MCK Adaptif Bandengan, Pilot Project Sanitasi Wilayah Terdampak Rob

Masyarakat di Kelurahan Bandengan, Kota Pekalongan, Jawa Tengah mendapatkan bantuan MCK adaptif, setelah sebelumnya kesusahan mendapatkan akses sanitasi yang layak. Hal itu dikarenakan lokasi tempat tinggal mereka terendam rob. MCK adaptif tersebut merupakan Program Peningkatan Tanggap Darurat dan Pemulihan Bencana Lingkungan (Tangguh) yang dilaksanakan Pemerintah Kota Pekalongan dan Bina Karta Lestari (Bintari) Foundation. Peresmian MCK adaptif ini dilakukan oleh Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz, SE didampingi Koordinator Program Bintari Foundation, Muhammad Nur Hadi di RT 04 RW 05 Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Sabtu (8/2/2020).

Walikota Pekalongan, HM Saelany Machfudz, SE mengaku senang dengan adanya MCK adaptif tersebut. Pembangunan MCK tersebut, lanjut Saelany, dinilai bisa menjadi solusi dan harapan baru bagi masyarakat Bandengan terkait permasalahan sanitasi yang selama ini terjadi di wilayah terdampak rob.

“Kota Pekalongan sudah puluhan tahun terdampak banjir rob, selain berdampak pada ekonomi warga, permasalahan lain seperti kesehatan pun akan muncul akibat sanitasi buruk sehingga warga terpaksa buang air di kubangan rob. Akibat dari rob, sanitasi pada bocor, sehingga sangat tidak sehat bagi warga,” ucap Saelany.

Menurut Saelany, keberadaan MCK adaptif ini diharapkan menjadi pilot project untuk wilayah lainnya yang terkena dampak rob. Dengan adanya MCK adaptif ini, masyarakat yang tidak bisa mendapatkan akses sanitasi layak, saat ini bisa memperolehnya.

“Kemandirian dari warga sangat luar biasa mewujudkan MCK adaptif ini, terima kasih kepada masyarakat semua dan pihak terkait yang telah membantu terselesainya pembangunan MCK ini secara gotong royong. MCK ini sangat bagus, memiliki seni, dan bersih. MCK ini bisa menjadi percontohan dari daerah yang kondisinya sama, apalagi sekarang ada dana kelurahan sebagai stimulan untuk memaksimalkan pembangunan kelurahan,” papar Saelany.

Di lain pihak, Koordinator Program Yayasan Bintari, M. Nur Hadi menjelaskan MCK adaptif ini berkapasitas 3.000 liter. Pada sistemnya menggunakan bio filter dimana kotoran yang tertampung akan mengendap dua hari. Kemudian pada prosesnya diurai oleh mikroba yang sudah ditempatkan di dalamnya. Air sisa penguraian dapat dimanfaatkan langsung untuk menyiram tanaman.

“Air tinja yang masuk akan diolah oleh bakteri dan sisanya akan keluar diolah oleh tanaman, Jadi, yang keluar betul-betul bersih. Untuk kebutuhan air, MCK ini menggunakan kombinasi air hujan dan air PDAM. Air hujan ditampung kemudian diolah, sehingga lebih bersih. Kemudian, MCK ini bisa ditinggikan menyesuaikan dengan ketinggian rob dan didesain ramah untuk penyandang disabilitas dan lansia,” papar Nur Hadi.

Ide pembangunan MCK adaptif tersebut muncul setelah pihaknya bersama Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas Pekalongan melakukan riset di Kelurahan Bandengan. Adapun dana yang dikucurkan untuk membangun MCK Adaptif ini senilai Rp160 juta yang berasal dari organisasi lingkungan Friends of the Earth (FoE) Jepang, dana public kitabisa.com dan swadaya masyarakat.

“Kami berharap masyarakt bisa mengelola dengan baik supaya bisa menjadi contoh daerah lain, MCK ini bisa tetap terawat dan bermanfaat. Semua warga dilibatkan dalam pengelolaanya,” pungkas Nur Hadi.

(Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan)