Dorong Pendidikan Inklusif Ramah ABK, Pemkot Optimalkan Pendampingan Lakondik

Upaya untuk mendukung perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam lingkungan belajar yang lebih terbuka terus didorong oleh Pemerintah Kota Pekalongan melalui Layanan Konseling Pendidikan (Lakondik) Dinas Pendidikan.
Guru Pendamping Khusus (GPK) Lakondik Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Alfa Angelia saat ditemui di TK Cempaka Jaya, belum lama ini mengatakan bahwa saat ini semua satuan pendidikan adalah sekolah inklusi artinya mereka yang notabene sekolah reguler tetapi bisa menerima dan membuka kesempatan kepada semua anak, termasuk ABK untuk belajar bersama. Namun sekolah inklusi berbeda dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah inklusi memperlakukan anak berkebutuhan khusus sama dengan anak-anak reguler dengan pembelajaran dan lingkungan yang sama. Sementara itu, SLB diatur sedemikian rupa untuk anak berkebutuhan khusus, mulai guru ahli atau cara berkomunikasi.
“ABK yang ada di sekolah inklusi akan ditempatkan sama seperti anak-anak reguler lainnya, secara umum mereka tampak sama seperti anak reguler akan tetapi sebenarnya mereka punya kebutuhan tersendiri selama proses pembelajaran khusus, misal kalau di sekolah ada terkait regulasi emosi, kebanyakan ABK belum patuh aturan kelas. Jenis kebutuhan mereka ringan akan tetapi perlu diberikan pendampingan supaya bisa mengikuti pembelajaran akademik meskipun ritmenya berbeda dengan anak reguler,” terangnya.
Saat ini, Kota Pekalongan memiliki sejumlah sekolah rintisan inklusi antara lain TK Negeri Cempaka Jaya, TK Pembina Timur, dan TK Pembina Utara yang berperan sebagai pionir dalam menerima dan mendampingi ABK sejak dini, sebanyak 25 – 30 ABK di jenjang TK didampingi selama proses belajar dengan kebutuhan beragam, mulai dari keterbatasan bicara hingga keterlambatan perkembangan berpikir maupun sosial.
Sedangkan sekolah rintisan inklusi jenjang SMP ada di SMPN 10 dengan total 36 ABK yang didampingi. Untuk jenjang pendidikan SD, sekolah rintisan inklusi ada di SDN Bendan 1, SDN Poncol 3, SDN Kuripan Kidul 2 dan SDN Panjang Wetan 3, dari 4 SD tersebut ada 138 ABK yang didampingi.
“Sebelum pendampingan ini, guru kelas akan mendeteksi dini apakah ada siswanya yang berbeda dari anak seusianya, lalu hasil observasi disampaikan ke GPK, kemudian kami lanjut observasi. Dalam seminggu bisa didampingi 1-2 kali. Kami juga konseling dengan orang tua untuk mengetahui apakah kendala ABK ini terjadi karena lingkungan rumah atau karena anak tersebut belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah, sehingga sinkron dan kami bisa memberikan pendampingan yang tepat,” tuturnya.
Sejauh ini, dengan adanya pendampingan dan dukungan yang tepat, Lakondik melihat banyak anak yang mulai menunjukan peningkatan dari sebelumnya, dari tidak tahu dan tidak mampu menjadi tahu dan mampu walaupun mungkin tidak sama dengan usia sebayanya, namun ABK tetap bisa berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ia menambahkan bahwa saat ini, Dinas Pendidikan tengah mencoba meningkatkan kualitas Lakondik menjadi Unit Layanan Disabilitas (ULD) sehingga pendampingan dapat diberikan secara menyeluruh di satuan pendidikan. Selain itu, Lakondik juga membuka kesempatan bagi orang tua di Kota Pekalongan yang mungkin memiliki ABK untuk bisa konselinting dengan tim Lakondik yang berada di kantor Dinas Pendidikan.
Sementara itu, Sri Elyunara, guru kelas TK Cempaka Jaya mengaku sangat terbantu dari pendampingan Lakondik Dinas Pendidikan, sebagai guru kelas yang memiliki ABK, tentunya butuh program pembelajaran yang berbeda dengan anak-anak lain sehingga pendampingan ini bisa mengetahui kesulitan anak ada dimana sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.
“Alhamdulillah pendampingan ini sangat membantu kami untuk menyusun program pembelajaran individual ABK. Selain kami yang merasa terbantu, Alhamdulilah orang tua ABK juga sangat terbantu karena anaknya memperoleh layanan secara individual sesuai dengan kebutuhan kesulitan dia, jadi nanti orang tua kami ajak bekerja sama untuk melanjutkan stimulasi pendampingannya di rumah sehingga ada kesinambungan dan keberlanjutan antara program di sekolah dengan di rumah,” ucapnya.
Sri berharap, pelayanan Lakondik Dinas Pendidikan Kota Pekalongan akan terus berlanjut dan bisa dikembangkan untuk semua sekolah di Kota Pekalongan baik negeri maupun swasta di satuan pendidikan usia dini, SD hingga SMP.
