Hakordia, Pemkot Ingatkan Kembali Kesadaran Bahaya Korupsi Melalui Teladan Soekarno-Hatta

Memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia, Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan bersama jajaran Forkopimda Kota Pekalongan mengikuti Upacara Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) Tahun 2019 yang berlangsung di Halaman Setda setempat, Senin (9/12/2019). Dalam upacara tersebut, bertindak sebagai Inspektur Upacara, Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz SE dan diikuti oleh Wakil Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid SE, Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Sri Ruminingsih SE MSi, beserta para asisten Setda, Dandim 0710/Pekalongan, Staf Intel Kejaksaan Negeri Kota Pekalongan, Eddy Purwanto SH, para Kepala OPD di lingkup Pemkot Pekalongan, dan ratusan ASN Kota Pekalongan.
Pada kesempatan tersebut, Saelany membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah dalam Peringatan Hakordia Tahun 2019. Dalam sambutan yang dibacakannya menyampaikan bahwa, contoh ril gerakan antikorupsi yang telah dilakukan oleh Soekarno-Hatta, founding fathers bangsa Indonesia dimana meskipun beliau berdua memiliki kekuasaan sebagai Presiden dan Wakil Presiden, namun mereka tidak pernah sekalipun bertindak korupsi atau memanfaatkan kekuasaannya. Sebab, mereka sadar, korupsi itu salah satu bentuk kejahatan destruktif yang tidak hanya akan menghancurkan pribadi atau keluarga, tapi juga akan merusak tatanan masyarakat dan negara.
“Meski berkuasa, Soekano-Hatta tetap tidak banyak harta. Bahkan menjelang akhir hayatnya, dwitunggal itu menyisakan kisah yang membuat kita mbrebes mili. Suatu ketika, tatkala Bung Karno masih di Istana Merdeka, terpaksa harus mengurungkan keinginannya untuk sekadar makan pisang goreng dan nasi kecap karena sama sekali tidak punya uang. Bahkan, beberapa kali bapak proklamator itu harus pinjam uang kepada ajudannya untuk sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak jauh beda, Bung Hatta sampai akhir hayatnya masih saja menyimpan brosur sepatu merek Bally. Sepanjang hidup Bung Hatta tidak bisa mewujudkan mimpinya untuk membeli sepatu itu. Bahkan karena kehati-hatiannya terhadap uang negara, Bung Hatta tidak mau 3 menggunakan secarik kertas dari kantor untuk keperluan pribadinya,” terang Saelany.
Saelany juga turut haru dan tersentuh betapa pentingnya kesadaran anti korupsi yang telah dicontohkan oleh founding fathers, Soekarno-Hatta. Menurut Saelany, hal ini dapat memberikan contoh yang luar biasa bagi masyarakat untuk sadar akan bahaya korupsi.
“Saya sangat apresiasi terhadap amanat Gubernur Jawa Tengah dalam Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia hari ini untuk mengingatkan kembali bahwa para pendiri negeri ini telah memberi contoh yang luar biasa. Saya ikut terharu dan terlarut betapa pejabat-perjabat sekarang jauh sekali dengan founding fathers kita, sehingga ini menjadi semangat bagaimana untuk memperbaiki kualitas diri kita ke depan untuk tidak bertindak korupsi,” kata Saelany.
Dijelaskan Saelany, saat ini era keterbukaan informasi menuntut kita adanya transparansi terkait program-program pembangunan yang dijalankan melalui kecanggihan aplikasi yang telah dikembangkan seperti e-budgeting, e-planning, dan sebagainya yang memungkinkan sulit untuk bertindak tidak terpuji seperti korupsi. Namun, segala kemungkinan bisa saja terjadi yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang dapat memanfaatkan celah-celah tersebut. Sehingga, perlu diwaspadai bersama dan terus perkuat pemberantasan korupsi.
