Bank Sampah Jadi Solusi Menabung Limbah dengan Mudah

Di tengah masa darurat sampah, Bank Sampah menjadi alternatif pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi nyata bagi masyarakat.
Melalui program menabung dengan sampah, masyarakat bisa menyetorkan sampah anorganik yang dipilah untuk ditukar dengan nilai uang dan dicatat dalam buku tabungan. “Kami ingin mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah. Sampah bukan lagi limbah, melainkan aset. Dan ini bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan mendesak,” kata Direktur Bank Sampah Induk Kota Pekalongan, Abdul Mukti saat ditemui di Bank Sampah Induk Kota Pekalongan.
Ia menjelaskan bahwa cara menabung di Bank Sampah Induk sangat mudah, warga cukup membawa sampah terpilihan dan Kartu Tanda Penduduk (KTP), minimal setoran awal untuk membuka rekening adalah 10 kilogram sampah dari jenis apa saja. “Masyarakat harus membawa sampah untuk membuka rekening, tidak bisa membuka rekening dengan membayar uang. Jenis sampah bebas dan boleh campur yang terpenting beratnya 10 kilogram untuk membuka rekening di Bank Sampah Induk,” jelasnya.
Abdul mengatakan bahwa Bank Sampah Induk membuka akses atau menerima nasabah baik pribadi maupun kelompok dari RT, sekolah, komunitas maupun organisasi lainnya bagi yang ingin menabung sampah. Terkait penarikan, ia memastikan layanan Bank Sampah Induk sangat fleksibel, nasabah cukup membawa buku rekening ketika hendak mengambil saldo. “Saldo bisa diambil langsung ketika menabung, nasabah yang ingin saldonya ditabung terlebih dahulu san diambil sewaktu-waktu bisa cair, kami siap. Kemarin saat lebaran, 70 persen nasabah mencairkan saldo mereka, Alhamdulillah bisa kami fasilitasi semuanya,” sambungnya.
Ia berharap, Bank Sampah tidak hanya menjadi tempat menabung sampah, tetapi juga menjadi solusi nyata untuk mengurangi volume sampah yang ada di masa darurat ini, sekaligus mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah berbasis ekonomi dan mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah.
(Dinkominfo Kota Pekalongan)
Melalui program menabung dengan sampah, masyarakat bisa menyetorkan sampah anorganik yang dipilah untuk ditukar dengan nilai uang dan dicatat dalam buku tabungan. “Kami ingin mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah. Sampah bukan lagi limbah, melainkan aset. Dan ini bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan mendesak,” kata Direktur Bank Sampah Induk Kota Pekalongan, Abdul Mukti saat ditemui di Bank Sampah Induk Kota Pekalongan.
Ia menjelaskan bahwa cara menabung di Bank Sampah Induk sangat mudah, warga cukup membawa sampah terpilihan dan Kartu Tanda Penduduk (KTP), minimal setoran awal untuk membuka rekening adalah 10 kilogram sampah dari jenis apa saja. “Masyarakat harus membawa sampah untuk membuka rekening, tidak bisa membuka rekening dengan membayar uang. Jenis sampah bebas dan boleh campur yang terpenting beratnya 10 kilogram untuk membuka rekening di Bank Sampah Induk,” jelasnya.
Abdul mengatakan bahwa Bank Sampah Induk membuka akses atau menerima nasabah baik pribadi maupun kelompok dari RT, sekolah, komunitas maupun organisasi lainnya bagi yang ingin menabung sampah. Terkait penarikan, ia memastikan layanan Bank Sampah Induk sangat fleksibel, nasabah cukup membawa buku rekening ketika hendak mengambil saldo. “Saldo bisa diambil langsung ketika menabung, nasabah yang ingin saldonya ditabung terlebih dahulu san diambil sewaktu-waktu bisa cair, kami siap. Kemarin saat lebaran, 70 persen nasabah mencairkan saldo mereka, Alhamdulillah bisa kami fasilitasi semuanya,” sambungnya.
Ia berharap, Bank Sampah tidak hanya menjadi tempat menabung sampah, tetapi juga menjadi solusi nyata untuk mengurangi volume sampah yang ada di masa darurat ini, sekaligus mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah berbasis ekonomi dan mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah.
(Dinkominfo Kota Pekalongan)