Hari Jadi ke-17, Tak Hanya Lestarikan Batik, Pemkot Harapkan Museum Batik Turut Berdayakan Pembatik

Setelah diresmikan oleh Presiden RI ke-7 yaitu Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2006, Museum Batik Kota Pekalongan menginjak usia 17 tahun pada 12 Juli 2023. Di momen ini, seiring kiprahnya untuk melestarikan budaya batik, hadirnya Museum Batik tidak hanya menjaga kelestarian batik saja namun bisa turut membantu Pemerintah Kota Pekalongan memberdayakan pembatik di Kota Pekalongan.

Hal ini disampaikan oleh staf ahli bidang kemasyarakatan dan SDM Sekretariat Daerah Kota Pekalongan, Sri Ruminingsih usai membuka lomba ngerensi di halaman Museum Batik setempat, Rabu (12/7/2023), “Tentunya saya menyampaikan rasa bangga untuk Museum Batik dan selamat hari jadi ke-17, saya mengapresiasi bagaimana upaya mengembangkan batik yang terus dilakukan melalui usaha pelestarian budaya batik agar tidak punah melalui berbagai event baik dari berbagai sisi mengembangkan museumnya juga dari sisi mengembangkan keahlian membatiknya,” terang Ning sapaan staf ahli bidang kemasyarakatan dan SDM.

Dikatakan Ning perkembangan sejumlah lomba yang dilaksanakan maupun workshop yang menyasar masyarakat umum dan pelajar sangat bagus, sehingga membawa ketertarikan masyarakat baik terhadap museum batik menandakan, ini berarti keberlanjutan pelestarian batik di Kota Pekalongan terus berjalan.

Dalam perkembangannya, setelah batik ditetapkan sebagai intangible cultural heritage oleh Unesco, museum batik berkontribusi dan berperan penting dalam upaya pemerintah kota Pekalongan melestarikan batik, “Kami berharap bahwa pembatik akan semakin berkembang dan tidak punah jangan sampai sesepuh sudah tiada batik juga ikut punah, jadi profesi pembatik ini harus semakin dihargai karena keahlian yang tidak semua orang bisa, sehingga kehidupan ekonominya semakin sejahtera, jangan hanya juragannya yang sejahtera tapi juga pembatiknya lebih sejahtera,” jelasnya.

Dijelaskan Ning, eksistensi museum batik didukung penuh oleh pemkot Pekalongan,  pemerintah pusat juga provinsi, akan terus dikembangkan, salah satunya dengan mengadakan kerjasama dengan berbagai daerah dan bahkan berbagai dari luar negeri, “Mudah-mudahan makin dikenal, sebelumnya banyak dari negara asing seperti dari Korea, Jepang, Belanda kesini mudah-mudahan terus dikenal, apalagi digital semakin canggih, untuk kita semakin bisa memupuk mengembangkan, tidak harus dengan biaya yang mahal tetapi bisa dengan mengenalkan museum batik, koleksi, kegiatan ke dunia luas melalui konten digital yang ada,” sambung Ning.

Sementara itu, Kepala Museum Batik Kota Pekalongan, Akhmad Asror mengatakan bahwa dari mulai awal diresmikan didirikan tidak lepas dari kontribusi komunitas, pecinta maupun masyarakat secara umum dan unsur pemerintahan, maka dari itu ia berharap kedepan kolaborasi ini tidak hilang sehingga museum batik dikenal luas, lebih-lebih bisa memberikan manfaat luas, khususnya kota Pekalongan umumnya masyarakat Indonesia.

Asror mengatakan lomba ngerensi yang diadakan untuk memeriahkan momen hari jadi ke-17 museum batik ini diikuti 40 peserta. Ngerensi dipilih karena merupakan proses pelekatan lilin malam sebelum mulai nglowongi, ngiseni dan nanahi, “Jadi ngrensi sebenarnya tugas awal dalam membatik, dan dibutuhkan regenerasi, sehingga dengan adanya lomba ini para pembatik tidak putus generasi dan berlanjut dan akhirnya lestari. Batik tidak diproduksi oleh satu orang artinya dari proses pelekatan lilin malam hingga akhir pelorotan lilin malam itu banyak orang yang terlibat, tetapi pemain utamanya pelekatan lilin malam, makannya kita mengadakan lomba ngrensi agar pembatik semangat dan akhirnya juga tetap melestarikan," tuturnya.