“Kami juga sangat apresiasi langkah KPK sebagai ujung tombak sebagai mandat reformasi, bersama kepolisian dan kejaksaan, Indonesia mencanangkan gerakan ganyang koruptor. Sistem dibangun, mental pejabat hingga masyarakat dibenahi. Disamping itu, juga telah menggandeng sekolah-sekolah untuk menanamkan pendidikan antikorupsi kepada para pelajar dan mahasiswa sebagai agen-agen antikorupsi. Mereka dibekali jiwa-jiwa wawasan kebangsaan, kejujuran, berlaku amanah yang memang sejatinya harus diberikan sejak dini,” pungkas Saelany.
Pada kesempatan tersebut, Saelany membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah dalam Peringatan Hakordia Tahun 2019. Dalam sambutan yang dibacakannya menyampaikan bahwa, contoh ril gerakan antikorupsi yang telah dilakukan oleh Soekarno-Hatta, founding fathers bangsa Indonesia dimana meskipun beliau berdua memiliki kekuasaan sebagai Presiden dan Wakil Presiden, namun mereka tidak pernah sekalipun bertindak korupsi atau memanfaatkan kekuasaannya. Sebab, mereka sadar, korupsi itu salah satu bentuk kejahatan destruktif yang tidak hanya akan menghancurkan pribadi atau keluarga, tapi juga akan merusak tatanan masyarakat dan negara.
“Meski berkuasa, Soekano-Hatta tetap tidak banyak harta. Bahkan menjelang akhir hayatnya, dwitunggal itu menyisakan kisah yang membuat kita mbrebes mili. Suatu ketika, tatkala Bung Karno masih di Istana Merdeka, terpaksa harus mengurungkan keinginannya untuk sekadar makan pisang goreng dan nasi kecap karena sama sekali tidak punya uang. Bahkan, beberapa kali bapak proklamator itu harus pinjam uang kepada ajudannya untuk sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak jauh beda, Bung Hatta sampai akhir hayatnya masih saja menyimpan brosur sepatu merek Bally. Sepanjang hidup Bung Hatta tidak bisa mewujudkan mimpinya untuk membeli sepatu itu. Bahkan karena kehati-hatiannya terhadap uang negara, Bung Hatta tidak mau 3 menggunakan secarik kertas dari kantor untuk keperluan pribadinya,” terang Saelany.
Saelany juga turut haru dan tersentuh betapa pentingnya kesadaran anti korupsi yang telah dicontohkan oleh founding fathers, Soekarno-Hatta. Menurut Saelany, hal ini dapat memberikan contoh yang luar biasa bagi masyarakat untuk sadar akan bahaya korupsi.
“Saya sangat apresiasi terhadap amanat Gubernur Jawa Tengah dalam Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia hari ini untuk mengingatkan kembali bahwa para pendiri negeri ini telah memberi contoh yang luar biasa. Saya ikut terharu dan terlarut betapa pejabat-perjabat sekarang jauh sekali dengan founding fathers kita, sehingga ini menjadi semangat bagaimana untuk memperbaiki kualitas diri kita ke depan untuk tidak bertindak korupsi,” kata Saelany.
Dijelaskan Saelany, saat ini era keterbukaan informasi menuntut kita adanya transparansi terkait program-program pembangunan yang dijalankan melalui kecanggihan aplikasi yang telah dikembangkan seperti e-budgeting, e-planning, dan sebagainya yang memungkinkan sulit untuk bertindak tidak terpuji seperti korupsi. Namun, segala kemungkinan bisa saja terjadi yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang dapat memanfaatkan celah-celah tersebut. Sehingga, perlu diwaspadai bersama dan terus perkuat pemberantasan korupsi.
“Kami juga sangat apresiasi langkah KPK sebagai ujung tombak sebagai mandat reformasi, bersama kepolisian dan kejaksaan, Indonesia mencanangkan gerakan ganyang koruptor. Sistem dibangun, mental pejabat hingga masyarakat dibenahi. Disamping itu, juga telah menggandeng sekolah-sekolah untuk menanamkan pendidikan antikorupsi kepada para pelajar dan mahasiswa sebagai agen-agen antikorupsi. Mereka dibekali jiwa-jiwa wawasan kebangsaan, kejujuran, berlaku amanah yang memang sejatinya harus diberikan sejak dini,” pungkas Saelany.