Agar Digandrungi Millennial, Wagub Taj Yasin Dorong Modifikasi Motif dan Desain Batik Pekalongan

Batik adalah warisan budaya tak benda yang secara resmi ditetapkan oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Batik menjadi identitas budaya Bangsa Indonesia karena ciri khas dan keunikan motif batik yang membedakan Bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Batik merupakan salah satu warisan budaya yang masih perlu disempurnakan ulang maknanya untuk ditransformasikan kepada generasi millennial.
Perkembangan era globalisasi saat ini dapat menyebabkan semakin terabaikannya fashion lokal seperti batik. Tidak jarang beberapa generasi muda masih menganggap batik adalah pakaian yang kuno, pakaian kaum tua, tidak fashionable, dan terlalu formal. Padahal, batik merupakan identitas warisan budaya Indonesia yang sudah mendunia dan sepatutnya dilestarikan agar tidak diplagiasi oleh negara lain.
Menyikapi hal tersebut, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengatakan bahwa, generasi muda atau millennial mempunyai peran penting dalam menjaga kelestarian batik Indonesia. Langkah yang dapat dilakukan antara lain mempopulerkan keragaman motif batik nusantara, menggiatkan belajar membatik, serta terus berinovasi mengembangkan desain dan motif batik dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Ia menyebutkan, di Jawa Tengah sendiri sudah lama terkenal dengan batiknya. Ada batik Pekalongan dan hampir di 35 kabupaten dan kota di Jateng ada batiknya dengan ciri khas masing-masing daerah.
"Harapan kami, saat ini UNESCO yang sudah mengangkat batik menjadi budaya warisan untuk Indonesia, perlu ditingkatkan, terutama dari kalangan anak muda. Kami inginkan juga para pengrajin batik di wilayah Kota Pekalongan, agar bisa memodifikasi dan mengembangkan batik agar disukai oleh anak-anak muda," tutur Wagub Taj Yasin usai hadir membuka kegiatan Pameran Mbabar Mustiko, berlangsung di Museum Batik Pekalongan, (22/7/2023).
Wagub Taj Yasin menekankan, saat ini batik diharapkan tidak hanya dipakai pada saat acara formal saja, melainkan juga bisa dikenakan oleh generasi muda sebagai baju santai untuk jalan-jalan, nongkrong dan beraktivitas lainnya. Pihaknya juga mendorong para designer batik di Kota Pekalongan agar bisa merancang pakaian batik yang sederhana, namun tetap modis dan mudah dipakai dan bisa gunakan dimana saja.
"Model pakaian batik ke depan kami harapkan bisa dikembangkan ke depannya agar supaya disukai anak muda, bisa disesuaikan temanya seperti tema untuk menikah, hari valentine, hari ulang tahun dan lain sebagainya," terangnya.
Sementara itu, Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid menjelaskan, pelestarian batik menjadi tugas bersama, karena sejatinya batik ini bukan hanya milik masyarakat Kota Pekalongan saja, tetapi juga milik masyarakat Indonesia. Terbukti, masing-masing daerah di Indonesia memiliki batik dengan ciri khas masing-masing.
"Di Museum Batik Pekalongan sendiri selain ada koleksi kain batik dari sejumlah daerah di Nusantara, disini juga disediakan pelayanan belajar membatik kepada anak-anak sekolah mulai dari jenjang PAUD/TK sampai perguruan tinggi dan masyarakat umum agar bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap batik dan mengetahui proses membatik," papar Mas Aaf, sapaan akrabnya.
Pihaknya berharap, generasi penerus selain mencintai batik juga didorong bisa menggeluti di bidang perbatikan baik menjadi pengusaha batik, desainer batik, pembuat aplikasi pemasaran digital batik, dan lain-lain.
