Workshop Membatik Kain 16 Meter Jadi Pembuka Peringatan Hari Batik Nasional Kota Pekalongan

Kota Pekalongan – Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional 2025 yang jatuh pada tanggal 2 Oktober. Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Dinparbudpora) bersama Museum Batik Pekalongan mengawali rangkaian kegiatan dengan menyelenggarakan workshop membatik sepanjang 16 meter. Kegiatan ini berlangsung hangat dan syarat akan budaya dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat yang memiliki keterkaitan erat dengan dunia batik, berlangsung di halaman Museum Batik, Kamis (2/10/2025).
 
Kegiatan tersebut dibuka secara simbolis dengan penyerahan canting oleh Kepala Dinparbudpora Kota Pekalongan, Sabaryo Pramono kepada salah satu penggiat batik Kota Pekalongan, Fatiyah Abdul Kadir.
 
Usai membuka kegiatan tersebut, Sabaryo menyampaikan bahwa workshop ini dirancang sebagai simbol panjangnya perjalanan batik sejak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada tahun 2009 lalu.
 
“Hari ini sebagai kegiatan awal dalam rangka memperingati Hari Batik yang ke-16, diawali dengan workshop dan kegiatan membatik sepanjang 16 meter. Ini menjadi pengingat bahwa 16 tahun sudah batik diakui dunia, dan Pekalongan ikut menjadi bagian penting dalam sejarah tersebut,” jelasnya.
 
Ia menyebutkan, kegiatan membatik kain sepanjang 16 meter ini melibatkan kurang lebih 32 orang dari berbagai latar belakang. Para peserta berasal dari komunitas batik, kampung batik, tokoh pembatik, pelajar, dan perwakilan elemen masyarakat lainnya.
 
Dalam kesempatan tersebut, ia menuturkan bahwa pengakuan UNESCO terhadap batik Indonesia tidak terlepas dari peran besar Kota Pekalongan. Kota ini sejak lama dikenal sebagai pusat pengembangan batik di tingkat nasional, meskipun banyak daerah lain yang ikut berkarya dan berkontribusi.
 
“Enam belas tahun yang lalu, insan batik Indonesia merasakan kebahagiaan luar biasa melalui pengakuan internasional UNESCO. Itu bukan hal kecil, dan Pekalongan menyumbang peran penting. Eksistensi batik kita telah diakui secara nasional dan global, dan 16 tahun ini bukan waktu yang singkat,” katanya.
 
Dirinya menekankan bahwa batik bukan sekadar corak, motif, atau hiasan belaka, melainkan cerminan identitas bangsa dan bagian dari sejarah kebudayaan yang harus terus dirawat.
 
Sabaryo menambahkan pentingnya memastikan batik tetap eksis di tengah perkembangan zaman, terutama pesatnya teknologi informasi yang berpotensi menggeser minat generasi muda jika tidak diimbangi dengan edukasi dan pelibatan aktif. “Memperingati Hari Batik berarti mendorong kebanggaan dan menjaga batik sebagai identitas nasional. Tantangan ke depan adalah bagaimana mewariskan batik ini kepada generasi muda,” tandasnya.
 
Oleh karena itu, pelibatan pelajar dan generasi muda dalam kegiatan membatik menjadi bentuk ikhtiar nyata, sekaligus sarana edukasi yang diharapkan berdampak keberlanjutan.
 
Ia menyampaikan apresiasinya kepada para tokoh, pelaku batik, komunitas, dan seluruh pihak yang terus berkomitmen menjaga keberlangsungan batik hingga saat ini. “Kami mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi kepada para tokoh atas kreativitas dan perhatian mereka, sehingga sampai hari ini batik masih eksis. Butuh komitmen tinggi dan semangat luar biasa agar batik tetap lestari di Kota Pekalongan,” ujarnya.
 
Workshop membatik sepanjang 16 meter ini menjadi pembuka berbagai kegiatan lain yang akan digelar untuk memperingati Hari Batik Nasional 2025. Pemerintah Kota Pekalongan berharap momentum ini bukan hanya menjadi seremonial tahunan, tetapi pelecut komitmen bersama untuk menjadikan batik tetap hidup, berkembang, dan membanggakan generasi mendatang.
 
Pada kesempatan tersebut juga diserahkan kenang-kenangan kepada 16 pembatik sebagai bentuk apresiasi dari Pemerintah Kota Pekalongan atas dedikasi dalam melestarikan budaya ini.
 
 
(Tim Liputan Dinkominfo/dea)