Green Batik Design Challenge : Kolaborasi Kota Pekalongan dan Kedutaan Besar Belanda Dorong Inovasi Batik Ramah Lingkungan

Kota Pekalongan – Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kedutaan Besar Belanda di Indonesia secara resmi meluncurkan program “Green Batik Design Challenge”, sebuah ajang kolaboratif yang bertujuan untuk mendorong inovasi, kreativitas, dan keberlanjutan dalam industri batik. Kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat posisi Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif Dunia untuk kategori Crafts and Folk Art yang diakui UNESCO.

Peresmian kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Wakil Wali Kota Pekalongan, Hj Balgis Diab, perwakilan Kedutaan Besar Belanda, serta sejumlah pembatik.

Wawalkot Balgis menyampaikan rasa syukur atas terjalinnya kerja sama strategis antara Pemerintah Kota Pekalongan dan Kedutaan Besar Belanda.

“Alhamdulillah, ini menjadi bentuk kerja sama yang luar biasa antara Pemerintah Kota Pekalongan dengan Kedutaan Besar Belanda. Tema kegiatan kali ini adalah Green Batik Design, di mana para pembatik terbaik dari Kota Pekalongan akan mendapatkan arahan sekaligus mengikuti kompetisi desain batik yang berorientasi pada ramah lingkungan,” ujarnya pada kegiatan tersebut yang berlangsung di aula Museum Batik Pekalongan, Senin (6/10/2025).

Ia mengungkapkan bahwa program ini tidak hanya menonjolkan keindahan estetika batik, tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan dalam proses produksinya.

“Banyak pembatik kita yang sudah mulai memproduksi batik dengan prinsip ramah lingkungan. Melalui kegiatan ini, mereka diajak untuk menambahkan inovasi dan kreasi tanpa batas. Harapannya, karya-karya ini bisa menjadi jendela dunia bagi ekonomi kreatif Pekalongan membuktikan bahwa dari sehelai batik, kita bisa membuka peluang yang begitu luas,” ungkapnya.

Nantinya hasil karya terbaik peserta yang terpilih akan ditampilkan di Museum Erasmus Huis, Jakarta. Museum tersebut dikenal sebagai pusat kebudayaan Belanda yang menampilkan berbagai karya seni berkualitas tinggi.

“Tentu tidak mudah untuk bisa menampilkan karya di Museum Erasmus Huis. Karena itu, kesempatan ini merupakan bentuk apresiasi luar biasa terhadap kreativitas para pembatik Pekalongan,” tandasnya.

Selain itu, hasil karya pemenang juga akan dijadikan merchandise khususnya bagi para pengunjung dan wisatawan yang datang ke Museum Erasmus Huis. Inisiatif ini diharapkan dapat memperkuat hubungan budaya antara kedua negara dan membuka peluang ekonomi baru bagi para pelaku industri batik di tingkat lokal.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa kolaborasi ini bukan hanya soal desain, tetapi juga merupakan upaya memperkuat benang merah sejarah dan persahabatan antara Indonesia dan Belanda.

“Kepentingan Belanda memiliki benang merah dengan Indonesia, terutama dalam bidang seni dan budaya. Belanda dikenal memiliki kecintaan yang tinggi terhadap karya seni, dan salah satunya adalah batik. Selain itu, mereka juga sangat peduli terhadap isu lingkungan. Nilai-nilai inilah yang kita gali kembali melalui Green Batik Design Challenge,” sambungnya.

Wawalkot Balgis berharap hal ini menjadi momentum untuk mengembangkan batik Pekalongan sebagai produk yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga berwawasan lingkungan dan berdaya saing global.

(Tim Liputan Dinkominfo/dea)