Dekranasda Kabupaten Bogor Ngangsu Kawruh Perbatikan ke Kota Pekalongan

Kepiawaian Kota Pekalongan dalam pelestarian dan mempertahankan eksistensi batik menyita Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dewan  Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) setempat ingin belajar atau `ngangsu kawruh` ke Kota Pekalongan yang notabene sebagai Kota Batik, berlangsung di Kantor Sekratariat Dekranasda Kota Pekalongan yang berlokasikan di dalam Museum Batik Kota Pekalongan, Kamis siang (27/10/2022).

Ketua Dekranasda Kabupaten Bogor, Halimatu Sakdiyah Iwan mengungkapkan bahwa, kedatangannya bersama rombongan Pemkab Bogor dan 30 orang pengrajin batik Kabupaten Bogor adalah  ingin kaji terap (study banding) mengenai cara mendesain motif hingga pewarnaan batik yang baik dan benar, serta managemen pemasaran batik.

"Kunjungan ini menjadi tindaklanjut dari langkah kami yang sebelumnya mengadakan pelatihan membatik untuk 30 orang masyarakat yang ada di  Desa Tegal, Kemang, Kabupaten Bogor. Kami tidak hanya cukup pelatihan, namun kami butuh ilmu lebih, maka kami study banding ke Kota Pekalongan yang telah dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Halimatu beserta rombongan menyempatkan diri untuk menengok koleksi-koleksi hasil karya Dekranasda dan room tour ke ruang-ruang pamer Museum Batik untuk melihat dan mempelajari sejumlah koleksi batik di Museum Batik Kota Pekalongan. Halima dibuat takjub sekali dengan salah satu koleksi batik di Museum Batik Pekalongan yang usianya sudah lebih dari 100 tahun. Pihaknya berharap, kunjungan kaji terap ini bisa menjadi motivasi dan semangat para pengrajin batik dan Pemerintah Kabupaten Bogor untuk menerapkan dan meningkatkan potensi daerah, terutama mempertahankan eksistensi batik itu sendiri.

" Melihat dari modifikasi motif, sampai harganya fantastik Rp500 juta, sungguh luar biasa. Kami juga tadi melihat koleksi-koleksi batik dari berbagai daerah Nusantara di Museum batik. Mudah-mudahan, kami berharap hasil karya batik Kabupaten Bogor juga bisa ditampilkan di Musuem Batik Pekalongan ini. Setelah dari Museum Batik ini, kami akan melanjutkan perjalanan ke Kampung Batik Kauman untuk melihat proses pembatikan langsung yang menjadi salah satu destinasi edukasi dan belanja batik di Kota Pekalongan," terangnya.

Sementara itu, Ketua Harian Dekranasda Kota Pekalongan, Budiyanto yang hadir menyambut rombongan Dekranasda Kabupaten Bogor menyampaikan terimakasih dan apresiasi atas ditunjuknya Kota Pekalongan sebagai lokasi kaji terap Dekranasda Kabupaten Bogor pada hari ini. Pada kesempatan tersebut, pihaknya juga memaparkan kondisi geografis dan potensi-potensi daerah Kota Pekalongan terutama potensi batik yang menjadi roda perekonomian warga setempat.

"Kami mohon maaf sebelumnya Ketua Dekranasda Kota Pekalongan, Hj Inggit Soraya berhalangan hadir menyambut rombongan Dekranasda Kabupaten Bogor, sehingga diwakilkan kami dalam kunjungan study terap hari ini. Kota Pekalongan ini kota kecil terdiri dari 4 kecamatan dan 27 kelurahan, yang mayoritas pekerjaan penduduknya berkecimpung di UMKM dan bidang perbatikan," jelas Budiyanto.

Budiyanto membeberkan bahwa, sesuai sloganya Kota Pekalongan sebagai Kota Batik Dunia, kota ini berupaya mempertahankan penghargaan dari UNESCO ini terkait batik sebagai warisan budaya tak benda. Menurut perkembangan sejarah batik Kota Pekalongan, sejarah pembatikan ini sudah dimulai dari Kerjaan Mataram Islam pada abad 17. Hingga saat ini, berbagai upaya pemerintah dan masyarakat setempat untuk mempertahankan eksistensi batik itu sendiri mulai dari kegiatan Pekan Batik Nusantara, pembentukan sejumlah Wisata Kampung Batik (Kampung Batik Pesindon, Kampung Batik Kauman, Kampung Canting Batik Landungsari, dan sebagainya), mengedukasi para pelajar tentang pembatikan sejak dini, serta lain-lain.

"Masyarakat Kota Pekalongan ini juga sangat kreatif dalam penciptaan motif maupun pewarnaan batik. Perbatikan ini tidak dipungkuri menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat. Saat pandemi kemarin sedang tinggi, pelaku usaha batik ini memang berdampak pada penurunan omset mereka, namun karena jiwa kreativitas mereka yang tinggi, mereka memutar otak agar omset mereka tetap stabil yakni dengan menjadikan kain batik ini untuk produksi masker, daster atau piyama batik, dan sebagainya yang juga bisa dipakai masyarakat saat bekerja dari rumah (Work From Home)," pungkasnya.