Bentuk Kepedulian Lingkungan, MAN 1 Kota Pekalongan Pelopori Pengelolaan Sampah Mandiri

Kota Pekalongan – Pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun harus menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat, termasuk dunia pendidikan. Dalam rangka menyikapi kondisi darurat sampah yang tengah melanda Kota Pekalongan, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Pekalongan mengambil langkah proaktif dengan mengelola sampah secara mandiri di lingkungan sekolahnya.
Kepala MAN 1 Kota Pekalongan, Mimbar, menegaskan bahwa, kegiatan pengelolaan sampah ini tidak hanya menjadi bentuk partisipasi terhadap program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Pekalongan, melainkan juga menjadi sarana edukasi penting bagi para peserta didik.
"Kegiatan ini merupakan pembelajaran nyata bagi anak-anak kami tentang pentingnya menjaga lingkungan. Ini sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam menangani darurat sampah yang sedang kita hadapi bersama," ungkap Mimbar, Rabu (30/4/2025).
Salah satu bentuk konkret dari upaya tersebut adalah program pemilahan sampah di lingkungan sekolah. Pihak sekolah menginstruksikan seluruh siswa dan warga sekolah untuk mengurangi penggunaan sampah berbahan plastik, khususnya kemasan sekali pakai. Untuk kebutuhan air minum, siswa diminta membawa tumbler sendiri dari rumah dan mengisinya dengan air yang telah disediakan di galon-galon masing-masing kelas.
Tak hanya itu, saat membeli makanan di kantin, para siswa juga dianjurkan membawa kotak makanan atau tepak dari rumah guna menggantikan bungkus plastik. Sekolah telah menyediakan tempat sampah terpisah antara organik dan anorganik di berbagai titik strategis.
“Anak-anak sudah terbiasa memilah sampah, dan ini sangat membantu kami dalam pengelolaan lanjutan,” terang Mimbar.
Sampah organik yang dikumpulkan tidak langsung dibuang, melainkan diolah di tempat khusus di area belakang parkiran sekolah. Di lokasi tersebut, tersedia mesin pencacah dan wadah besar yang kemudian diberi cairan EM4 sebagai pengurai alami. Hasil akhir dari proses tersebut berupa pupuk organik yang kemudian digunakan untuk menyuburkan tanaman yang ada di lingkungan sekolah.
Sementara itu, sampah anorganik dikumpulkan dan sebagian besar dibawa ke Tempat Darurat Pengelolaan Sampah (TDPS) atau dijual ke bank sampah terdekat untuk didaur ulang.
“Bahkan dalam rapat-rapat sekolah pun, kami sudah tidak menggunakan wadah berbahan kardus, sterofoam, ataupun plastik. Kami berupaya memakai peralatan yang bisa dipakai ulang, seperti piring,” jelasnya.
Upaya pembiasaan pengelolaan sampah di sekolah ini mendapat sambutan positif dari siswa MAN 1 Kota Pekalongan, Salah satunya adalah Tyo Mulia Perkasa. Ia mengaku awalnya sempat kesulitan beradaptasi dengan aturan tersebut.
“Dulu jajan di kantin pakai plastik itu biasa. Tapi sekarang kita jadi terbiasa bawa tempat makan sendiri. Lama-lama malah terasa lebih nyaman dan peduli lingkungan juga,” ujarnya.
Tyo menilai, langkah yang dilakukan oleh MAN 1 Kota Pekalongan ini menjadi contoh baik bahwa pengelolaan sampah bisa dimulai dari lingkungan terkecil.
" Keteladanan ini diharapkan dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain di Kota Pekalongan untuk turut serta dalam upaya penanganan sampah yang lebih bijak dan berkelanjutan,"tukasnya. (Dian)
Kepala MAN 1 Kota Pekalongan, Mimbar, menegaskan bahwa, kegiatan pengelolaan sampah ini tidak hanya menjadi bentuk partisipasi terhadap program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Pekalongan, melainkan juga menjadi sarana edukasi penting bagi para peserta didik.
"Kegiatan ini merupakan pembelajaran nyata bagi anak-anak kami tentang pentingnya menjaga lingkungan. Ini sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam menangani darurat sampah yang sedang kita hadapi bersama," ungkap Mimbar, Rabu (30/4/2025).
Salah satu bentuk konkret dari upaya tersebut adalah program pemilahan sampah di lingkungan sekolah. Pihak sekolah menginstruksikan seluruh siswa dan warga sekolah untuk mengurangi penggunaan sampah berbahan plastik, khususnya kemasan sekali pakai. Untuk kebutuhan air minum, siswa diminta membawa tumbler sendiri dari rumah dan mengisinya dengan air yang telah disediakan di galon-galon masing-masing kelas.
Tak hanya itu, saat membeli makanan di kantin, para siswa juga dianjurkan membawa kotak makanan atau tepak dari rumah guna menggantikan bungkus plastik. Sekolah telah menyediakan tempat sampah terpisah antara organik dan anorganik di berbagai titik strategis.
“Anak-anak sudah terbiasa memilah sampah, dan ini sangat membantu kami dalam pengelolaan lanjutan,” terang Mimbar.
Sampah organik yang dikumpulkan tidak langsung dibuang, melainkan diolah di tempat khusus di area belakang parkiran sekolah. Di lokasi tersebut, tersedia mesin pencacah dan wadah besar yang kemudian diberi cairan EM4 sebagai pengurai alami. Hasil akhir dari proses tersebut berupa pupuk organik yang kemudian digunakan untuk menyuburkan tanaman yang ada di lingkungan sekolah.
Sementara itu, sampah anorganik dikumpulkan dan sebagian besar dibawa ke Tempat Darurat Pengelolaan Sampah (TDPS) atau dijual ke bank sampah terdekat untuk didaur ulang.
“Bahkan dalam rapat-rapat sekolah pun, kami sudah tidak menggunakan wadah berbahan kardus, sterofoam, ataupun plastik. Kami berupaya memakai peralatan yang bisa dipakai ulang, seperti piring,” jelasnya.
Upaya pembiasaan pengelolaan sampah di sekolah ini mendapat sambutan positif dari siswa MAN 1 Kota Pekalongan, Salah satunya adalah Tyo Mulia Perkasa. Ia mengaku awalnya sempat kesulitan beradaptasi dengan aturan tersebut.
“Dulu jajan di kantin pakai plastik itu biasa. Tapi sekarang kita jadi terbiasa bawa tempat makan sendiri. Lama-lama malah terasa lebih nyaman dan peduli lingkungan juga,” ujarnya.
Tyo menilai, langkah yang dilakukan oleh MAN 1 Kota Pekalongan ini menjadi contoh baik bahwa pengelolaan sampah bisa dimulai dari lingkungan terkecil.
" Keteladanan ini diharapkan dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain di Kota Pekalongan untuk turut serta dalam upaya penanganan sampah yang lebih bijak dan berkelanjutan,"tukasnya. (Dian)