Delegasi 20 Negara Tinjau dan Belajar Penanaman Mangrove Bumbung Bambu di Degayu

Usai menanam puluhan bibit mangrove di kawasan pesisir utara kota Pekalongan, rombongan kemitraan Indonesia bersama para delegasi 20 negara menilik sekaligus mempelajari proyek adaptasi perubahan iklim di kota Pekalongan melalui pendanaan Adaptation Fund (AF) yakni penanaman mangrove dengan media bumbung bambu, pada eks bengkok yang berada kelurahan Degayu, Kamis (9/6/2023).

Dalam kesempatan tersebut, para delegasi dijelaskan bagaimana proses penanaman mangrove dengan media bambu dan seberapa efektifnya keberhasilan metode tersebut. Fasilitator kemitraan yang bertugas di kelurahan Degayu, Ogi mengatakan bahwa selain didukung AF, Kemitraan juga mendapat bantuan penuh oleh Pemerintah Kota Pekalongan dalam mengidentifikasi lahan yang ada di lokasi tersebut, “Sebelumnya kita mendapatkan rekomendasi lahan bengkok ini dan sesuai dengan aset kota yang memang dikhususkan untuk tanaman mangrove,” tuturnya.

Dijelaskan Ogi, pemilihan penggunaan metode bumbung bambu karena semakin tahun air semakin meninggi dan fungsi dari metode bumbung ini adalah untuk menahan dan membuat tanaman mangrove bisa bisa bertahan hidup lebih lama, “Upaya dari kemitraan ini, apa yang sudah kita tanam disini semoga dapat memberikan dukungan untuk mendorong masyarakat agar lebih bisa beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi di kelurahan Degayu,” katanya.

Ia menambahkan ditanam sejak Juli 2022, tanaman mangrove masih berkembang subur dan bisa dikatakan 95 persen mangrove masih bertahan dan tumbuh dengan baik. 

Sementara itu, warga lokal kelurahan Degayu, Burhan mengaku senang dan mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kota Pekalongan, Kemitraan serta delegasi 20 negara telah memberikan perhatian khusus kepada kelurahan Degayu. Ia menuturkan bahwa warga Degayu sangat antusias dan berupaya melanjutkan proyek yang telah dilakukan di wilayahnya yakni menanam mangrove bumbung bambu, “Semoga ini menjadi jalinan silaturahmi yang baik sehingga mampu memunculkan program-program yang bisa diterapkan di keluarga Degayu, kalau kaitan tanaman mangrove karena salah satu manfaat mangrove fungsinya mencegah abrasi dan menanggulangi rob, tentunya sampai saat ini masyarakat juga sangat mendukung dan antusias,” ujarnya.

Burhan menjelaskan pada tahun 2000 an wilayah di kelurahan Degayu merupakan dulunya daerah swasembada padi, dengan hamparan sawah dari mulai bibir pantai sampai dengan pemukiman masyarakat sawah. Meskipun perubahan iklim terus terjadi, masyarakat bisa dan siap beradaptasi dengan kondisi saat ini, “Harapannya apa yang sudah diprogramkan kemitraan tetap berjalan, berkelanjutan upaya tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, sedikit banyak membantu di wilayah kami,” tukasnya.