Jadi UKM Kuat, Batik Bulan Ajak Pelaku Usaha Untuk Konsisten dan Hargai Proses

Menjadi pemilik salah satu usaha batik ternama di kota Pekalongan, Wulan Utoyo owner Batik Bulan terus konsisten menjaga eksistensi koleksi batiknya dengan memproduksi batik tulis dan batik cap kombinasi tulis khas kota Pekalongan.
Berdiri sejak tahun 1998 tepatnya pada masa krismon dimana ekonomi Indonesia sangat sulit, Wulan Utoyo atau yang akrab disapa Cik Lan ini justru mengaku memiliki banyak ide-ide yang muncul dari dirinya, “Awal saya membuat desain sendiri dari kain batik reject yang dibeli dari teman, saya pakai kemudian beberapa teman suka dan pesan, dari titik itu ketertarikan ke dunia batik, awalnya saya belum memiliki rumah produksi, rumah jahit bahkan rumah batik sendiri seperti sekarang ini,” katanya saat ditemui di rumah batik Bulan yang berada di Jatayu Residence, jalan WR Supratman No. C11, Panjang Wetan.
Setelah konsumen mulai berdatangan, Cik Lan mulai membabarkan batik di usaha milik orang lain dan kemudian ia jahitkan di tailor pinggiran, “Lama berjalan, rupanya saya bosan dengan motif dari tukang mbabar, saya coba mendesain warna, motif dan penempatan motif, lalu semakin banyak pesanan,” tandasnya.
Ia mulai memberanikan diri membuka rumah batik di tempat tinggalnya dulu yang berada di sebuah jalan kecil, namun karena keterbatasan luas tempat, ia mendapat komplain dari para warga sekitar, “Tidak berhenti disitu, rumah batik saya pindah ke jalan hayam wuruk tetapi masih kontrak, namun belum waktunya kontrak habis, pemilik kontrakan tidak memperpanjang masa sewa, pindah lagi rumah batik saya ke kalibaros, singkat cerita, puji tuhan saya sudah punya rumah produksi dan rumah batik,” sambungnya.
Panjangnya alur naik turun usaha batik miliknya, membuat Cik Lan semakin kuat dan selalu memberikan motivasi bagi pelaku usaha atau pemuda agar tidak lelah mencapai puncak yang mereka cita-citakan, “Inti dari kesuksesan adalah sedikit demi sedikit tidak ada yang instan, itulah yang mau saya ngomong ke anak muda jangan berharap apapun instan, jangan berpikir memulai usaha langsung bisa berpenghasilan besar kuncinya adalah jalani, konsisten, ikuti proses, pengalaman,” imbuhnya.
Sudah berkiprah hingga pangsa Internasional, ia menjelaskan bahwa sebelumnya dirinya tidak pandai bermain gadget atau sosial media, namun pandemi justru memantik semangat untuk belajar promosi melalui media digital, “Digital membuat orang mengenal kita, percaya dengan kita sampai pada akhirnya melirik barang kita. Ada banyak pelajaran yang kita dapatkan dari masa pandemi, semua sudah berhasil kita lewati, kedepan mari kita menyesuaikan keadaan, kembali apa yang kita bisa, tentukan visi misi awal kita, dari pekerjaan kita bukan saja dipertahankan tetapi harus tumbuhkan, kembangkan bahkan untuk kedepan regenerasi kita,” tukasnya.
Berdiri sejak tahun 1998 tepatnya pada masa krismon dimana ekonomi Indonesia sangat sulit, Wulan Utoyo atau yang akrab disapa Cik Lan ini justru mengaku memiliki banyak ide-ide yang muncul dari dirinya, “Awal saya membuat desain sendiri dari kain batik reject yang dibeli dari teman, saya pakai kemudian beberapa teman suka dan pesan, dari titik itu ketertarikan ke dunia batik, awalnya saya belum memiliki rumah produksi, rumah jahit bahkan rumah batik sendiri seperti sekarang ini,” katanya saat ditemui di rumah batik Bulan yang berada di Jatayu Residence, jalan WR Supratman No. C11, Panjang Wetan.
Setelah konsumen mulai berdatangan, Cik Lan mulai membabarkan batik di usaha milik orang lain dan kemudian ia jahitkan di tailor pinggiran, “Lama berjalan, rupanya saya bosan dengan motif dari tukang mbabar, saya coba mendesain warna, motif dan penempatan motif, lalu semakin banyak pesanan,” tandasnya.
Ia mulai memberanikan diri membuka rumah batik di tempat tinggalnya dulu yang berada di sebuah jalan kecil, namun karena keterbatasan luas tempat, ia mendapat komplain dari para warga sekitar, “Tidak berhenti disitu, rumah batik saya pindah ke jalan hayam wuruk tetapi masih kontrak, namun belum waktunya kontrak habis, pemilik kontrakan tidak memperpanjang masa sewa, pindah lagi rumah batik saya ke kalibaros, singkat cerita, puji tuhan saya sudah punya rumah produksi dan rumah batik,” sambungnya.
Panjangnya alur naik turun usaha batik miliknya, membuat Cik Lan semakin kuat dan selalu memberikan motivasi bagi pelaku usaha atau pemuda agar tidak lelah mencapai puncak yang mereka cita-citakan, “Inti dari kesuksesan adalah sedikit demi sedikit tidak ada yang instan, itulah yang mau saya ngomong ke anak muda jangan berharap apapun instan, jangan berpikir memulai usaha langsung bisa berpenghasilan besar kuncinya adalah jalani, konsisten, ikuti proses, pengalaman,” imbuhnya.
Sudah berkiprah hingga pangsa Internasional, ia menjelaskan bahwa sebelumnya dirinya tidak pandai bermain gadget atau sosial media, namun pandemi justru memantik semangat untuk belajar promosi melalui media digital, “Digital membuat orang mengenal kita, percaya dengan kita sampai pada akhirnya melirik barang kita. Ada banyak pelajaran yang kita dapatkan dari masa pandemi, semua sudah berhasil kita lewati, kedepan mari kita menyesuaikan keadaan, kembali apa yang kita bisa, tentukan visi misi awal kita, dari pekerjaan kita bukan saja dipertahankan tetapi harus tumbuhkan, kembangkan bahkan untuk kedepan regenerasi kita,” tukasnya.