(Dinkominfo Kota Pekalongan)
Guru Pendamping Khusus (GPK) Lakondik Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Alfa Angelia saat ditemui di TK Cempaka Jaya, belum lama ini mengatakan bahwa saat ini semua satuan pendidikan adalah sekolah inklusi artinya mereka yang notabene sekolah reguler tetapi bisa menerima dan membuka kesempatan kepada semua anak, termasuk ABK untuk belajar bersama. Namun sekolah inklusi berbeda dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah inklusi memperlakukan anak berkebutuhan khusus sama dengan anak-anak reguler dengan pembelajaran dan lingkungan yang sama. Sementara itu, SLB diatur sedemikian rupa untuk anak berkebutuhan khusus, mulai guru ahli atau cara berkomunikasi.
“ABK yang ada di sekolah inklusi akan ditempatkan sama seperti anak-anak reguler lainnya, secara umum mereka tampak sama seperti anak reguler akan tetapi sebenarnya mereka punya kebutuhan tersendiri selama proses pembelajaran khusus, misal kalau di sekolah ada terkait regulasi emosi, kebanyakan ABK belum patuh aturan kelas. Jenis kebutuhan mereka ringan akan tetapi perlu diberikan pendampingan supaya bisa mengikuti pembelajaran akademik meskipun ritmenya berbeda dengan anak reguler,” terangnya.
Saat ini, Kota Pekalongan memiliki sejumlah sekolah rintisan inklusi antara lain TK Negeri Cempaka Jaya, TK Pembina Timur, dan TK Pembina Utara yang berperan sebagai pionir dalam menerima dan mendampingi ABK sejak dini, sebanyak 25 – 30 ABK di jenjang TK didampingi selama proses belajar dengan kebutuhan beragam, mulai dari keterbatasan bicara hingga keterlambatan perkembangan berpikir maupun sosial.
Sedangkan sekolah rintisan inklusi jenjang SMP ada di SMPN 10 dengan total 36 ABK yang didampingi. Untuk jenjang pendidikan SD, sekolah rintisan inklusi ada di SDN Bendan 1, SDN Poncol 3, SDN Kuripan Kidul 2 dan SDN Panjang Wetan 3, dari 4 SD tersebut ada 138 ABK yang didampingi.
“Sebelum pendampingan ini, guru kelas akan mendeteksi dini apakah ada siswanya yang berbeda dari anak seusianya, lalu hasil observasi disampaikan ke GPK, kemudian kami lanjut observasi. Dalam seminggu bisa didampingi 1-2 kali. Kami juga konseling dengan orang tua untuk mengetahui apakah kendala ABK ini terjadi karena lingkungan rumah atau karena anak tersebut belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah, sehingga sinkron dan kami bisa memberikan pendampingan yang tepat,” tuturnya.
Sejauh ini, dengan adanya pendampingan dan dukungan yang tepat, Lakondik melihat banyak anak yang mulai menunjukan peningkatan dari sebelumnya, dari tidak tahu dan tidak mampu menjadi tahu dan mampu walaupun mungkin tidak sama dengan usia sebayanya, namun ABK tetap bisa berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ia menambahkan bahwa saat ini, Dinas Pendidikan tengah mencoba meningkatkan kualitas Lakondik menjadi Unit Layanan Disabilitas (ULD) sehingga pendampingan dapat diberikan secara menyeluruh di satuan pendidikan. Selain itu, Lakondik juga membuka kesempatan bagi orang tua di Kota Pekalongan yang mungkin memiliki ABK untuk bisa konselinting dengan tim Lakondik yang berada di kantor Dinas Pendidikan.
Sementara itu, Sri Elyunara, guru kelas TK Cempaka Jaya mengaku sangat terbantu dari pendampingan Lakondik Dinas Pendidikan, sebagai guru kelas yang memiliki ABK, tentunya butuh program pembelajaran yang berbeda dengan anak-anak lain sehingga pendampingan ini bisa mengetahui kesulitan anak ada dimana sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.
“Alhamdulillah pendampingan ini sangat membantu kami untuk menyusun program pembelajaran individual ABK. Selain kami yang merasa terbantu, Alhamdulilah orang tua ABK juga sangat terbantu karena anaknya memperoleh layanan secara individual sesuai dengan kebutuhan kesulitan dia, jadi nanti orang tua kami ajak bekerja sama untuk melanjutkan stimulasi pendampingannya di rumah sehingga ada kesinambungan dan keberlanjutan antara program di sekolah dengan di rumah,” ucapnya.
Sri berharap, pelayanan Lakondik Dinas Pendidikan Kota Pekalongan akan terus berlanjut dan bisa dikembangkan untuk semua sekolah di Kota Pekalongan baik negeri maupun swasta di satuan pendidikan usia dini, SD hingga SMP.
(Dinkominfo Kota Pekalongan)