"Kami juga sudah mendorong penggunaan sarung batik di Kota Pekalongan setiap hari Jumat untuk kalangan ASN Pemkot Pekalongan, karyawan swasta baik perhotelan, kantor swasta, perbankan, dan lain-lain. Kami berharap, upaya-upaya pelestarian ini terus diimplementasikan kepada masyarakat khususnya generasi muda Kota Pekalongan," pungkasnya.
Perkembangan era globalisasi saat ini dapat menyebabkan semakin terabaikannya fashion lokal seperti batik. Tidak jarang beberapa generasi muda masih menganggap batik adalah pakaian yang kuno, pakaian kaum tua, tidak fashionable, dan terlalu formal. Padahal, batik merupakan identitas warisan budaya Indonesia yang sudah mendunia dan sepatutnya dilestarikan agar tidak diplagiasi oleh negara lain.
Menyikapi hal tersebut, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengatakan bahwa, generasi muda atau millennial mempunyai peran penting dalam menjaga kelestarian batik Indonesia. Langkah yang dapat dilakukan antara lain mempopulerkan keragaman motif batik nusantara, menggiatkan belajar membatik, serta terus berinovasi mengembangkan desain dan motif batik dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Ia menyebutkan, di Jawa Tengah sendiri sudah lama terkenal dengan batiknya. Ada batik Pekalongan dan hampir di 35 kabupaten dan kota di Jateng ada batiknya dengan ciri khas masing-masing daerah.
"Harapan kami, saat ini UNESCO yang sudah mengangkat batik menjadi budaya warisan untuk Indonesia, perlu ditingkatkan, terutama dari kalangan anak muda. Kami inginkan juga para pengrajin batik di wilayah Kota Pekalongan, agar bisa memodifikasi dan mengembangkan batik agar disukai oleh anak-anak muda," tutur Wagub Taj Yasin usai hadir membuka kegiatan Pameran Mbabar Mustiko, berlangsung di Museum Batik Pekalongan, (22/7/2023).
Wagub Taj Yasin menekankan, saat ini batik diharapkan tidak hanya dipakai pada saat acara formal saja, melainkan juga bisa dikenakan oleh generasi muda sebagai baju santai untuk jalan-jalan, nongkrong dan beraktivitas lainnya. Pihaknya juga mendorong para designer batik di Kota Pekalongan agar bisa merancang pakaian batik yang sederhana, namun tetap modis dan mudah dipakai dan bisa gunakan dimana saja.
"Model pakaian batik ke depan kami harapkan bisa dikembangkan ke depannya agar supaya disukai anak muda, bisa disesuaikan temanya seperti tema untuk menikah, hari valentine, hari ulang tahun dan lain sebagainya," terangnya.
Sementara itu, Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid menjelaskan, pelestarian batik menjadi tugas bersama, karena sejatinya batik ini bukan hanya milik masyarakat Kota Pekalongan saja, tetapi juga milik masyarakat Indonesia. Terbukti, masing-masing daerah di Indonesia memiliki batik dengan ciri khas masing-masing.
"Di Museum Batik Pekalongan sendiri selain ada koleksi kain batik dari sejumlah daerah di Nusantara, disini juga disediakan pelayanan belajar membatik kepada anak-anak sekolah mulai dari jenjang PAUD/TK sampai perguruan tinggi dan masyarakat umum agar bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap batik dan mengetahui proses membatik," papar Mas Aaf, sapaan akrabnya.
Pihaknya berharap, generasi penerus selain mencintai batik juga didorong bisa menggeluti di bidang perbatikan baik menjadi pengusaha batik, desainer batik, pembuat aplikasi pemasaran digital batik, dan lain-lain.
"Kami juga sudah mendorong penggunaan sarung batik di Kota Pekalongan setiap hari Jumat untuk kalangan ASN Pemkot Pekalongan, karyawan swasta baik perhotelan, kantor swasta, perbankan, dan lain-lain. Kami berharap, upaya-upaya pelestarian ini terus diimplementasikan kepada masyarakat khususnya generasi muda Kota Pekalongan," pungkasnya.