Kenalkan Kearifan Lokal, Pelajar SD Pakai Sarung Batik Setiap Jumat Kliwon

Batik memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Kota Pekalongan yang mempunyai ciri khas sarung batik yang dulu digemari dan menjadi kebanggaan setiap pemakainya. Begitu melekatnya maha karya leluhur ini sebagai warisan kearifan lokal menjadi jati diri orang Pekalongan. Sebelumnya, Pemerintah Kota Pekalongan telah mengukuhkan budaya mengenakan sarung batik di Kota Pekalongan pada pertengahan tahun 2018 lalu dimana telah menginstruksikan pemakaian sarung batik setiap hari Jumat.
Guna mengenalkan kearifan lokal tersebut, pelajar SD Negeri Keputran 6 Kota Pekalongan diwajibkan memakai sarung batik setiap Jumat Kliwon. Hal ini dilakukan untuk menghidupkan kembali sarung batik yang pernah berjaya kepada anak-anak didik.
Mewakili Kepala Sekolah SD Keputran 6 Kota Pekalongan, Urip Purwaningsih selaku perwakilan guru SD, mengungkapkan kebijakan pemakaian sarung batik ini di SD Keputran 6 merupakan ainstruksi yang disampaikan Walikota Pekalongan untuk melestarikan budaya lokal Kota Pekalongan, yaitu sarung batik.
“Penggunaan Sarung batik yang digagas oleh SD Keputran 6 ini menjalankan dari apa yang disampaikan Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz SE untuk mencintai kearifan lokal sehingga setiap Jumat kliwon dimulai bulan ini, sekolah menyampaikan kepada anak-anak untuk memakai sarung batik,” ujar Urip usai mengikuti kegiatan tasyakuran pencanangan pemakaian sarung batik di Halaman SD Keputran 6 setempat, Jumat (27/9/2019).
Adapun ketentuan penggunaan tersebut, disebutkan Urip, bagi siswa putra diperkenankan menggunakan sarung bermotif batik dan untuk siswi bisa menggunakan bawahan rok batik atau gamis batik. Penyampaian kebijakan ini telah disosialisasikan terlebih dahulu kepada para wali murid agar mereka paham betul tujuan dari pencanangan kebijakan bersarung batik setiap Jumat kliwon.
“Acara tasyakuran pencanangan sarung batik di sekolah kami tadi memang kami kemas dalam bentuk sarapan bersama baik murid maupun guru dengan makan makanan khas Kota Pekalongan juga, nasi megono lesehan anak-anak dengan lahap menyantap nasi megono tersebut yang dilengkapi dengan tempe goreng seperti kebiasaan masyarakat Kota Pekalongan,” terang Urip.
Menurut Urip, SD Keputran 6 sebagai salah satu Sekolah Berkarakter, sekolah tersebut harus menyisipkan pengimplementasian Pendidikan yang bermuatan lokal dekat dengan masyarakat. Maka, pencanangan wajib bersarung batik di SD tersebut dirasa sangat tepat dilakukan untuk mendukung pengembangan mutu Pendidikan yang berkualitas.
“Salah satu indikator Sekolah Berkarakter memang harus memiliki program yang diimplementasikan dengan kolaborasi kearifan lokal, jadi pemakaian sarung batik ini sangat tepat untuk dikenalkan kepada siswa terlebih lagi para warga sekolah khususnya wali murid sangat mendukung kebijakan ini,” tutur Urip.
Salah satu wali murid SD Keputran 6, Janing yang sedang menjemput anaknya mengaku sangat apresiasi dengan kebijakan bersarung batik setiap Jumat Kliwon di lingkungan SD Keputran 6.
“Sebelumnya memang sudah ada sosialisasi mengenai hal tersebut. Kami selaku wali murid menyambut positif dan tidak keberatan akan hal itu. Anak-anak kami diajarkan untuk mengenal budaya lokal yang ada di Kota Pekalongan seperti sarung batik ini, mereka juga bisa mengetahui batik itu seperti apa dan mudah-mudahan ini bisa berkelanjutan ke depannya,” pungkas Janing.