Jelang Lebaran, Lapas Kelas IIA Pekalongan Berdayakan WBP Produksi Baju Koko Berkualitas

Kota Pekalongan - Sejumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang menghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Pekalongan kini mendapatkan peningkatan pembinaan kemandirian melalui pelatihan keterampilan kerja, terutama di bidang busana atau konveksi.
Di sektor konveksi, Warga Binaan Lapas mampu menghasilkan produk unggulan yang diminati masyarakat, seperti pakaian muslim, khususnya baju koko. Baju koko yang dibuat pun berkualitas.
Tidak hanya sebagai pekerjaan, produksi ini merupakan bagian dari program pembinaan untuk membekali keterampilan menjahit yang berguna setelah mereka kembali ke masyarakat. Proses produksi dilakukan di ruang Bimbingan Kerja (Bimker) Lapas Kelas IIA Pekalongan yang diawasi oleh petugas.
Kasubsi Bimbingan Kerja dan Pengolahan Hasil Kerja pada Lapas Kelas IIA Pekalongan, Sahren mengungkapkan bahwa, ada 16 orang WBP Lapas Kelas IIA Pekalongan yang diberdayakan baik yang sudah memiliki keterampilan maupun yang masih pemula untuk menjahit pesanan produksi baju koko berbagai ukuran baik lengan panjang maupun lengan pendek.
"Selama puasa Ramadhan dan menjelang lebaran Idul Fitri, Alhamdulillah kami secara rutin sejak Tahun 2019 lalu, WBP kami dipercaya oleh pihak ketiga, DMA Collection untuk mengerjakan sekitar 400 baju koko berbagai ukuran,"ucapnya di sela-sela kegiatan produksi baju koko oleh WBP Lapas, berlangsung di Bimker Lapas setempat, Rabu (19/3/2025).
Disampaikan Sahren, untuk bahan, pola, hingga penjualan untuk produksi baju semua ditentukan dari pihak ketiga, sementara para WBP hanya ditugaskan untuk menjahit hingga menjadi sebuah baju koko yang siap dijual. Satu buah baju koko lengan panjang, mereka diberikan upah jasa menjahit sebesar Rp7.000,00, sedangkan Rp6.000,00 per satu buah baju koko lengan pendek.
"Alhamdulillah sejak MoU dengan DMA Collection sejak Tahun 2019 sampai sekarang, kegiatan menjahit di Bimker Lapas Kelas IIA Pekalongan terus berjalan dan setiap Ramadhan selalu ada orderan masuk untuk produksi baju koko,"tuturnya.
Menurutnya, selain dibekali pelatihan keterampilan menjahit, mereka juga dilatih bidang pertanian, perikanan, dan membatik bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dinperinaker). Program ini menjadi bukti bahwa pembinaan di Lapas Pekalongan tidak hanya bertujuan untuk menjalani masa hukuman, tetapi juga memberikan kesempatan bagi WBP untuk memperbaiki diri dan siap kembali ke masyarakat dengan keterampilan yang berguna.
"Alhamdulillah dengan bekal ini diharapkan bisa bermanfaat bagi WBP dalam mengasah soft skill yang mereka miliki, menjadi bekal bagi mereka untuk berwirausaha dan menjadi pribadi yang lebih bermanfaat ketika mereka sudah bebas keluar dan menjalani masa hukuman di luar Lapas,"tukasnya. (Dian)
Di sektor konveksi, Warga Binaan Lapas mampu menghasilkan produk unggulan yang diminati masyarakat, seperti pakaian muslim, khususnya baju koko. Baju koko yang dibuat pun berkualitas.
Tidak hanya sebagai pekerjaan, produksi ini merupakan bagian dari program pembinaan untuk membekali keterampilan menjahit yang berguna setelah mereka kembali ke masyarakat. Proses produksi dilakukan di ruang Bimbingan Kerja (Bimker) Lapas Kelas IIA Pekalongan yang diawasi oleh petugas.
Kasubsi Bimbingan Kerja dan Pengolahan Hasil Kerja pada Lapas Kelas IIA Pekalongan, Sahren mengungkapkan bahwa, ada 16 orang WBP Lapas Kelas IIA Pekalongan yang diberdayakan baik yang sudah memiliki keterampilan maupun yang masih pemula untuk menjahit pesanan produksi baju koko berbagai ukuran baik lengan panjang maupun lengan pendek.
"Selama puasa Ramadhan dan menjelang lebaran Idul Fitri, Alhamdulillah kami secara rutin sejak Tahun 2019 lalu, WBP kami dipercaya oleh pihak ketiga, DMA Collection untuk mengerjakan sekitar 400 baju koko berbagai ukuran,"ucapnya di sela-sela kegiatan produksi baju koko oleh WBP Lapas, berlangsung di Bimker Lapas setempat, Rabu (19/3/2025).
Disampaikan Sahren, untuk bahan, pola, hingga penjualan untuk produksi baju semua ditentukan dari pihak ketiga, sementara para WBP hanya ditugaskan untuk menjahit hingga menjadi sebuah baju koko yang siap dijual. Satu buah baju koko lengan panjang, mereka diberikan upah jasa menjahit sebesar Rp7.000,00, sedangkan Rp6.000,00 per satu buah baju koko lengan pendek.
"Alhamdulillah sejak MoU dengan DMA Collection sejak Tahun 2019 sampai sekarang, kegiatan menjahit di Bimker Lapas Kelas IIA Pekalongan terus berjalan dan setiap Ramadhan selalu ada orderan masuk untuk produksi baju koko,"tuturnya.
Menurutnya, selain dibekali pelatihan keterampilan menjahit, mereka juga dilatih bidang pertanian, perikanan, dan membatik bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dinperinaker). Program ini menjadi bukti bahwa pembinaan di Lapas Pekalongan tidak hanya bertujuan untuk menjalani masa hukuman, tetapi juga memberikan kesempatan bagi WBP untuk memperbaiki diri dan siap kembali ke masyarakat dengan keterampilan yang berguna.
"Alhamdulillah dengan bekal ini diharapkan bisa bermanfaat bagi WBP dalam mengasah soft skill yang mereka miliki, menjadi bekal bagi mereka untuk berwirausaha dan menjadi pribadi yang lebih bermanfaat ketika mereka sudah bebas keluar dan menjalani masa hukuman di luar Lapas,"tukasnya. (Dian)