Berjuang Beradaptasi dengan Perubahan Iklim

Kemitraan Indonesia bersama Pemerintah Kota Pekalongan menjalankan Program Adaptasi Perubahan Iklim yang didanai dari Adaptation Fund (AF). Beberapa kegiatannya adalah untuk mengidentifikasi seberapa besar pengaruh perubahan iklim yang terjadi sekaligus bagaimana masyarakat yang terdampak perubahan iklim ini masih bisa bertahan dan hidup berdampingan menyesuaikan kondisi alam sekitarnya. Dalam program AF ini, Kemitraan Indonesia turut menggandeng para delegasi dari 20 negara untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman dalam penanganan perubahan iklim yang saat ini terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia, khususnya Kota Pekalongan. Usai melakukan penanaman mangrove di wilayah pesisir Kota Pekalongan, Kemitraan Indonesia bersama para delegasi berbagai negara di benua Asia, Amerika, dan Afrika, didampingi Kepala OPD, camat, dan lurah mengunjungi MCK Adaptif yang berada di Masjid Al Ghoribul Mubarok Jalan Selat Karimata RT 02 RW 03 Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Kamis siang (8/6/2023). Disamping itu, para delegasi 20 negara juga menengok secara langsung kondisi 4 rumah warga disamping masjid setempat yang terdampak perubahan iklim serta mencicipi teh telang, produk buatan warga lokal yang saat ini terus dikembangkan di Kelurahan Bandengan.

Direktur Program Kemitraan Indonesia, Dewi Rizky menjelaskan bahwa, di wilayah Kelurahan Bandengan sudah ada MCK bersama dan MCK Adaptif. Tepatnya, di masjid Al Ghoribul Mubarok Kelurahan Bandengan beberapa tahun lalu sudah terbangun MCK Adaptif yang menjadi pilot project untuk daerah - daerah terdampak rob. Dimana, MCK adaptif ini tidak seperti toilet pada umumnya. Dari sisi septic tank nya terbuat dari bio filter yang kedap air atau tidak bocor sehingga tidak ada bakteri yang keluar ke perairan. Kemudian, air tinja yang masuk akan diolah oleh bakteri ,dan sisanya akan keluar diolah oleh tanaman. Jadi, yang keluar betul-betul bersih, inovasi lainya adalah memanfaatkan air hujan dan PDAM untuk kebutuhan air di MCK, serta desainya ramah untuk diffabel.

"Disini kami ingin menunjukkan kepada para delegasi 20 negara yang mendapat pendanaan Adaptation Fund bahwa Kemitraan mendukung untuk perbaikan MCK bersama di wilayah tersebut. Sebab, masyarakat setempat sampai saat ini masih terus menggunakan MCK itu," ujar Dewi.

Disampaikan Dewi, disamping masjid juga ada MCK yang sudah adaptasi (MCK Adaptif) yang dibawahnya sudah memakai sistem biopori dan bisa ditinggikan setengah dari ketinggian air rob yang sering terjadi di wilayah Bandengan. Sehingga, hal ini diharapkan bisa memberikan ruang bagi masyarakat untuk menggunakan MCK lebih banyak lagi dan bisa untuk beradaptasi pada saat terjadi bencana rob.

"Untuk negara-negara seperti Bangladesh, India, dan negara-negara di Amerika latin memiliki permasalahan perubahan iklim yang sama dengan Kota Pekalongan. Mereka bisa belajar bagaimana Pemerintah Kota Pekalongan bersama stakeholder terkait dan masyarakat setempat bekerjasama untuk membuat Kota Pekalongan bisa beradaptasi dengan dampak perubahan iklim ini. Mereka bisa melihat secara langsung bagaimana kota di pesisir Utara Jawa ini mengatasi dampak perubahan iklim yang terjadi di tengah masyarakatnya seperti dari segi perubahan mata pencaharian masyarakat itu sendiri yang semula petani karena lahan sawahnya terendam rob beralih profesi menjadi petambak budidaya ikan bandeng, ikan nila, udang, dan sebagainya,"tandasnya