Pemkot Telusuri Nama-Nama Pahlawan 03 Oktober 1945

Menjelang Peringatan 03 Oktober di Kota Pekalongan, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DinsosP2KB) setempah menggelar Focus Group Discussion (FGD) Penelusuran dan Pelurusan Nama-Nama Pahlawan 03 Oktober 1945, bertempat di Ruang Jetayu Setda setempat, Senin (30/9/2019).

 

Kepala Dinsos P2KB Kota Pekalongan, Drs. Gunindyo, mengungkapkan kegiatan FGD ini dilakukan dalam rangka penataan makam pahlawan karena makam pahlawan Kota Pekalongan sering terkena imbas bencana banjir rob sehingga banyak nama - nama yang hilang dan keliru. “Kami banyak menemukan nama nama pahalawan Kota Pekalongan yang tidak sesuai dengan nama aslinya maka dari itu kegitan pada pagi hari ini kita akan menyelusuri dan pelurusan agar nama - nama pahlawan kita tidak keliru,” ujar Gunindyo.

 

Dituturkan Gunindyo, Pemerintah Kota Pekalongan telah berusaha membentuk tim penyelusur dan pelurusan untuk menyelusuri nama - nama pahlawan Kota Pekalongan khususnya yang gugur dalam pertempuran 3 Oktober 1945 silam yang keliru dan tidak sesuai namanya akibat bencana air rob.

 

Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz, SE yang turut hadir membuka sekaligus memberikan arahan, menyampaikan apresiasi dan terimakasih sebesar-besarnya atas digelarnya FGD tersebut guna memastikan data nama-nama pejuang Kota Pekalongan yang turut andil memperebutkan kemerdekaan Indonesia.

 

“Hal ini menjadi perhatian kita bersama dimana mayoritas pada zaman dulu hingga sekarang, sejarah tentang kepahlawanan dituturkan secara lisan oleh para pendahulu, dan jarang sekali dituliskan. Oleh karena itu, kisah-kisah kepahlawanan baik sebelum maupun setelah kemerdekaan lebih banyak cerita yang tidak tertulis,” kata Saelany.

 

Disampaikan Saelany, Sejarah Indonesia banyak ditulis oleh para peneliti sejarah dari luar negeri di banding oleh masyarakat pribumi sehingga buku-buku tentang sejarah Indonesia terdapat di Perpustakaan luar negeri khususnya Belanda dengan perspektif yang subyektif sehingga penyebutan nama terkadang disesuaikan dengan kaidah bahasa asing tersebut.

 

“Karena penulisnya bukan kita tentu perspektifnya adalah sesuai dengan pandangan dan kepahaman mereka, sehingga hal ini sangat penting adanya penelusuran dan pelurusan sejarah kembali itu yang tentunya bukan hal mudah, karena peristiwa tersebut telah terjadi sejak 74 tahun lalu bahkan banyak saksi maupun pelaku sejarah yang telah wafat, kalaupun masih hidup tentu usianya telah sepuh,” jelas Saelany.

 

Selaku pemerhati Sejarah Kota Pekalongan, M. Dirhamsyah, menerangkan pihaknya beserta tim penelusur sejarah yang telah dibentuk Pemkot Pekalongan telah melakukan kajian penelitian terkait nama-nama pejuang 3 Oktober 1945 beserta para ahli warisnya. Menurut Dirhamsyah, beberapa kendala ditemui saat melakukan kajian diantaranya para ahli waris atau keluarga pejuang tersebut, alamat tempat tinggalnya telah berpindah tempat. Dirhamsyah menyebutkan ada 2 orang nama pahlawan Kota Pekalongan yang belum tercatum (sesuai data 1963 dan 1997) yaitu Tasinom bin Soerjadi dan Salim.

 

“Dari sini kami mendengarkan masukan dari masyarakat atas apa yang harusnya kami lakukan, kami diminta untuk menindaklanjuti penelitian ini, mudah-mudahan kami dapat menemukan nama-nama yang bisa diluruskan dalam mengganti pusaran dengan nama asli dan nama nasab(bin/binti nya),” papar Dirhamsyah.

 

Adapun berdasarkan data paguyiban Pahlawan 3 Oktober 1945, tahun 1997 dan Data Panitia Pembangunan Tugu Pahlawan Tahun 1963 sebanyak 37 pejuang Kota Pekalongan gugur dalam peristiwa pertempuran 3 Oktober dan 12 orang menderita luka-luka.