Dorong Perekonomian, Dekranasda Sinergikan UMKM dan Pelestarian Budaya Batik

Bersinergi dengan Museum Batik Kota Pekalongan, Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Jawa Tengah dan DIY Kementerian Keuangan RI menggelar talkshow UMKM, batik dan perekonomian sekaligus sebagai rangkaian kegiatan peringatan HUT Museum Batik ke-17, bertempat di aula Museum Batik Kota Pekalongan, Selasa sore (25/7/2023).

Dalam talkshow tersebut, hadir sebagai narasumber anggota komisi XI DPR RI, Hendrawan Supratikno dan ketua Dekranasda Kota Pekalongan, Inggit Soraya. Inggit menyampaikan bahwa hingga saat ini Dekranasda terus berupaya mengoptimalkan perannya sebagai wadah pendukung UMKM Kota Pekalongan agar terus tumbuh dan berkembang, “Dekranasda murni membantu memberikan wadah untuk para UMKM untuk bisa berkembang maju bersama, kita berikan fasilitas-fasilitas seperti pelatihan, pameran, promosi supaya untuk pemasaran bisa lebih luas,” katanya.

Dikatakan Inggit, sebagian masyarakat belum mengenal Dekranasda Kota Pekalongan, sehingga diharapkan lewat talkshow ini akan lebih banyak lagi UMKM yang mengetahui apa itu Dekranasda dan bisa menarik UMKM bergabung didalamnya, “Saat ini kami sudah memiliki showroom kebetulan di Museum Batik, semua produk yang didisplay di sana harganya sesuai dengan harga jual dari UMKM sendiri, Dekranasda tidak meng up harga sehingga jangan khawatir untuk bergabung dengan kami,” terangnya.

Jika melihat jumlah UMKM khususnya yang bergerak di sektor batik, Inggit menyebut sebanyak 1300an tumbuh di Kota Pekalongan ditambah dari paguyuban grosir setono sebanyak 300, namun hingga saat ini masih ada 150an UMKM yang tergabung di Dekranasda. Inggit berharap Dekranasda dapat menambah UMKM binaannya dan terus membersamai, mendukung serta mengayomi sehingga UMKM bisa maju, “Selain untuk mewadahi pelaku usaha, karena batik itu produk unggulan Kota kita, semoga secara bersamaan bisa melestarikan warisan budaya Indonesia khususnya di kota Pekalongan,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Kanwil DJKN Jawa Tengah dan DIY, Tri Wahyuningsih menyampaikan bahwa batik merupakan dua mata uang yang bersisian yang menarik dan harus dijaga, “Batik ini warisan budaya di satu sisi pengusaha batik menjalankan bisnis untuk perekonomian, tetapi secara langsung juga sebagai upaya penjagaan budaya, kedua harus kita jaga bersama agar tidak melepas batik sebagai budaya Indonesia,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa UMKM penting dikembangkan sehingga pemberdayaan juga harus dilaksanakan, sebab perekonomian Indonesia maupun secara global bergantung dengan keberadannya, “UMKM merupakan tulang punggung perekonomian bisa kita lihat pasca pandemi covid, kinerja pemerintah banyak disumbangkan oleh pemulihan UMKM karena itulah kita pemulihan UMKM menjadi salah satu pilar penting selain kesehatan, perlindungan sosial,” jelasnya.

Tri menambahkan, Indonesia memiliki lebih 60 juta UMKM yang mewakili 99 persen dari total kegiatan bisnis yang menyerap 97 lapangan kerja dan menyumbangkan 60 persen pendapatan domestik bruto. Lanjutnya, UMKM masih menghadapi tantangan diantaranya, kurangnya akses pasar, SDM yang terampil, penggunaan teknologi yang berkembang, maupun keterbatasan akses layanan keuangan dan infrastruktur yang kurang memadai. Kemudian pandemi, “Tatanan ini harus menjadi prioritas pemerintah kalau kita ingin memberdayakan dan mengembangkan UMKM, selain itu kita juga harus mendorong dan mendampingi mereka untuk memanfaatkan teknologi digital,” pungkasnya.