Banyumas Jadi Role Model, Kota Pekalongan Siap Terapkan Pengelolaan Sampah Terintegrasi dari Hulu ke Hilir

Kota Pekalongan – Dalam upaya mengatasi kondisi darurat sampah yang tengah melanda Kota Pekalongan, Wakil Wali Kota Pekalongan Hj. Balgis Diab, didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso, melakukan kunjungan studi banding ke Kabupaten Banyumas, Rabu (16/4/2025). Lokasi yang dikunjungi adalah Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kedungrandu dan Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) Kalibagor.
Kabupaten Banyumas dikenal sebagai salah satu daerah dengan sistem pengelolaan sampah terbaik di Indonesia, bahkan menjadi percontohan tingkat Asia Tenggara. Sistem yang diterapkan berbasis partisipasi aktif masyarakat dan teknologi ramah lingkungan, mulai dari pemilahan sampah di tingkat rumah tangga hingga pengelolaan akhir secara efisien dan berdaya guna.
"Kami melakukan study banding langsung ke TPST Kedungrandu dan TPA BLE Kalibagor Banyumas karena Kabupaten Banyumas ini menjadi salah satu wilayah yang pengelolaan sampahnya terbaik dan sudah berhasil menjadi percontohan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara,"ucap Wawalkot Balgis.
Banyumas telah berhasil mengelola sampah secara terintegrasi dari sumber hingga ke tempat akhir dan melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya.
Sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi di Banyumas ini dimulai dari masyarakatnya yang sudah memilah sampahnya dari sumber. Sampah yang dikelola tiap harinya dalam sistem terintegrasi ini adalah berkisar 40 ton/hari.
Terdapat satu inovasi yang dapat menggerakkan pengelolaan, pemilahan, dan pengumpulan sampah secara masif, terutama jenis sampah rumah tangga yang memiliki presentase penyumbang sampah terbesar yaitu masyarakat dapat menjual sampah organik dan anorganiknya ke Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) melalui aplikasi Salinmas, sebuah aplikasi sampah online yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Adapun untuk sampah yang tidak dapat dikelola di sumber, maka akan dikelola dengan diambil KSM ke rumah-rumah secara door to door. Untuk pengangkutan sendiri, dilakukan dengan sistem pelayanan 3 hari sekali (RT), 1 hari sekali (rumah makan), dan 10 hari (untuk instansi). Jadwal penjemputan sampah sudah terjadwal oleh pihak TPST dengan para masyarakat dan dalam penjemputannya terdapat Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk melayani masyarakat yang rumahnya sulit untuk dilewati kendaraan pengangkut sampah
Banyumas telah memiliki TPST dan salah satu TPST dilengkapi dengan mesin pirolisis yang memusnahkan sampah dengan pembakaran di atas 800 derajat Celcius. Khusus untuk TPA BLE tidak hanya fokus pada 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), melainkan juga dilengkapi dengan kolam renang, pabrik plastik, tempat budidaya magot, budidaya lele dan fasilitas lainnya.
" Tentu, karena Kota Pekalongan saat ini masih dalam kondisi darurat sampah, seiring ditutupnya TPA Degayu oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), maka kita study banding kesini dan akan menerapkan sistem pengelolaannya di Kota Pekalongan,"ujarnya.
Menurutnya, adapun yang dipelajarinya adalah terkait tata kelola pengelolaan sampah dengan baik dan sesuai regulasi lingkungan hidup dan kelembagaannya serta teknologinya. Ia memohon doa dan dukungan kepada masyarakat Kota Pekalongan untuk bersama-sama pemerintah menangani permasalahan sampah ini.
Dirinya menegaskan, Pemerintah Kota Pekalongan sangat serius untuk menangani darurat sampah di Kota Pekalongan. Pihaknya juga mengajak seluruh masyarakat Kota Pekalongan untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah dengan memilah sampah mulai dari rumah tangga.
