Kepala Sekolah SMP di Kota Pekalongan Diberi Wawasan Kesehatan, Fokus pada Pencegahan Diabetes dan Penggunaan Obat yang Benar

Kota Pekalongan – Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kota Pekalongan terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di lingkungan sekolah. Sebanyak 30 kepala sekolah tingkat SMP negeri dan swasta mengikuti kegiatan Sosialisasi Kesehatan, yang diadakan oleh MKKS Kota Pekalongan bekerjasama dengan Team Apoteker dan menghadirkan narasumber dari Wakil Rektor Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S.,Apt. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Buketan Setda Kota Pekalongan, Rabu (28/5/2025).

Ketua MKKS SMP Kota Pekalongan, Runtut Wijiasih, yang menjelaskan bahwa tujuan utama sosialisasi ini adalah memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para kepala sekolah mengenai pentingnya penggunaan obat yang benar serta upaya pencegahan penyakit Diabetes Mellitus. Melalui pemahaman yang diperoleh, kepala sekolah diharapkan dapat menyampaikan kembali informasi tersebut kepada guru dan siswa di lingkungan sekolah masing-masing.

“Di forum ini kita bahas secara mendalam tentang penyakit diabetes melitus, bagaimana cara mencegahnya, dan pentingnya mengatur pola hidup sehat bagi guru dan anak-anak. Jangan sampai mereka mengalami diabetes hanya karena kurangnya pemahaman tentang gaya hidup sehat,” terang Runtut.

Selain pencegahan diabetes, para peserta juga mendapat edukasi tentang penggunaan obat yang baik dan benar. Dalam sesi ini dijelaskan mengenai risiko malpraktek dalam penggunaan obat yang kerap terjadi akibat pembelian obat secara bebas tanpa pengetahuan yang cukup. Bahkan, masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa cara mengonsumsi obat juga berpengaruh terhadap efektivitas dan keamanan. 

Salah satu poin penting yang disampaikan adalah anjuran untuk mengonsumsi obat dengan air putih, bukan dengan teh, jus, atau minuman lainnya yang berisiko menimbulkan interaksi kimia yang tidak diinginkan.

"Tadi beberapa peserta sosialisasi sempat bertanya, bolehkah minum obat pakai teh atau pisang? Jawaban dari narasumber cukup tegas, sebaiknya tetap menggunakan air putih. Ini adalah pengetahuan baru yang penting dan praktis yang bisa langsung kita bawa ke sekolah,"tegasnya.

Materi sosialisasi juga menyentuh aspek gaya hidup anak-anak, dengan menekankan pentingnya kebiasaan hidup sehat, seperti membatasi konsumsi gula dan lemak, serta rutin melakukan olahraga. Hal ini selaras dengan program “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” yang mulai dibiasakan di lingkungan sekolah dasar dan menengah. Para kepala sekolah diajak untuk terus menanamkan nilai hidup sehat pada anak-anak sebagai bekal masa depan.

“Anak-anak kita harus dibiasakan olahraga, makan bergizi, dan tidak berlebihan dalam konsumsi gula. Ini bukan soal pelajaran di kelas, tapi soal kebiasaan hidup yang akan menyelamatkan mereka dari penyakit sejak dini,” imbuhnya.

Dalam sesi tanya jawab yang berlangsung cukup antusias, para kepala sekolah banyak menggali informasi terkait praktik penggunaan obat secara aman, serta meminta contoh-contoh pola hidup sehat yang bisa diterapkan secara sederhana di sekolah. Menurut Runtut, antusiasme ini menunjukkan bahwa para kepala sekolah menyadari pentingnya peran mereka sebagai penyambung informasi dan edukasi kepada warga sekolah.

“Alhamdulillah semua kepala sekolah hadir. Ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap kesehatan tidak kalah penting dengan urusan akademik. Nanti kami juga akan membagikan hasil kegiatan ini dalam berbagai kesempatan, baik saat rapat dengan guru, pertemuan wali murid, atau kegiatan sekolah lainnya,” ujarnya.

Runtut juga mengapresiasi kegiatan serupa yang selama ini telah dilakukan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan rutin siswa, penyuluhan dari BNN, dan lainnya. Namun, menurutnya kegiatan bersama tim apoteker kali ini memberi dimensi baru dan lebih spesifik, khususnya dalam hal pemahaman farmasi dan praktik minum obat yang benar.

“Kegiatan ini bisa menjadi pelengkap dan penyempurna dari berbagai edukasi kesehatan yang selama ini sudah berjalan. Nantinya kita bisa menyelaraskan dan membandingkan informasi yang ada, sehingga anak-anak dan guru kita mendapatkan edukasi yang lebih utuh,” pungkasnya. (Dian)