Relawan dan Penyintas TB Didorong Lebih Mandiri dan Berdaya

Kota Pekalongan – Yayasan Mentari Indonesia terus berkomitmen memperkuat upaya penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Kota Pekalongan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berkelanjutan. Tidak hanya fokus pada pendampingan pasien TB, yayasan ini juga mendorong pemberdayaan relawan dan penyintas agar memiliki kemandirian ekonomi sebagai bekal kehidupan ke depan.
 
Ketua Cabang Yayasan Mentari Indonesia, Ira Septiawati, menyampaikan bahwa keberlanjutan peran relawan TB perlu dipersiapkan sejak dini. Hal ini seiring dengan kondisi pendanaan program yang semakin terbatas, baik dari sisi donor maupun kebijakan efisiensi anggaran pemerintah.
 
Menurut Ira, relawan dan penyintas TB perlu memiliki wawasan dan keterampilan tambahan agar tidak bergantung sepenuhnya pada insentif program. Dengan bekal kewirausahaan, mereka diharapkan mampu menciptakan sumber penghasilan mandiri sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga.
 
“Baik volunteer maupun penyintas perlu memiliki insight untuk kehidupan ke depan. Karena semakin lama dana dari donor semakin mengecil, sebagaimana pemerintah juga melakukan efisiensi, begitu pula dengan donor kami. Oleh karena itu, kami merasa perlu melakukan pemberdayaan,” ujar.
 
Ia menjelaskan bahwa selama ini insentif bagi relawan TB tidak diberikan dalam bentuk honor bulanan. Skema yang diterapkan bersifat berbasis kinerja, yakni melalui reward atas penemuan suspek TB dan penemuan kasus TB yang berhasil ternotifikasi dalam sistem layanan kesehatan.
 
“Reward yang diberikan berupa penemuan suspek dan penemuan kasus ternotifikasi. Jadi tidak ada honor per bulan, semuanya tergantung keaktifan kader dalam melakukan skrining,” jelasnya.
 
Dalam pelaksanaan tugasnya, para relawan TB bekerja secara sinergis dengan puskesmas setempat. Pendekatan ini dinilai efektif untuk memastikan proses skrining, pendampingan pengobatan, hingga pencatatan kasus berjalan sesuai standar layanan kesehatan.
 
Sebagai bagian dari strategi pemberdayaan, Yayasan Mentari Indonesia juga memberikan dukungan kewirausahaan kepada para penyintas TB. Dukungan tersebut diberikan dalam bentuk bantuan usaha sebagai stimulus awal agar penyintas dapat memulai kegiatan ekonomi produktif pasca pengobatan.
 
“Tahun ini kami memberikan tiga bantuan kewirausahaan bagi penyintas. Harapannya, mereka bisa mulai membangun usaha sendiri untuk menambah income dan membantu perputaran roda ekonomi keluarga,” tambah Ira.
 
Melalui pendekatan ini, ia berharap relawan dan penyintas TB di Kota Pekalongan tidak hanya berperan aktif dalam pengendalian penyakit menular, tetapi juga mampu meningkatkan kualitas hidup lebih lanjut. Pemberdayaan ekonomi dinilai menjadi bagian penting dalam mendukung keberhasilan program penanggulangan TB berbasis masyarakat.
 
(Tim Liputan Dinkominfo/dea)