Pemkot Beri Tali Asih Kepada Keluarga Pejuang 3 Oktober 1945

Peristiwa 3 Oktober 1945 di Pekalongan merupakan salah satu sejarah lokal bertema revolusi nasional yang terjadi di daerah Kota Pekalongan. Peristiwa tersebut menjadi bukti perjuangan masyarakat Kota Pekalongan dalam melawan penjajahan, banyak para pejuang pahlawan yang berasal dari Kota Pekalongan gugur dalam peristiwa sejarah tersebut.

 

Sebagai bentuk perhatian dan apresiasi jasa para pahlawan, Pemerintah Kota Pekalongan memberikan tali asih kepada para ahli waris atau keluarga pejuang yang gugur dalam pertempuran 3 Oktober 1945, yang digelar dalam bentuk ramah tamah, bertempat di Rumah Dinas Walikota setempat, Sabtu malam (28/9/2019).

 

Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz SE mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut dimaksudkan untuk terus terjalin silaturahmi antara Pemkot dengan keluarga pada pahlawan korban peristiwa 3 Oktober 1945 silam.

 

“Ramah tamah dengan keluarga pejuang Pertempuran 3 Oktober ini dalam rangka menjalin silaturahmi dengan mereka yang merupakan keturunan dari para pejuang yang luar biasa memperebut kemerdekaan, kami berharap mereka terus bisa dekat dengan pemerintah untuk selalu berdialog, dan memberikan kritik, saran kepada kami. Tadi, ada beberapa usulan yang akan ditindaklanjuti nantinya untuk kebaikan Kota Pekalongan,” tutur Saelany.

 

Menurut Saelany, dalam mendirikan sebuah kota tidak terlepas dari jasa-jasa para pahlawan yang telah bekerja keras memperebut kemerdekaan dari penjajah. Adapun tindak lanjut dari kegiatan ramah tersebut, disampaikan Saelany, nantinya Pemkot akan mendirikan sebuah paguyuban anak-anak dan keluarga pejuang di Kota Pekalongan.

 

“Saya berharap momen ini dapat ditindaklanjuti dengan mendirikan paguyuban anak-anak dan keluarga pejuang. Pada saat momen sejarah seperti 17 Agustus, mereka ini harus diundang, dan Saya sangat setuju ketika ada theatrical perjuangan, mereka akan turut bangga, sebab orangtuanya atau leluhurnya disebut-sebut dalam moment bersejarah itu,” kata Saelany.

 

Seorang sejarawan asal Kota Pekalongan, M. Dirhamsyah, menjelaskan pihaknya bersama tim telah mengkaji dan melakukan penelitian terkait nama-nama pejuang yang telah gugur dalam peristiwa 3 Oktober. Disebutkan Dirhamsyah, dari beberapa data yang telah dikumpulkan, ada sedikit ketidaksesuai data antara daftar nama yang tertulis di prasasti monumen Joeng 45 Kota Pekalongan dengan nama yang ada di nisan Makam Pahlawan Prawira Reksa Negara Kota Pekalongan.

 

“Kami telah melakukan penelitian terhadap nama-nama korban 3 Oktober, Senin ini kami akan mengadakan FGD, salah satu rekomendasi kami bahwa supaya Pemkot dapat menjembatani keluarga pahlawan menjadi sebuah paguyuban. Kita beruntung ada beberapa orang yang putranya langsung, mayoritas ada cucu-cucunya namun sebagian bukan cucu langsung, serta sebagian pejuang gugur saat beliau masih belia atau belum menikah sehingga kami sedikit sulit menemukan keluarganya,” terang Dirhamsyah.

 

Dirhamsyah menambahkan selain itu, para keluarga pejuang juga ada yang telah berpindah tempat tinggal sehingga sulit terlacak.

 

“Kegiatan malam ini memberikan kesempatan untuk meluruskan kembali nama-nama pejuang seperti kesalahan tulisan. Kami telah melakukan kajian literasi, ada beberapa data dari buku yang diterbitkan, awalnya menyebut 35 korban, namun kami kemudian menemukan data dari panitia tugu pahlawan (monumen lama) menyebutkan sebanyak 37 orang menjadi korban, dan data paguyuban 37 korban. Saat ini kami berkeyakinan pada total 37 orang tersebut dengan berbagai pertimbangan dan bukti-bukti yang telah dikumpulkan. Ketidaksesuai data ini kemungkinan juga karena ada korban yang terkena tembakan, namun dari pihak keluarga tidak melaporkan,” papar Dirhamsyah.