuang oleh rumah tangga sehari-harinya. Dengan metode ini, sampah organik rumah tangga dapat dikelola dengan mudah, tidak menimbulkan bau, tidak menyita banyak waktu dalam pemrosesannya dan hasilnya langsung bisa dimanfaatkan. Lebih lanjut, Abidin menambahkan, dalam prakteknya kepada warganya, Bintari memfasilitasi penyediaan 33 buah keranjang takakura yang dibagikan kepada setiap RT 1 buah yang bisa menampung pengolahan sampah organik rumah tangga maksimal 7 orang untuk menjadi pupuk kompos yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman. Adapun jenis sampah yang bisa masuk dalam keranjang takakura ini antara lain sisa nasi,sayuran,kulit buah,sisa daging,sisa ikan, sisa tempe, ampas kelapa,dan ampas teh.

“Dalam proses pembuatannya, caranya adalah siapkan keranjang Takakura atau keranjang plastik biasa, tapi harus ada bolong-bolongnya untuk pembusukan aerob dan sirkulasi udara. Setelah itu, lapisi kardus/kain flanel/kain perca untuk mengondisikan suhu supaya lembab, masukkan sampah organik seperti sisa sayuran masakan tidak terpakai atau kulit buah yang dipotong-potong kecil supaya lebih cepat hancur. Lalu dikasih gabah atau kompos biasa atau bisa juga menggunakan sekam. Lalu beli Em4, bakteri fermentasi bahan organik tanah menyuburkan tanaman dan menyehatkan tanah agar proses pembusukan lebih cepat." jelasnya.

Abidin melanjutkan, aduk campuran kompos dan sampah organik sampai benar-benar tercampur. Kemudian tutup lagi bagian atasnya dengan menggunakan sekantong gabah serta tutup keranjangnya. Setelah itu,letakkan keranjang di ruang terbuka seperti halaman atau teras rumah dan jangan sampai kena air. Apabila ada sampah organik yang baru, prosesnya sama seperti sebelumnya. Proses pembusukkan akan berlangsung selama kurang lebih tiga hari sampai sampah berubah menjadi kompos untuk bisa digunakan menyuburkan tanaman.

“Dengan metode keranjang takakura ini setidaknya bisa membantu mengurangi sampah rumah tangga, dan otomatis kapasitas overload TPA Kota Pekalongan juga akan bisa dikendalikan,karena yang dikeluarkan hanya sampah plastik, kertas dan botol,itupun jika warga bisa diolah lagi menjadi kerajinan berdaya saing tinggi bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi mereka bila dijual,” tandasnya.



(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)