"Sebab, kunci keberhasilan pengelolaan sampah harus dari hulu ke hilir. Mari kelola sampah dari rumah tangga dan jangan lupa untuk memilah sampah terlebih dahulu sebelum diangkut oleh petugas sampah. Doakan kami agar Pemerintah Kota Pekalongan dapat merealisasikan program - program pengelolaan sampah dan pembangunan kota agar semuanya diberikan kelancaran dan kemudahan,"pungkasnya. (Dian)
Kabupaten Banyumas dikenal sebagai salah satu daerah dengan sistem pengelolaan sampah terbaik di Indonesia, bahkan menjadi percontohan tingkat Asia Tenggara. Sistem yang diterapkan berbasis partisipasi aktif masyarakat dan teknologi ramah lingkungan, mulai dari pemilahan sampah di tingkat rumah tangga hingga pengelolaan akhir secara efisien dan berdaya guna.
"Kami melakukan study banding langsung ke TPST Kedungrandu dan TPA BLE Kalibagor Banyumas karena Kabupaten Banyumas ini menjadi salah satu wilayah yang pengelolaan sampahnya terbaik dan sudah berhasil menjadi percontohan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara,"ucap Wawalkot Balgis.
Banyumas telah berhasil mengelola sampah secara terintegrasi dari sumber hingga ke tempat akhir dan melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya.
Sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi di Banyumas ini dimulai dari masyarakatnya yang sudah memilah sampahnya dari sumber. Sampah yang dikelola tiap harinya dalam sistem terintegrasi ini adalah berkisar 40 ton/hari.
Terdapat satu inovasi yang dapat menggerakkan pengelolaan, pemilahan, dan pengumpulan sampah secara masif, terutama jenis sampah rumah tangga yang memiliki presentase penyumbang sampah terbesar yaitu masyarakat dapat menjual sampah organik dan anorganiknya ke Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) melalui aplikasi Salinmas, sebuah aplikasi sampah online yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Adapun untuk sampah yang tidak dapat dikelola di sumber, maka akan dikelola dengan diambil KSM ke rumah-rumah secara door to door. Untuk pengangkutan sendiri, dilakukan dengan sistem pelayanan 3 hari sekali (RT), 1 hari sekali (rumah makan), dan 10 hari (untuk instansi). Jadwal penjemputan sampah sudah terjadwal oleh pihak TPST dengan para masyarakat dan dalam penjemputannya terdapat Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk melayani masyarakat yang rumahnya sulit untuk dilewati kendaraan pengangkut sampah
Banyumas telah memiliki TPST dan salah satu TPST dilengkapi dengan mesin pirolisis yang memusnahkan sampah dengan pembakaran di atas 800 derajat Celcius. Khusus untuk TPA BLE tidak hanya fokus pada 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), melainkan juga dilengkapi dengan kolam renang, pabrik plastik, tempat budidaya magot, budidaya lele dan fasilitas lainnya.
" Tentu, karena Kota Pekalongan saat ini masih dalam kondisi darurat sampah, seiring ditutupnya TPA Degayu oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), maka kita study banding kesini dan akan menerapkan sistem pengelolaannya di Kota Pekalongan,"ujarnya.
Menurutnya, adapun yang dipelajarinya adalah terkait tata kelola pengelolaan sampah dengan baik dan sesuai regulasi lingkungan hidup dan kelembagaannya serta teknologinya. Ia memohon doa dan dukungan kepada masyarakat Kota Pekalongan untuk bersama-sama pemerintah menangani permasalahan sampah ini.
Dirinya menegaskan, Pemerintah Kota Pekalongan sangat serius untuk menangani darurat sampah di Kota Pekalongan. Pihaknya juga mengajak seluruh masyarakat Kota Pekalongan untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah dengan memilah sampah mulai dari rumah tangga.
"Sebab, kunci keberhasilan pengelolaan sampah harus dari hulu ke hilir. Mari kelola sampah dari rumah tangga dan jangan lupa untuk memilah sampah terlebih dahulu sebelum diangkut oleh petugas sampah. Doakan kami agar Pemerintah Kota Pekalongan dapat merealisasikan program - program pengelolaan sampah dan pembangunan kota agar semuanya diberikan kelancaran dan kemudahan,"pungkasnya. (Dian)