HPSN, Pemkot Berikan Terobosan SIRAMI dan TPST Atasi Sampah

Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan memberikan terobosan Program Kolaborasi Merawat Bumi bagi Anak Usia Dini (Sirami) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) pada momen peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).

Wali Kota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid mengungkapkan bahwa persoalan sampah menjadi fokus penanganan yang dilakukan oleh kabupaten/kota di Indonesia, termasuk di Kota Pekalongan.

Hanya beberapa kota/kabupaten yang sudah berhasil menangani sampah, di antaranya Banyumas, Surakarta, dan Cilegon.

Menurut Wali Kota Aaf, sapaan akrabnya, kondisi TPA Kota Pekalongan sudah overload dengan tumpukan sampah yang semakin menggunung setinggi 25 meter.

"Perhitungan saya, kalau dua tahun kondisi tersebut dibiarkan saja, maka TPA itu sudah tidak bisa digunakan lagi," kata Aaf. 

Ditekankan Aaf, Kota Pekalongan perlu melakukan terobosan-terobosan upaya untuk pengurangan sampah, dua di antaranya adalah melalui program SIRAMI dan membangun TPS Terpadu bekerjasama dengan Program Adaptation Fund Kemitraan Indonesia. 

"Program SIRAMI ini merupakan upaya edukasi pendidikan lingkungan hidup bagi anak-anak usia dini Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), serta bersinergi dengan Ikatan Guru TK Indonesia (IGTKI)  dan Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Kota Pekalongan serta beberapa komunitas," jelas Aaf. 

Terkait pembangunan TPST kolaborasi dengan Kemitraan saat ini sudah dilakukan penyusunan DED, dilanjutkan dengan groundbreaking yang direncanakan dilaksanakan pada bulan Februari ini. "Mudah-mudahan bulan Agustus sudah ada TPST, targetnya kalau sudah ada pengurangan sampah ke TPA sekitar 20 ton per hari," beber Aaf. 

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso (SBS) menambahkan, Program Sirami menekankan agar mulai dari anak usia dini sudah tertanam tentang lingkungan keluarga tertular pondasi bagus untuk melakukan gerakan peduli lingkungan. 

"Intinya mengelola sampah ialah menangani, mengatur mulai dari mengumpulkan sampah, memilah, memindah, mengangkut, dan membawa ke TPA," tutur SBS. 

Disebutkan SBS, pengelolaan sampah ini upaya mengurangi sampah dengan mengolah sampah sehingga sesedikit mungkin sampah yang dibawa ke TPA atau idealnya nol sampah yang dibawa ke TPA karena semua sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang punya manfaat.

"Sampai saat ini adanya TPS3R belum dapat mengolah sampah secara menyeluruh, kemampuan yang dimiliki TPS3R masih terbatas," tandas SBS. 

DLH mendorong penyelesaian sampah sedekat mungkin dengan sumber sampah. "TPS3R baru mampu menampung sampah 1,25 ton sehari, dari jumlah tersebut 15% mampu diolah dan sisanya residu. 

"Selama ini jumlah sampah organik mendominasi yakni 65% dan 35% ialah samoah anorganik. Dengan adanya TPS Terpadu nanti akan mampu mengolah lima kali lipat di TPS3R," ungkap SBS.