Hasilkan Produk Sehat, Dorong Penggunaan Pupuk dan Pestisida Organik

Kota Pekalongan - Maraknya penggunaan pupuk pestisida kimia secara masif berdampak tidak hanya pada lingkungan namun juga manusia. Sehingga, diperlukan alternatif pembuatan pupuk dan pestisida organik bagi para kelompok tani dan kelompok rumah pangan lestari (KRPL) se-Kota Pekalongan agar menghasilkan pangan sehat dan ramah lingkungan.

“Sesuai dengan arahan dari Kementerian Pertanian RI. Ke depan justru harus lebih diarahkan orientasinya baik pestisida untuk mengusir hama dan pupuk untuk menyuburkan tanaman, semuanya menggunakan hayati/organik. Sehingga, produk yang dihasilkan dapat ramah terhadap tubuh ketika dikonsumsi dan ramah terhadap lingkungan,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan (Dinperpa) setempat, Zainul Hakim SH MHum dalam kegiatan Pelatihan Pembuatan Pupuk dan Pestisida Organik, di Balai Penyuluh Pertanian belum lama ini.

Menurutnya, hal ini juga selaras dengan program Pemkot Pekalongan yang tengah digalakan yakni Program Kelurahan Menanam. Selain itu, juga mendukung masa tanam kedua bagi para petani periode April-September sehingga lebih berdaya dan sejahtera.

“Saat ini harga pupuk kimia cukup mahal. Sehingga dengan penggunaan pupuk hayati ini dari segi harga relatif lebih murah dan pastinya lebih ramah lingkungan,”katanya.

Adapun cara pembuatan Pestisida Organik atau dikenal dengan JaKuLa TeTeh. Wasis Kartono selaku Petugas Pengendali Organisme Penganggu Tanaman (POPT) menjelaskan bahan yang digunakan terdiri dari Jahe, Kunyit, Laos, Temulawak, Temu Ireng, dan Herbafam (M4) sebagai pemicu. Masing-masing bahan satu bagian dan diparut. Selanjutnya campurkan air kelapa atau air biasa.

Lanjutnya, untuk bahan Pupuk Organik Cair (POC) terdiri dari 11 macam yakni maja 15 buah, lidah buaya 5kg, kecambah 2.5kg, jagung 2.5kg, waluh bokor 5kg atau 2 buah, gula merah 5kg, tepung beras 5kg, susu 5liter, air kelapa 50liter, air leri 50liter, dan bekatul 50liter.

“Semua bahan tersebut dihaluskan, bisa diblender atau ditumbuk. Lalu untuk proses fermentasi baik POC maupun pestisida minimal 15 hari hingga satu bulan. Sedangkan lama penyimpanan untuk digunakan sampai satu tahun. Dengan catatan disimpan ditempat yang ramah terhadap sinar matahari dan ditutup rapat,” terang Wasis.

Salah satu peserta pelatihan, Zulikha mengaku senang dan bersemangat mengikuti pelatihan. Menurutnya, pelatihan ini sangat bermanfaat, tidak hanya mendorong pemberdayaan petani namun juga ibu-ibu PKK yang turut andil bergerak di KRPL.

“Sangat bermanfaat sekali, ilmu yang diberikan secara cuma-cuma. Sehingga sayang sekali jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Harapannya, kami bisa menyalurkan ke teman-teman terutama kelompok PKK, agar bisa menanam tetapi pupuknya membuat sendiri sehingga lebih sehat dan subur,” katanya.

(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)